Headlines News :
Home » » Keyakinan dan Pengorbanan 'Keluarga Ibrahim'

Keyakinan dan Pengorbanan 'Keluarga Ibrahim'

Written By MAHA KARYA on Wednesday, October 24, 2012 | 10/24/2012

Tanpa terasa kita sudah berada pada 3 Dzulhijjah 1433 H. Setiap kita memasuki bulan Zulhijjah ini, maka kita akan memperingati dua kejadian agung. Dua kejadian agung ini adalah ibadah haji yang dilaksanakan secara kolosal dan pengorbanan yang dilakukan oleh Ibrahim alaihis salam. 

Dua momentum ini tidak mungkin dilepaskan dari pembicaraan tentang narasi besar dan monumental dari keluarga besar Nabi Ibrahim a.s. Ibadah haji merupakan rekonstruksi dari perjalanan hidup keluarga Nabi Ibrahim yang amat mengagungkan, sehingga kita diperintahkan untuk melakukan napak tilas dalam rangkaian ibadah haji setiap tahunnya. Sedangkan pengorbanan yang dilakukan Ibrahim a.s adalah pengorbanan yang amat agung yang belum pernah terjadi dalam sejarah kehidupan umat manusia. 

Oleh karenanya tidak salah jika Allah berfirman: "Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia." (QS. Al Mumtahanah :4). Kata uswah atau keteladanan dalam Al Quran hanya ditujukan pada dua tokoh Nabi yang sangat mulia, yaitu Nabi Ibrahim a.s dalam surah Al Mumtahanah: 4-6 dan Nabi Muhammad SAW dalam surah Al-Ahzab: 21. Demikian juga gelar khalilullah (kekasih Allah) hanya disandang oleh kedua nabi ini. Begitu juga shalawat yang diajarkan Rasulullah SAW pada umatnya hanya bagi dua nabi dan keluarganya. 

Allah SWT berfirman dalam surah al Baqarah 124. "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman, 'Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia. Ibrahim berkata: Dan saya mohon juga dari keturunanku. Allah berfirman: Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim". 

Ibnu abbas memberikan komentar tentang ayat ini bahwa belum ada para nabi yang mendapatkan ujian dalam agama kemudian menegakkannya dengan sempurna melebihi Ibrahim AS. Firman Allah yang berbunyi 'faatammahunna' mengandung makna bahwa tugas yang diperintahkan kepada Ibrahim dilaksanakan dengan segera, sempurna dan dilakukan semuanya. 

Salah satu tugas yang disempurnakan dengan sempurna dijelaskan oleh Allah dalam surah Ibrahim ayat 37 yang artinya: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur".

Ayat 37 Surah Ibrahim mengambarkan bagaimana Ibrahim merespon perintah Allah untuk meninggalkan istrinya Hajar dan Ismail kecil di sebuah lembah yang tidak ada kehidupan. Secara logika pasti anak dan istrinya tidak akan bertahan lama dan akan menemukan ajalnya. Sebuah lembah di gurun gersang yang tidak satu orangpun yang akan melewatinya. Tidak ada pengorbanan yang lebih besar dari seorang kepala rumah tangga yang bernama Ibrahim melebihi pengorbanan meninggalkan putra satu-satunya yang telah dinanti bertahun-tahun dan istri yang paling dicintainya. Tetapi itu semua dilakukan Ibrahim dengan penuh ikhlas menyambut seruan Allah.

Disebutkan dalam riwayat, ketika Ibrahim a.s. akan meninggalkan putranya Ismail, istrinya Hajar, saat itu dalam kondisi menyusui. Ketika Ibrahim meninggalkan keduanya dan memalingkan wajah, Hajar bangkit dan memegang baju Ibrahim. "Wahai Ibrahim, mau pergi ke mana? Engkau meninggalkan kami di sini dan tidak ada yang mencukupi kebutuhan kami?" Ibrahim tidak menjawab. Hajar terus-menerus memanggil. Ibrahim tidak menjawab. Hajar bertanya, "Apakah Allah yang menyuruhmu seperti ini?" Ibrahim menjawab, "Ya.' Hajar berkata, "Kalau begitu pasti Allah tidak akan menyia-nyiakan kami."

Tapi, itu bukan puncak pengorbanan Ibrahim dan keluarganya. Puncak pengorbanan itu datang dalam bentuk perintah yang lebih tidak masuk akal lagi dari sebelumnya. Ibrahim diperintah untuk menyembelih Ismail (Ash-Shaaffat: 102-109).

Pertanyaannya sekarang sejauh mana keyakinan kita pada Allah, keyakinan kita untuk menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan Allah, keyakinan kita akan janji syurga dan neraka. Karena keyakinan kita sangat mempengaruhi kepada pola hidup kita di dunia.

Seorang  yang yakin akan azab Allah maka ia akan meninggalkan semua larangan Allah. Ia selalu akan bertanya apakah setiap kerja yang ia lakukan menghantarkan ke syurga atau malah menjerumuskannya ke dalam neraka. Sebaliknya seorang yang ragu kepada Allah walaupun ia beriman di mulut maka ia akan mudah melakoni perbuatan maksiat dalam kehidupan tanpa ada beban sedikitpun.

Allah menjelaskan bahwa keimanan dan ketaqwaan adalah tiket untuk mendapatkan kemakmuran dan rezeki yang melimpah luah. Apakah kita yakin dengan janji ini? Kalau kita yakin maka perbaikilah keimanan dan keyakinan dalam berhubungan dengan Allah. Perbaiki hubungan kita dengan manusia dan alam dalam bingkai yang diridhai Allah. Maka Allah akan menatap kita dengan tatapan kasih sayang. Kalau Allah sudah sayang, tidak mungkin Allah menyia-yiakan hambaNya yang selalu berkorban untuk taat kepada-Nya. Allah akan curahkan keberkahan dan rezeki dalam hidup kita.

Keyakinan (keimanan) yang masih kurang kepada Allah, membuat kita sering lupa ketika menghadapi masalah, baik masalah keluarga, masalah daerah dan bangsa kita mencari solusi di luar keyakinan iman kita, kita terpana dan terpukau dengan konsep yang ditawarkan Barat misalnya, seakan-akan itu adalah segala-galanya. Padahal telah terbukti, banyak dari konsep Barat yang telah dijalankan gagal dan paradok dengan kehidupan manusia. Baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. Kita tidak yakin bahwa konsep agama Islam adalah yang terbaik. 

Semoga keyakinan kita kepada Allah bisa bertambah seiring dengan semakin bertambahnya umur kita. Jangan sampai kita menyesal dan terkejut bahwa keyakinan yang sudah ada pada diri kita yang tidak sempurna ini menyebabkan masa depan hidup kita gelap bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat. Wallahu a'lam

Khatib :Muhammad Yasir Yusuf
Pembantu Dekan I, Fakultas Syari'ah , IAIN Ar Raniry 
Ketua IKADI (Ikatan Da'i Indonesia) Aceh.
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin