Headlines News :
Home » » Generasi dalam Pusaran Kebebasan

Generasi dalam Pusaran Kebebasan

Written By MAHA KARYA on Thursday, March 14, 2013 | 3/14/2013

:: Muhammad Dahrum, M. Pd ::
Pergaulan bebas di kalangan remaja akhir-akhir ini semakin mengkhawatirkan. Diawal tahun yang mestinya memberikan semangat baru dengan munculnya tunas-tunas muda berkepribadian agung, justru yang terjadi sebaliknya. Harapan itu seakan pupus seiring dengan temuan fakta di lapangan. Hasil survey Dinas Kesehatan Aceh mengungkapkan hal itu, bahwa 70% pelajar di Lhokseumawe telah terlibat pergaulan bebas, sekaligus menduduki peringkat pertama terbanyak. Kemudian disusul Kota Banda Aceh sebanyak 50%. (Serambi, 15/2/13). Data ini sepertinya sejalan dengan temuan KPAI (Komisi Nasional Perlindungan Anak) yang menyebutkan bahwa 62,7% remaja melakukan seks bebas pada tahun 2008 di 33 provinsi di Indonesia.

Kasus trafficking (perdagangan manusia) juga tidak ketinggalan, dengan korban para remaja tingkat SMP dan SMA untuk dipekerjakan pada bisnis pelacuran. Hanya dengan tawaran sejumlah materi dan demi gengsi kehormatan digadaikan. Tidak berhenti sampai disitu, penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja makin menggila. Penelitian yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) menemukan bahwa 50-60 persen pengguna narkoba adalah kalangan pelajar dan mahasiswa. Dari rentetan kejadian ini tentu semua pihak ingin keluar dari petaka tersebut, terutama orang tua yang gundah gulana dengan masa depan anak-anak mereka. Tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya celaka, suram masa depannya,tidak memiliki semangat hidup, apalagi menjadi penyakit bagi masyarakat.

Para orang tua  harus memutar otak bagaimana cara agar anak mereka menjadi generasi cerdas dengan kepribadian baik. Jika tidak, maka kesengsaraan akan terus menimpa dan institusi keluarga akan terkena imbasnya. Lebih jauh, apabila remaja (generasi muda) suatu bangsa bermasalah tentu menjadi investasi buruk bagi bangsa tersebut. Hal ini disebabkan generasi muda adalah penerus estafet bagi sebuah negeri. Apa jadinya jika negeri ini dipimpin oleh manusia-manusia teler karena narkoba, hobi dengan ‘kebebasan’ dalam kesehariannya. Tentu negeri ini akan amburadul tidak karuan.

Fakta ironi ini bukan saja mengkhawatirkan, pengaruhnya lebih berbahaya dari pada bom sungguhan. Bom waktu pergaulan bebas berada pada wilayah pemikiran yang bersifat permanen, jika tidak ditangani. Tanpa perlu ada peperangan, remaja kita akan tumbang satu persatu karena narkoba serta tawuran dan geng motor di jalanan. Bentuk kriminal lainya yang bisa menimbulkan loss generasi adalah akibat seks bebas dan prostitusi yang berakhir dengan aborsi maupun bunuh diri. Jika tidak ada upaya sungguh-sungguh untuk memperbaikinya, perilaku tersebut terus berulang dan korban semakin bertambah.

Pergaulan bebas merupakan produk budaya rusak yang kini makin marak diadopsi dikalangan generasi muda. Mereka tidak lagi merasa malu terhadap apa yang dilakukan, justru sekarang seolah remaja yang tidak pacaran, tidak terlibat pergaulan bebas menjadi pihak yang dianggap ‘tidak gaul’. Inilah standar yang sedang berlaku dikalangan remaja. Standar kebebasan (berperilaku, berpendapat, berkeyakinan dan memiliki harta) sebagai ideologi yang diterapkan saat ini, menjadikan semua orang termasuk remaja merasa berhak berbuat apapun. Tak peduli orang lain terganggu karena ulahnya. Perbuatan-perbuatan asusila pun dianggap biasa, karena yang lain juga melakukannya. pergaulan bebas merupakan sumber penyimpangan perilaku.

Dari sisi eksternal, remaja yang masih labil ini dipengaruhi oleh terpaan media massa dengan konten bermasalah. Sangat berbahaya ketika tontonan yang vulgar menghiasi media, untuk kemudian dijadikan tuntunan dalam kehidupannya. Tidak heran generasi muda kita begitu mudah dalam meniru suatu yang menyimpang, baik dalam berpakaian maupun perilaku lainnya.

Pengaruh lingkungan pergaulan, memberikan andil bagi perubahan perilaku remaja. Hanya karena ingin dipuji dan dikatakan gaul saja, terkadang remaja rela melakukan sesuatu diluar nalar, tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi selanjutnya. Masalah dalam keluarga (broken home) adalah persoalan lainnya yang menambah daftar penyabab rusaknya mental remaja.

Peran Keluarga
Keluarga adalah institusi pertama dan utama tempat anak menentukan arah kehidupannya. Keluargalah yang memberikan transfer karakter yang akan terus mempengaruhi seseorang dalam beraktivitas. Peran keluarga yang sangat strategis ini harus diatur sedemikian rupa dan dipersiapkan sejak awal pra pernikahan. Dengan cara menentukan pasangan hidup yang memiliki satu visi, agar energi besar bisa terarah dengan saling mendukung dan melengkapi.

Orang tua harus dapat memberikan gambaran bahwa pergaulan bebas itu berbahaya, memberikan dampak buruk bagi kehidupan. Disamping terus memupuk keimanan sebagai benteng diri dari pengaruh yang tidak baik. Pembinaan terhadap remaja oleh orang tua tidak perlu menunggu anak ‘bermasalah’ dulu, namun sejak dini, agar menjadi bekal baginya dalam mengarungi kehidupan.

Setiap orang yang terlibat pergaulan bebas sejatinya telah melanggar perintah Allah Swt. Hal ini sudah harus menjadi perisai bagi remaja dan disadari betul dengan penuh keyakinan. Baik itu dilakukan oleh remaja maupun orang dewasa, karena setiap orang yang sudah baligh maka sanksi hukum telah dibebankan dipundaknya dan harus dipertanggungjawabkan di hari pembalasan kelak.

Jangan lupa, orang tua perlu memberikan pemahaman secara bijak bahwa interaksi sosial itu penting dan harus dilakukan secara tepat, dengan penekanan mana yang boleh dan mana yang tidak, harus sudah jelas tergambar dalam benaknya. Orang tua wajib mendidik anaknya dengan perilaku dan budi pekerti yang benar sesuai dengan ajaran Islam. Bagaimana anak diajarkan untuk memilih kalimat-kalimat yang baik, sikap sopan-santun, kasih sayang terhadap saudara dan orang lain. Mereka diajarkan memilih cara yang benar ketika memenuhi kebutuhan hidup dan memilih barang yang halal yang akan digunakan. Dengan begitu, maka akan terbentuk pribadi yang shalih dan terikat dengan aturan Islam. keluarga atau pendidikan dirumah membawa pengaruh besar pada pembentukan kepribadian remaja. inilah upaya preventif, karena memang mencegah lebih baik dari pada mengobati.

Semua itu bukan hal yang mudah, setiap orang tua tidaklah memiliki kemampuan yang sama. Karena mesin pendidikan remaja tidak bisa berjalan sendiri, perlu dukungan masyarakat yang melakukan aktivitas amar makruf nahi mungkar dan juga sekolah. Dalam hal ini tentu yang paling berperan adalah Negara.

Peran strategis Negara
Jika peran keluarga dalam pembentukan kepribadian seseorang sangat penting, maka peran Negara selain penting juga sangat strategis. Bila pendidikan keluarga dianggap memiliki pengaruh besar bagi pembentukan kepribadian, maka Negara harus memastikan setiap orang tua mempunyai kemampuan memadai untuk mendidik. Jika tidak, maka Negara/pemerintah harus menyiapkan perangkat kebijakan yang mendukung untuk hal tersebut. Tidak cukup dengan sekedar penyuluhan berkala, tetapi harus terintegrasi dengan sistem pendidikan dan juga harus sejalan dengan sistem sosial yang dibangun oleh Negara.
Negara memiliki kewenangan regulasi yang dengannya dapat menggiring orang untuk berbuat baik atau jahat. Regulasi yang baik, hanya berasal dari zat yang maha baik, yaitu syari’at Allah Swt yang bersifat aplikatif, bukan sekedar untuk diketahui, dihafal, apalagi dijadikan alat pengusir setan.

Negeri ini harus memiliki kemandirian dalam menyikapi arus global yang merusak. Terkait pembinaan generasi, ada berbagai arus global yang kontraproduktif. Arus global itu diantaranya kampanye generasi berideologi kebebasan pada bulan Desember lalu yang dibungkus dalam jargon memenuhi hak-hak anak. Inti dari kampanye ini, mengajak anak sejak dini agar ia bisa menuntut haknya untuk bebas berpendapat dan berperilaku. Kampanye “nikah di usia muda yang membuat rumah tangga berantakan” juga semakin gencar, sementara disisi lain naluri kedewasaanya terus dirangsang. Bisa dibayangkan apa jadinya jika remaja tidak memiliki kesadaran arus global ini. Negara harus mampu memerankan diri sebagai perisai agar rakyatnya terlindungi dari serangan yang mengancam.

Negara wajib mengontrol dan menindak tegas hal-hal yang bisa merusak generasi. Melalui pemenuhan kebutuhan rakyatnya dengan layak. Persoalan ini tentu saling terkait dengan kebijakan ekonomi dalam sistem Islam, agar sumber daya yang ada bisa dinikmati dengan maksimal. Bukan malakukan praktek liberalisasi ekonomi seperti yang terjadi saat ini. Sehingga praktek yang merendahkan harga diri seperti prostitusi atas nama materi tidak perlu terjadi.

Media yang memberi pengaruh buruk bagi pendidikan dan pembinaan remaja juga harus di tindak dan ditutup rapat-rapat, sebagai bentuk pengendalian naluri pergaulan bebas dengan tata pergauan yang Islami. Karena permasalahan utama remaja adalah tidak adanya kendali terhadap naluri mereka, bahkan dibiarkan bebas liar begitu saja. Pergaulan bebas dapat mengancam eksistensi sebuah bangsa, maka Negara bertanggung jawab untuk mengendalikan perilaku ini agar terarah sesuai syari’ah. Wallâh a’lam bi ash-shawâb.
Penulis, Pendidik dan pemerhati sosial politik
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin