Headlines News :
Home » » Dakwah sebagai Pondasi Tegaknya Syariat

Dakwah sebagai Pondasi Tegaknya Syariat

Written By MAHA KARYA on Sunday, March 10, 2013 | 3/10/2013


Kewajiban penegakan dan palaksanaan syari’at Islam terhadap setiap muslim yang pertama dan utama adalah doktrin aqidah. Banyak ayat Al Quran dan Hadis-hadis sahih sebagai dalil qath-’i yang mendasarinya. Terlebih lagi atas setiap muslim yang tinggal dan hidup di tanah Aceh, karena selain doktrin aqidah juga konstitusi negara sebagaimana dalam UU No 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh (UUPA).
Memang selama ini yang amat gencar diblaw-up tentang UUPA adalah isinya berkenaan dengan berbagai dana, lex specialis yang dimiliki Aceh, tetapi isi undang-undang tersebut yang berkaitan dengan pemberlakuan dan kewajiban setiap muslim menegakkan dan mengatur berbagai aspek hidup dan kehidupan sesuai syari’at Islam (Islam kaffah) di Aceh terkesan tidak begitu ditonjolkan kepada khalayak.

Padahal sejatinya ia amat sangat penting diketahui oleh segenap kaum muslimin dan muslimat di seluruh Aceh. Inilah sesuatu yang sangat monumental yang didapatkan rakyat Aceh sebagai hasil perjuangan yang cukup lama dengan berbagai pengorbanan seluruh rakyat Aceh.

Adalah sesuatu yang sia-sia dari dari hasil perjuangan dan pengorbanan itu, apabila nyatanya syari’at Islam kaffah yang rahmatan lil’alamin  belum tegak dan terwujud di Aceh. Untuk hal ini, menurut saya setidaknya tiga elemen yang paling bertanggungjawab, ialah; pertama, tanggungjawah pribadi setiap muslim (mas-uuliyyatun fardiyyah). Kedua, tanggungjawah kolektif/komunal (mas-uuliyyatun jamaa-’iyyah) dan ketiga, tanggungjawab pemerintah/ penguasa (mas-uuliyyatun hukuumiyyah).

Dalam tulisan ini, saya hanya menyoroti ihwal tanggungjawab kolektif/komunal bagi tegak dan terwujudnya syari’at Islam kaffah di tanah Aceh, yakni dalam segala ruang dan waktu dengan keteladanan (bilhal), lisan dan tulisan pro-aktif, berani, tegas dan transparan melakukan amar ma’ruf nahi munkar, pubuet surouh peujeu-ouh teugah berkaitan dengan berbagai aspek hadup dan kehidupan (profesi) dalam masyarakat. Menurut saya, dakwah Islamiyah, yakni amar ma’ruf nahi munkar adalah fondasi bagi tegaknya syari’at Islam dalam masyarakat.

Bahwa dalam masyarakat ada ormas, tentu saja kita harapkan ormas itu tidak sekedar papan nama. Tetapi pro-aktif, berani dan transpa
ran melakukan amar ma’ruf nahi munkar dalam masyarakat, dan setidaknya untuk anggotanya sendiri.

Demikian juga sejatinya organisasi politik (partai politik). Jangan hanya dengan rupa-rupa modus operandi dan cakologi berusaha memperbanyak jumlah pendukung, dijadikan robot/mesin politik.  Apalagi pendukungnya itu dijadikan “herder” (asee peulasoun), tanpa dibekali aqidah, akhlak dan tatakrama dilepas ke tengah-tengah masyarakat dalam rangka memburu dan/atau mempertahankan kekuasaan di lembaga legislatif dan eksekutif.

Wabilkhusus lagi orang-orang yang sudah menabalkan diri atau ditabalkan sebagai ulama, baik yang tergabung dalam organisasi maupun tidak, harus lebih berani dan transparan melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Mengapa saya katakan harus berani? Karena demikianlah sejatinya sosok dan karakter ulama menurut Al-Quran, bahwa yang dikatakan ulama adalah orang-orang memiliki ilmu dan takut hanya kepada Allah (QS, Al-Faathir: 28).

Ulama juga dikategorikan sebagai waratsatul ambiya, yakni warisan/pewaris para Nabi, dan sifat para nabi itu berani-berani. Dengan dasar seperti ini, tidak layak dan tidak pantas siapapun disebut dan menyebut dirinya ulama apabila berperangai pengecut (geusuen). Di sisi lain dalam masyarakat ada orang-orang yang memiliki keahlian berpidato, dan terjun dalam bidang dakwah, apakah dalam kategori amatiran atau profesional.  Kategori da’i profesional ada yang  bergelar da’i kondang, yakni setiap musim hari-hari besar Islam padat jadwalnya dalam kegiatan dakwah.

Kita tidak mengharapkan para da’i, apalagi yang sudah menempati maqam da’i kondang itu dalam penambilannya di atas mimbar dakwah justru berbanding terbalik dan kontra produktif dengan hakikat missi dakwah itu, yakni amar ma’ruf nahi munkar.  Menurut saya, dagelan, peugot cagok, lawakan dan dongeng atas nama dakwah Islamiyah merupakan virus yang menggerogoti fondasi konstruksi syari’at Islam, sekaligus candu bagi kaum muslimin, sehingga membuat ummat kecanduan dengan “dakwah-dakwah”model demikian, dan dalam waktu yang bersamaan menjadi tidak menarik dan enggan mengikuti dakwah Islamiyah yang sejatinya, amar ma’ruf nahi munkar bernash dan konfrehensif.

Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, jika kalian berjihad untuk membela Islam, niscaya Allah akan menolong kalian dan meneguhkan langkah-langkah kalian. Orang-orang kafir itu akan tersungkur di dalam neraka. Allah akan jadikan semua usaha mereka sia-sia” (QS, Muhammad: 7-8).

Drs. H. Ghazali Abbas Adan,
Anggota Majelis Syura Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Aceh.
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin