"Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir, maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji."
QS An-Nisa’: 131
QS An-Nisa’: 131
Bahtera rumah tangga seseorang ibarat kapal berlayar di laut lepas, kadang-kadang berlayar dengan tenang, tidak ada angin ribut, tapi kadang kala juga menghadapi badai. Al-Quran mengatakan, baik suami ataupun istri berkewajiban untuk menjaga bahtera yang sedang berlayar itu, hingga sampai sampai ke tujuan. Jangan retak di tengah jalan.
Al-Quran mengatakan, jika terjadi perselisihan, maka perdamaian yang terbaik dari alternatif lain. Kata perdamaian bisa juga digunakan dalam kehidupan di luar rumah tangga, dalam kehidupan masyarakat. Misalnya kita sudah bina masyarakat, lalu terjadi cek-cok, maka kita akan mengatakan, “Kedamaian itu jauh lebih baik dari yang lain.”
Jadi, kalau di depan kita ada berbagai alternatif, maka berdamai itulah jalan yang terbaik. Kadang juga tidak mungkin lagi terjadi perdamaian. Kalau juga sudah sepakat berpisah, bukanlah berarti kehidupan akan kelam dan menakutkan.
Seseorang misalnya dulu pernah hidup suami istri dengan bahagia, lantas kalau kehidupan itu tidak mungkin diteruskan lagi, apakah kita akan bunuh diri? Tidak. Kita baca di koran misalnya sampai bunuh diri.
Kalau terjadi demikian, Allah akan memberikan karunia-Nya baik kepada istri maupun suami. Jika istri tidak ada suami lagi, atau suami tidak ada istri lagi, tapi Allah Swt tetap ada. Dialah yang akan membimbing kehidupan dua orang ini yang telah sepakat untuk berpisah. Allah Maha Luas dan Maha Bijaksana.
Allah Swt mengatakan washi’an (luas). Yang luas itu apanya? Tidak dijelaskan. Kalau dalam kehidupan kita suami istri retak di jalan, berkurang rasa kasih sayang, ketahuilah: Allah luas kasih sayang-Nya. Andaikan suami tidak mendapat kasih sayang dari istrinya atau istri tidak mendapat kasih sayang dari suaminya, mereka berpisah, maka kasih sayang Allah itu masih banyak. Mintalah kasih sayang Allah Swt.
Kalau suami istri gara-gara kawin lalu miskin, tidak cocok dan berpisah, maka Allah itu luas rezkinya, mintalah rizeki kepada-Nya. Masih ada jalan keluar, bukan kelam, bukan gelap, lantas kita bunuh diri, putus asa, tidak! Washi’an!
Cukup banyak karunia-Nya. Kalau dulu misalnya sakit-sakitan, mungkin karena sudah berpisah, bisa jadi sehat dan seterusnya. Jadi kata-kata washi’an itu masih bersifat abstrak. Luas itu bisa kita tafsirkan, apa yang kita maui ada pada Allah Swt.
Allah Swt juga hakiima, Maha Bijaksana, kapan Dia kehendaki akan diberikan rezeki untuk hamba-Nya. Allah berikan kasih sayang kepada hamba-Nya. Seseorang hidup miskin, tapi bahagia, karena Allah telah mencurahkan kebahagiaan kepada rumah tangga itu, walaupun hidupnya pas-pasan.
Tafsir .: Prof. Dr. H. Azman Ismail, MA :.
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !