Headlines News :
Home » » Akhlakul Karimah Pondasi Ummat

Akhlakul Karimah Pondasi Ummat

Written By MAHA KARYA on Monday, July 13, 2009 | 7/13/2009

Oleh: Ir. H. Faizal Adriansyah

Suatu dialog monumental pernah terjadi antara Abu Sufyan yang ketika itu masih belum memeluk Islam dengan Hiraklius, Raja Romawi, yang membahas tentang kepribadian Nabi Muhammad SAW. Kisah ini lebih lengkap dapat kita baca pada kitab Hadist Bukhari maupun Hadist Muslim yang diceritakan oleh Abu Sufyan kepada Ibnu Abbas.

Kisah ini, berawal ketika Raja Hiraklius menerima sepucuk surat Nabi Muhammad SAW yang berisi tentang ajakan masuk Islam, maka sang Raja memerintahkan kepada para pembantunya untuk menghadirkan bangsa Arab yang dekat kekerabatan dengan Nabi Muhammad untuk dimintai keterangan. Secara kebetulan waktu itu di Syam ada rombongan pedagang Suku Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan, maka diundanglah mereka ke istana Raja.

Ketika berada dihadapan singgasana Raja terjadilah dialog antara Abu Sufyan dan Raja Hiraklius. Abu Sufyan (A) waktu itu diminta maju kedepan dan Raja Hiraklius (H) meminta agar menjawab dengan jujur terhadap pertanyaan yang ia ajukan.

(H) : Apakah Muhammad yang mengaku sebagai nabi ini memiliki garis keturunan yang jelas?
(A) : Ya, nasab keturunannya sangat jelas. Ia berasal dari kalangan orang baik dan terpandang
(H) : Apakah ada kakek-kakeknya seorang raja yang berkuasa dulunya?
(A) : Tidak
(H) : Apakah pengikutnya kebanyakan orang kaya, penguasa ataukah orang miskin dan lemah?
(A) : Pengikutnya adalah dari kaum lemah, para budak yang hidupnya teraniaya
(H) : Apakah ada pengikutnya yang kemudian murtad?
(A) : Tidak ada
(H) : Apakah ia pernah berdusta?
(A) : Tidak pernah sekalipun kami mendapatinya sebagai seorang yang berdusta
(H) : Apakah ia pernah berkhianat
(A) :Tidak, saat ini kami dalam masa perjanjian damai dengannya (perjanjian Hudaibiyah)
(H) : Apa yang ia suruh terhadap kalian?
(A) : Ia menyuruh kami mengerjakan shalat, membayar zakat, menyambung tali perbuatan silaturahim dan menjauhkan diri dari tercela.

Demikian sebagian dialog antara sang Raja Hiraklius dan Abu Sufyan, selanjutnya Abu Sufyan menceritakan setelah semua pertanyaan dijawabnya maka sang Raja berdiri dari singgasananya lalu mengatakan: “Kalaulah yang kalian katakan itu benar adanya, maka aku yakin ia adalah seorang nabi. Aku sebenarnya telah tahu nabi itu akan datang, tapi aku tidak menyangka bahwa ia dibangkitkan dari bangsamu. Sekiranya aku yakin dapat setia kepadanya, aku akan senang berjumpa dengannya. Jika aku telah berada dihadapannya, aku akan mandi dari air kakinya. Kerajannya kelak akan mencapai semua yang berada di bawah kakiku”.

Setelah itu Hiraklius meminta surat Nabi Muhammad dibacakan, “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad hamba Allah dan utusan-Nya, untuk Hiraklius Raja Romawi. Keselamatan bagi orang-orang yang mengikuti petunjuk. Amma Ba’du, aku mengajakmu dengan ajakan Islam, masuklah Islam maka kamu akan diselamatkan. Allah akan memberimu pahala dua kali, jika kamu berpaling, maka kamu menanggung dosa rakyatmu... “(dalam surat tersebut dicantumkan juga surat Ali Imran ayat 64).

Setelah surat itu selesai dibaca terjadilah kegaduhan di dalam ruang pertemuan itu, timbul suara riuh rendah yang merespon isi surat Nabi Muhammad. Saat itu kata Abu Sufyan kami disuruh keluar dan Abu Sufyan sempat berucap kepada kawan-kawannya, “Telah besarlah kedudukan anak Abu Kabsyah (Nabi Muhammad), ia telah ditakuti oleh Raja Bani Ashfar (Romawi).”

Hikmah Apa yang dapat kita petik dari kisah diatas?
Pertama, Islam telah membuka pintu gerbang peradaban
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS Al-Anbiya: 107)

Melalui surat kepada Raja Hiraklius dan penguasa lain yang juga nabi kirimkan surat senada yaitu kepada Kaisar Kisra Penguasa Parsi, Muqaukis Raja Yamamah, Penguasa Bahrain dan Raja Oman, telah membuktikan bahwa Islam adalah agama untuk seluruh Umat Manusia. Kalau sebelumnya Islam hanya dikenal disekitar Makkah dan Madinah, namun melalui surat Nabi tersebut Islam menjadi terbuka dan mengglobal dikenalkan kepada dunia luar. Sejarah telah mencatat dunia Islam sepeninggal Nabi Muhammad terus mengalami kemajuan yang luar biasa sementara kita tahu bahwa dunia Barat tertidur lelap hampir 1.000 tahun (395 M hingga 1453 M). Di dunia Barat waktu itu menganggap bahwa, di muka bumi hanya mereka manusia yang dicipta Tuhan, dunia diluar mereka dianggap hanyalah dongeng. Doktrin agamawan waktu itu mendominasi kehidupan mereka bahwa bumi adalah pusat alam semesta, semua benda langit seperti matahari mengelilingi bumi dan bumi dianggap berbentuk datar. Ketika ada ilmuwan berbeda, maka dianggap murtad seperti Giodarno Bruno (1548-1601) dianggap murtad dan dibakar hidup-hidup demikian juga Galilie Galileo (1546-1642).

Kedua, Pentingnya akhlak dalam mendakwahkan Islam
Dialog diatas menggambarkan betapa hebatnya pengaruh akhlakul karimah dapat meyakinkan seseorang tentang ajaran yang dia bawa. Kita tahu bahwa Hiraklius tidak pernah berjumpa Nabi Muhammad, dia mengetahui pribadi Rasulullah SAW hanyalah dari dialog tanya jawab dengan Abu Sufyan. Namun, karena gambaran pribadi Nabi Muhammad yang tercermin dari jawaban Abu Sufyan adalah keutamaan akhlaq seperti ketulusan dalam perjuangan, seorang yang jujur tidak pernah berbohong, tidak pernah berkhianat, membela yang lemah, mengajak lepada kebaikan, maka Raja Hiraklius sampai pada kesimpulan Muhammad benar seorang nabi, walaupun akhirnya Hiraklius harus menghadapi tantangan dari pembesar dan pemuka agama kaumnya.

Akhlak dalam pandangan agama Islam adalah sesuatu yang amat penting, itu sebabnya Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia.” Demikian pula Allah dalam Al-Quran berfirman tentang Nabi Muhammad saw:

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS Al-Qalam: 4)

Karena keagungan akhlak itulah, maka Nabi Muhammad menjadi suri tauladan.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS Al-Ahzab: 21)

Akhlak bukanlah teori keilmuan sebagaimana matematika, fisika, biologi dan lain-lain yang merupakan hasil olah otak. Tapi akhlak adalah perilaku yang dapat dilihat dan diamati langsung pada seseorang. Akhlak adalah hasil dari olah jiwa dan olah qalbu. Akhlak juga buah dari ibadah yang benar dan lurus yang dilaksanakan untuk mencari ridha Allah. Perintah shalat, puasa, zakat, haji muaranya adalah untuk membentuk insan yang berakhlakul karimah. Bahkan, kalau kita melihat gambaran Al-Quran tentang ciri orang yang bertaqwa di antaranya Allah menggambarkan dari sisi akhlakul karimah.


Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS Ali Imran: 133-134)

Khatib, Sekretaris Bappeda Aceh
Share this article :

1 comment:

  1. alhamdulillah, sesuai dg keterangan yg pernah saya kaji

    ReplyDelete

Saran Masukan silahkan Anda kirim. Redaksi amat senang menerimanya.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin