Headlines News :
Home » » Catatan Gempa dan Maulid di Aceh

Catatan Gempa dan Maulid di Aceh

Written By MAHA KARYA on Friday, February 1, 2013 | 2/01/2013

Jelang atau saat azan berkumandang, sebagian muslimin dan muslimat, di berbagai perkantoran atau lokasi kerja lainnya malas dan berat untuk bergegas menunaikan shalat, menyahuti dan memenuhinya panggilan Allah. Potret malas untuk sesegera mungkin, cepat-cepat tak boleh ditunda ke tempat sujud pada awal waktu. Terus terang, masih terjadi di institusi di nanggroe bersyariat, yang idealnya lembaga itu justru juru ‘halau warga’ ke surga dan tetap setia ‘pemegang kunci’ jannah justru tidak mengindahkannya.

Sudah banyak tes iman kita, masih ada orang Islam yang tidak ada ‘rakaat’. Maksud tak ada ‘rakaat’ ialah tidak shalat atau bolong-bolong shalatnya, meski ber-KTP Islam.  Juga bagi para tukang yang membangun masjid dan mushalla, saat azan justru minum kopi, merokok, dan tidur, bukannya ke tempat wudhuk.

Juga bagi karyawan dan khadam masjid manapun, mestinya akrabi diri pada-Nya, selama masih dekat sekali, bahkan ‘bekerja’ di dalam Rumah Allah. Malang betul nasib sebagian saudara kita ini, setengah hari di masjid, digaji alaqadar dari celengan Rumah Allah, tapi jelang azan, sebagian balik ke rumah shalat sendirian.

Juga bagi tukang foto di depan masjid mana pun, jika mau shalat sebagiannya keluyuran ke warung pinggir masjid, bukan singkapkan baju untuk merasakan dinginnya air wudhuk, nikmat Allah yang gartis itu. Juga pengemis yang Allah takdirkan mungkin ada kekurangan di dunia, atau pura-pura cacat, tapi masih melipatgandakan kecacatan di akhirat dengan ogah shalat, enggan sahuti azan, juga tukang sepatu, mas, kain, dan tukang lainnya.

Syukur, jika memang kerja di saat azan, bisa juga ditulis malaikat sebagai ‘ibadah’, tapi jika tidak, andai saat demi saat, menit demi menit, dan jam demi jam itu hampa, maka ‘tong kosong’ gelap pula yang akan kita saksikan, sembari menangis. di alam kubur dan akhirat, ‘besok’ dan esok.

Sekali sadar, sadar sekali, jika memang ada ‘mata hati’, saat gempa seperti minggu lalu. Ada bala, masjid ramai; tak ada bala, masjid pun kosong dari jamaah. Dikisahkan sahabat kita, ada peningkatan jumlah shaf shubuh, di mana-mana, seusai gempa pagi Selasa, jelang maulid, kemarin shubuh. Mungkin kita pun termasuk yang meramaikan shaf lantaran gempa. Konyol sekali, jika kita shubuh cepat, di awal waktu, berjamaah, hadir ke masjid, mushalla, dan meunasah, sebelum azan, hanya karena dikejutkan oleh goyangan ranjang dan hentakan bumi, pada dini hari. Tentu lebih konyol lagi, jika gempa bumi, seperti kemarin, atau sebelumnya, atau kapan-kapan nanti, tak ada efek ketaatan sedikit pun di hati yang mengeras membatu, karena ‘hati sakit’ itu, bagaikan HP (hapé) yang tak ada sinyal, habis batere dan pulsa.

Hati yang jernih, punya kendali dan hubungan dengan langit yang sempurna. Hati bersama ‘medan’ Ilahi, secara vertikal ada kontak yang berkesinambungan, hingga ajal. Sinyal yang baik akan menjernihkan komunikasi dan pemahaman, waktu nikmat dan saat musibah. Dia akan banyak dan baik sangkaannya dengan pihak lain, dan bala Tuhan. Hubungan dengan sesama juga baik.

Hati yang jernih, ada ‘mata hati’, ulul albab, iba, dan menyentuh, cepat sadar, koneksinya terang, bagaikan hapé penuh batere dan sinyal, dan ada pulsa yang tak bakalan kadaluarsa. Nabi Muhammad datang mengisi hati kita dengan 'sinyal', 'batere', dan 'pulsa', supaya tidak hanya ingat Nabi saat maulid, atau saat gempa, atau saat Seulawah Agam 'batuk'.

Muhammad Yakub Yahya adalah Direktur TPQ Plus Baiturrahman
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin