Headlines News :
Home » » Biar Kaya asal Masuk Surga

Biar Kaya asal Masuk Surga

Written By MAHA KARYA on Monday, April 15, 2013 | 4/15/2013

Biar kaya asal masuk surga. Sepenggal kalimat itu saya balik dari kalimat yang sering digaungkan yaitu biar miskin asal masuk surga. Saya tidak tahu sejak kapan umat Islam bersifat pasrah dalam menata kehidupan ini. Kita sepakat, lahir dari keluarga miskin adalah takdir. Tidak ada manusia yang bisa memutuskan dia ingin lahir dari keluarga konglomerat atau menjadi cucu presiden. Namun meninggal dunia dalam keadaan fakir miskin adalah nasib. Yang namanya takdir tidak bisa diubah karena sudah ditentukan sebelum manusia lahir. Sebaliknya yang dinamakan nasib yakni bisa diubah melalui pendidikan, kerja keras yang halal, berdoa dan sebagainya.

Tiga tahun lalu, saya menyimak ucapan yang berbekas hingga kini. Seorang hartawan yang dermawan menuturkan, kita berhaji atau berumrah bukan untuk mandi keringat karena kepanasan. Bukan untuk antri makanan yang sangat panjang. Bukan untuk bersusah payah berjalan kaki hingga 2 kilometer ke Masjid Haram. Sudah lumrah, makin dekat dengan Ka’bah, maka tarif hotel semakin melambung. Ada fasilitas yang diperoleh jika menginap di hotel yang hanya selangkah dengan halaman Masjid Haram yakni bisa shalat dari mushalla di hotel yang jamaahnya bisa mengikuti shalat jamaah di sekitar Kabah. Jadi sudah sewajarnya, setiap umat Islam mesti memiliki harta dengan barometer bisa berhaji. 

Sejatinya, Islam butuh umat yang tidak tergantung pada pihak lain dari aspek ekonomi. Dengan kata lain, jangan menjadi pengemis yang menggedor dari satu pintu toko ke pintu rumah.  Kita paham, tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah. Maka apa ukuran seseorang disebut kaya?

Tidak sulit merumuskan seseorang disebut kaya yakni bisa bershadaqah setiap hari. Paling kurang setiap Jumat menyodorkan lembara ribuan ke tabungan masjid. Jika Anda menghabiskan kocek mininal Rp 300 ribu per bulan untuk beli rokok, maka demikian juga yang mesti dihabiskan ke kotak amal di masjid atau meunasah. Apa jadinya, jika sumbangan ke masjid lebih minim daripada berupaya untuk membeli rokok yang lebih banyak mudharatnya? Jika perilaku tersebut masih berlaku, berarti Anda sudah menomorsatukan rokok dalam hidup ini dengan menomorduakan perintah pemilik alam ini.

Barometer lain kita sudah layak digelar kaya yaitu setiap tahun bisa membayar zakat fitrah, rajin berinfaq, berqurban dan sebagainya. Kelompok ini sadar, yang dinamakan harta miliknya yakni yang dikeluarkan untuk jalan kebaikan. Sebaliknya, yang tidak pernah berqurban seumur hidup baik karena tidak tahu atau tidak ada cukup rezeki, maka mesti berusaha dan berdoa agar minimal sekali bisa berqurban, berumrah atau berhaji. 

Sudah waktunya slogan biar miskin asal masuk surga dirombak menjadi biar kaya asal masuk surga. Ucapan-ucapan yang bergema itu tidak baik untuk pemikiran umat Islam. Untuk menunaikan ibadah haji hanya diwajibkan kepada kaum muslim dan muslimat yang wajib terutama biaya ONH. Islam melarang umatnya berutang untuk berhaji. Memang kita jumpai, ada yang menjual tanah dan sebagainya yang selama ini merupakan lahan produksinya demi mengejar gelar haji atau faktor sosial lain. Akhirukalam, hanya orang kaya juga yang wajib berhaji. Jika belum kaya, maka teruslah menambung emas sebagai modal untuk berhaji biasa atau plus.Murizal Hamzah
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin