Ibadah puasa ramadhan dapat didekati dari multi dimensi hikmah, salah satunya puasa merekatkan kembali keretakan sosial. Dengan kesempurnaan ibadah puasa seorang muslim, ia akan menjadi pribadi muslim yang mampu merekatkan kembali pribadi-pribadi yang selama ini berselisih, bermusuhan atau malah bertikai. Ia menjadi pribadi pemersatu.
Lebih jauh, pribadi pemersatu muttaqin ini —dalam jumlah yang besar —tentu akan berdampak positif terhadap upaya merekatkan kembali ummat dan bangsa ini, yang baru saja renggang akibat dampak negatif penyelenggaraan pilpres. Mereka bisa menjadi motor peningkatan kembali persaudaraan Islam dan persatuan bangsa.
Semangat persaudaraan, persamaan dan silaturrahim dapat kita aktualisasikan dari ajaran berbagi, sedekah dan memberikan makanan berbuka (buka puasa bersama) yang kita dapatkan pada hari-hari puasa ramadhan. Ajaran ini akan membentuk pribadi yang peduli dan empati terhadap saudara seiman, bahkan saudara se bangsa.
Jadi, ketika selama ini, muslimin Aceh dan bangsa Indonesia terjadi ketegangan akibat pilpres, maka pribadi muslim yang berpuasa, akan menjadi perekat terhadap keretakan politik. Ia akan mendorong berbagai komponen bangsa, untuk mengutamakan kepentingan ummat dan bangsa dari pada kepentingan pribadi dan golongan.
Secara kasat mata, memang tak mudah mendeteksi korelasi antara puasa ramadhan dengan persaudaraan bangsa. Tapi dalam kenyataannya, kita merasakan dampak positifnya terhadap upaya meredekan konflik yang diperkirakan terjadi pasca pilpres. Buktinya, semua pihak mengendalikan diri dan menahan amarah. Kondisi sosial politik pun benar-benar terkendali, meski bak api dalam sekam.
Karena itu, seharusnya semua elit bangsa, ulama dan tokoh-tokoh Islam dapat menjadikan spirit kebersamaan ramadhan untuk mengantisipasi kemungkinan letupan sosial dan ekspresi politik. Dengan semangat “buka puasa bersama” pula kita kembalikan proses pilpres kepada mekanisme yang konstitusional, seiiring menenti dengan sabar hasil perhitungan suara dan menerima hasilnya secara ikhlas.
Bagi kita, iklim yang kondusif dan demokrastis, lebih penting untuk menjamin keberlanjutan dakwah islamiah dan perjuangan tegaknya syariat Islam. Demikian juga, muslimin Indonesia dan Aceh sebagai mayoritas bangsa, kita berharap tetap menjadi teladan dalam berdomokrasi sebagai model dan inspirasi bagi negara-negara Islam lainnya.Sayed Muhammad Husen
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !