Headlines News :
Home » » Membumikan Islam di Aceh

Membumikan Islam di Aceh

Written By MAHA KARYA on Friday, February 19, 2010 | 2/19/2010

Juanda Djamal
(Sekretaris Konsorsium Aceh Baru)

Syariat Islam dimulai sejak 2003, Blang padang menjadi saksi bisu kebijakan Pemerintah Aceh dibawah Abdullah Puteh memutuskan pemberlakuan Syariat Islam, tanpa da konsultasi public dan saat berlankunya Darurat Militer.

Sudah tujuh tahun berlangsung, diskursus tentang implementasinya masih terus berlangsung, pro dan kontra berjalan, dampaknya baru dialami oleh masyarakat yang berbuat salah karena main judi, minuman keras, mesum, dan pencuri, ironisnya mereka semua adalah masyarakat bawah yang ekonominya masih terjepit, pemahamannya kurang, dan kegiatannya tidak jelas sehingga mengalihkannya dengan perbuatan demikian.

Kemudian banyak juga kasus dimana massa menjadi hakim tanpa melalui proses hukum itu sendiri, tindakan massa demikian belum tentu bahwa diantara massa tersebut sudah berbuat benar seperti yang ditentukan dalam Islam. Pemerintah, MPU, ulama bagaikan membisu seakan membenarkan berbagai dinamika yang terjadi atas pelaksanaan Syariah Islam yang demikian rupa. Pro dan kontra tidak dijadikan basis refleksi oleh pembuat kebijakan, pro dan kontra mengalir seperti mengalirnya air di sungai krueng Aceh ke laut.

Disisi kita kemiskinan berlangsung padahal kita memiliki sumber daya yang kaya, hubungan sosial makin retak padahal tiap desa memiliki meunasah sebagai media interaksi antar umat, mesjid kosong karena kita hanya menjadikan mesjid sebagai tempat sujud dan ruku’ semata padahal masa Rasulullah mesjid merupakan pusat perjuangan, anak muda menghabiskan waktu pada kegiatan yang kurang memiliki dampak pada pembangunan struktur sosial, WH sibuk dengan berbagai razia tapi lupa bahwa sifat manusia makin di tekan makin sengaja melawan, wakil rakyat sibuk mendebatkan posisi/jabatan dan renumerasi tapi lupa dinamika sekitarnya, polisi juga bagaikan kehilangan taji untuk menyatakan hukum yang benar, ironinya lagi kita dengan memudah mengkafirkan bagi yang kontra, inikah islam yang kita mimpikan, kita dambakan di Aceh, Wallahhu A’lam Bissawab.

Kita ini adalah khalifah, meneruskan perjuangan Rasulullah dalam mengelola semua ciptaanNya, mengelola ciptaan Allah bukanlah dengan suju’ dan ruku’ semata, mengelolanya dengan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, dinamika yang saat ini sedang terjadi di Aceh, menurut pemahaman saya, kurangnya ilmu pengetahuan kita atas ajaran Islam itu sendiri. Seharusnya kita belajar, Rasulullah membangun fondasi Islam dengan menciptakan ketertarikan umat, bukan dengan menjauhkan umat dari ajaranNya. Rasulullah punya misi untuk memperluas ajaranNya, Rasulullah merupakan misionaris bagi tersebarnya Islam diseluruh dunia.

Saat ini, strategi Rasulullah diadopsi oleh para kristiani, menyebarkan ajaran mereka, kita sendiri berdiam diri dan bertahan ditempat, seakan-akan tidak perlu lagi Islam diperkenalkan. Kita menjaga jarak dengan orang diluar agama Islam, padahal Rasulullah mendekatinya, membuat mereka tertarik dengan Islam, memberikan suri tauladan, menghargai orang lain (demokrasi), semua tindakan itu supaya nilai dan ajaran Islam menjadi besi magnet. IQRA seakan hanya di Al-Quran, kita luput membaca perkembangan zaman, peradaban Islam makin hari makin menghilang, timur tengah menjadi peradaban yang suram dan semakin meredup, seharusnya kita bisa membaca kondisi itu, supaya masa kita tidak hilang percuma, Islam bisa kita pahami dan amalkan dalam semua aspek kehidupan, ekonomi, politik, social dan budaya, tentunya tak lupa pula ibadah yang disampaikan dalam rukun Islam.

Dasar diatas, saya ingin memberikan gagasan supaya Pemerintah dan para ulama Aceh dapat merefleksikan tujuh tahun Syariah Islam diterapkan. Ada bagusnya, Pemerintah dan ulama mencarikan jalan lain dalam menerapkan Islam di Aceh, pendekatan qanun Syariah, qanun jinayah, Wilayatul Hisbah dan dinas syariah belum bisa menjawab bahwa kita menjadi diri muslim yang memiliki dan menguasai substansi Islam itu sendiri, ada bagusnya kita pahami kembali esensi misi dakwah dimana penting sekali kita kembali membiasakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Ada bagusnya kembalilah pada dasar dakwah Islam itu, mulai kembali hidupkan meunasah dan mesjid untuk mengajarkan ilmu-ilmu dasar Islam, ilmu akhlak, aqidah, melalui kitab-kitab kecil seperti masailal mubtadi, majmuk, kitab akhlak supaya dasar kita atas ajaran Islam kembali terbangun dan kuat. Para ulama mesti keluar dari dayah-dayah untuk menjadi misionaris-misionaris di meunasah dan mesjid-mesjid, mari memperkuat kembali hubungan sosial, mulai lagi berbagai kegiatan kebudayaan Islam supaya semua pemuda dapat mengisi waktu kosongnya dengan aktifitas yang bermanfaat, jadikan mesjid sebagai basis perjuangan untuk mengembangkan ajaran Islam menjadi pemikiran-pemikiran (politik) yang berguna dalam mengembangkan kegiatan ekonomi, maka yakinlah masyarakat kita bakal jauh dari kemiskinan, jauh dari kejahatan, dan jauh dari api neraka. Amin,Wassalam
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin