Headlines News :
Home » » Wawasan Ilmu Dakwah

Wawasan Ilmu Dakwah

Written By MAHA KARYA on Thursday, November 5, 2009 | 11/05/2009


Oleh: H.Akhyar, M.Ag*
Dakwah sebagai sebuah strategi, metodologi dan pendekatan dalam mamasarkan dan menyebarkan pesan-pesan Ilahi kepada ummat. Maka, dakwah dapat dikatakan sebuah proses tidaklah bersifat tunggal dan parsial.Tetapi sebuah gerakan kolektif semua ummat laki-laki dan perempuan, tua, muda, petani maupun pejabat, politikus maupun praktisi, akademisi, polisi/TNI, buruh ataupun majikan, pengusaha, wiraswasta dan berbagai propesi lainnya, berkewajiban menyampaikan seruan Allah SWT kepada publik sesuai dengan kemampuan dan propesi masing-masing. Gerakan dakwah kolektif semacam ini, lebih efektif dan berpengaruh besar dibandingkan dengan dakwah-dakwah personal (fardiyah).

Para Mujahid dakwah bersepakat bahwa dakwah itu adalah sebuah seruan. Jika dakwah dikembalikan pada akarnya, maka dakwah berasal dari kata da’a, yad’u, dakwatan bermakna ; ajakan, seruan, penggilan dan undangan, yang tentunya sebuah proses secara lebih konfrehensif, dakwah bermakna sebuah proses gerakan secara massif menyeru dan mengajak menusia ke jalan Allah dengan berbagai upaya agar manusia bisa selamat dan berbahagia dunia dan akhirat.

Para pakar dakwah, termasuk Prof.A.Hasyimi (alm) dalam bukunya “Dustur Dakwah” bersepakat bahwa sebelum kita mengajak orang lain kepada kebaikan lebih dahulu mengajak diri sendiri dan keluarga untuk berbuat kebaikan dan meninggalkan kejahatan.

Dakwah kekinian
Perjalanan dan spirit gerakan dakwah tidak pernah padam dan pudar. Dakwah sebagai strategi pemasaran Islam tetap up to date. Islam dan ummat Islam tetap bergerak dinamis dan optimis, yang dipelopori mujahid-mujahid dan mujtahid dakwah kapan dan dimana pun.

Muncul kesadaran manusia dalam berbagai bidang keilmuan untuk menyelamatkan alam semesta, yang sebelumnya terbenam dalam lumpur konflik, krisis dan peperangan yang kemudian terjadi evolusi, reformasi dan revolusi di mana-mana.ternyata banyak membawa mamfaat dan kemudahan-kemudahan dalam gerakan dakwah Islamiah di samping mudharat-mudharatnya.Sehingga gerakan dakwah pun harus beradaptasi dengan pola-pola yang lebih modern.

Maka, konsep dan aplikasi dakwah tidak lagi bersifat parsial dan sifat individual tetapi harus bersifat kolektif dan melembaga.Demikian pula dalam hal strategi metodologi dan pendekatan-pendekatannya pun harus disesuaikan salah satunya dalam kontek penggunaan media dakwah, tekhnologi komunikasi dan informasi (IT) yang memproduksi media cetak dan elektronik harus menjadi bagian dari fokus gerakan dakwah ke kinian, baik bersifat visual, audio maupun audio visual.

Televisi, surat kabar, internet dan lainnya harus dijadikan bagian dari gerakan dakwah kolektif. Media-media ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter ummat, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor.Bahkan, media-media ini ttelah mampu memetakan sasaran dakwah (mad’u) dan pasar-pasar dakwah.

Demikian pula gerakan dakwah dalam bentuk ar-Risalah (al-katabah) dalam wujud gemar menulis dan pembuatan karikatur (keterampilan tangan) harus dijadikan pula dakwah bi-al-lisan dan bi al-hal, harus di uprade ulang yang sesuai dengan perkembangan masyarakat global hari ini.

Strategi dan Pendekatan Dakwah
Para ulama dan para pakar dunia dakwah telah sepakat bahwa secara praktis, dakwah di bagi kepada substansi, yaitu: dakwah dengan menggunakan potensi dan kafasitas “mulut” yang kemudian strategi ini di masukkan dalam “Dakwah bi al-Lisan”. Sedangkan segala upaya menyangkut penguatan, kekuatan, potensi dan kafasitas “tangan” yang melahirkan berbagai karya, baik berbentuk tulisan-tulisan gambar, kaligrafi, karikatur dll.Di masukkan dalam strategi dakwah” Bi-al-Risalah/bi al-Kitabah.Terakhir segala sesuatu benbentuk prilaku simbol-simbol, isyarat dan bahasa-bahasa tubuh di golongkan dalam “Dakwah Bi al-Hal”.

Rasulullah SAW, bersama para sahabatnya sebagai “sentral” historisasi aktifitas dakwah juga menggunakan ketiga strategi dakwah dimaksud, termasuk bagaimana upaya-upaya dan usaha beliau dan usaha beliau mengajak para petinggi-petinggi kerajaan (raja-raja) saat itu untuk masuk Islam, dengan mengirim surat kepada mereka.

Dalam konteks kearifan lokal, para ulama mujahid-mujahid dakwah dan para aktifitas dakwah di Aceh selalu menggunakan tiga pendekatan dakwah tersebut dalam memberikan kesadaran pemahaman dan pengamalan ajaran Islam secara kaffah. Ulama-ulama, tengku-tengku chik, dan tgk Imuem Mukiem menggunakan kekuatan lisan untuk mengajarkan pengetahuan agama (fardhu ‘ain) kepada ummat di Dayah-Dayah, Balai pengajian, Mesjid dan Meunasah juga para orang tua mengajarkan anaknya di rumah-rumah selalu menggunakan media “lisan” secara konvensional ini.

Selain tiga pendekatan dimaksud para pekerja-pekerja dakwah di Aceh sejak dahulu juga membangun pendekatan interaksi sosial lebih dahulu secara kontinyu dengan komunitas masyarakat seperti halnya yang dilakukan oleh nabi Muhammad SAW bersama para sahabatnya. Beliau tidak pernah meninggalkan komunitas ummat dalam senang dan duka.Demikian pula para ulama-ulama di Aceh sejak dahulu sampai sekarang. Hal ini sangat perlu di contoh para Muballigh/ah di Aceh saat ini dan ke depan.

* Mahasiswa program Doktor IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin