Headlines News :
Home » » BKPRMI, Jadilah Pelopor Ummat

BKPRMI, Jadilah Pelopor Ummat

Written By MAHA KARYA on Wednesday, September 5, 2012 | 9/05/2012

Oleh Tasyrifin Karim

Alhamdulillah, kehadirat Allah Swt., kita semua panjatkan rasa dan pernyataan syukur, baik sebagai insan ciptaan-Nya, khalifah-Nya maupun pengabdi-Nya. Tepatnya 3 September 2012 genaplah usia BKPRMI 35 tahun. Bagi kita yang telah ditakdirkan menjadikan BKPRMI sebagai salah satu pengabdian kita pada Allah (Agama) bangsa dan Negara tentu banyak catatan sepanjang perjalanan organisasi ini. Berangkat dari panggilan moral dan tuntutan ritual sebagai keluarga besar BKPRMI; disaat kita memperingati 35 Tahun Milad BKPRMI Saya ingin menyampaikan beberapa hal. 

Perjalanan panjang BKPRMI, sehingga mampu menjadi besar dan dewasa bahkan telah punya kredebilitas tersendiri dengan prototype yang sangat khusus, di mata umat, pemerintah, dan insya Allah di pandangan Allah. Di mana keseluruhan kondisi tersebut telah dijangkau tanpa perbendaharaan dan kesiapan logistik (non budgeter) juga tanpa anggaran khusus secara tetap yang memback-up. Bahkan BKPRMI telah dewasa dengan modal “nawaitu yang baik” yang mendasari perjuangan sebagai organisasi Pemuda-Remaja Masjid, dengan bobot “spirit Jihad-Patriotisme Islami” yang melekat pada dirinya, serta azas kebangsaan dan ke-Indonesia-an serta kemasjidan (baca: keummatan) sebagai kader anak bangsa dan sekaligus ahli waris dalam proses regenerasi secara berkesinambungan.

Tidak ada alasan bagi BKPRMI untuk tidak punya masa depan yang cerah sekalipun memang BKPRMI sendiri harus mampu memiliki equity (Self Cafasity) dalam arti luas dan berani tampil beda pada gelanggang “Kompetisi kualitas SDM”. Bahkan mestinya BKPRMI harus dapat diperhitungkan dari pandangan Human Resources dari aneka ragam disiplin ilmu, baik ilmu Ilmiah maupun ilmu Diniyah. BKPRMI punya kesempatan bahkan kader yang cukup potensial untuk itu.

Tidak syak lagi milenium baru ini ditandai dengan kompetisi antar bangsa yang semakin meluas. Manakala kita sebagai umat Islam, generasi muda Islam, Pemuda-Remaja Masjid ingin survive dan mampu bersaing disemua bidang dan sektor maka intensifikasi penguasaan, pemanfaatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan keniscayaan.

Salah satu titik pertanyaan krusial yang kita hadapi dalam memasuki milenium baru semacam ini adalah kesiapan sumber daya manusia. Memang globalisasi menjanjikan kemudahan dan kemakmuran, tetapi itu hanya akan dinikmati oleh mereka yang mampu bersaing. Tanpa dimilikinya kemampuan bersaing yang tinggi, atau dengan kata lain, manakala mutu sumber daya manusia umat Islam terkalahkan di hadapan bangsa-bangsa lain, maka umat Islam hanya akan menjadi pasar bagi produk-produk yang dihasilkan oleh negara lain terutama negara-negara maju. Atau bahkan secara dramatis akan menjadi halaman belakang (back yard) Asia Timur; tempat pembuangan sampah-sampah industri bangsa lain.

Situasi dan kondisi ini membawa implikasi yang sangat penting terhadap pembangunan bidang pengembangan sumber daya manusia, terutama dikalangan generasi muda. Pengembangan SDM adalah tanggung jawab semua pihak tanpa terkecuali. Generasi muda Islam sebagai bagian integral memandang bahwa prestasi dan reputasi sebagian besar berada di pundak umat Islam. Kesadaran semacam ini, lebih disebabkan oleh rasa tanggung jawab semata-mata atas dasar kenyataan bahwa umat Islam Indonesia secara numerical merupakan bagian terbesar dari kawasan dunia saat ini.

Umat Islam memang pemegang mayoritas secara angka, tetapi sayang sekali masih berada pada posisi minoritas secara teknis (technical minority). Sementara Allah berfirman : “Betapa banyak kelompok yang sedikit dapat mengalahkan kelompok yang jumlah anggotanya besar atas izin Allah.” (Al-Baqarah 249). Pasti, izin Allah memerlukan prasyarat, yaitu keunggulan mutu SDM. Oleh karena itulah maka Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa : “Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada orang mukmin yang lemah.” (Hadits).

Dalam konteks dan perspektif seperti ini maka pengembangan SDM di kalangan umat Islam, khususnya Pemuda-Remajanya  merupakan agenda mendesak yang harus menjadi bagian utama kepedulian pimpinan generasi muda Islam di milenium baru sekarang ini. Disinilah letak tanggung jawab yang besar dari pemuda-remaja masjid sebagai tulang punggung kekuatan umat.

Sehubungan dengan itu, bila ingin memainkan peran positif dalam era kompetisi yang demikian, maka setidak-tidaknya harus disiapkan penataan dan mekanisme yang mantap terutama dalam aspek manajemen organisasi, kemampuan membangun komunikasi yang kuat secara internal dan eksternal. Selanjutnya perlu juga disiapkan peningkatan kemampuan kepemimpinan yang professional dan cendekia, peningkatan ukhuwah fungsional antar kader, dan memperkuat modal kelembagaan dan individu dalam bentuk kematangan intelektual dan Ipoleksosbud.

Setiap zaman mempunyai karakteristik yang khas, juga pemahaman dan aktifitas yang terkandung di dalamnya. Dalam perspektif ini pemikiran dan aktifitas generasi muda dapat dikatakan dinamis dengan semangat dan ide dalam upaya merealisasikan jati dirinya. Kebangkitan Islam di Indonesia tidak terlepas dari peranan penting generasi muda sebagai elemen perubahan sosial karena dari segi potensi yang dimilikinya, generasi muda adalah kelompok manusia yang mempunyai karakter tersendiri dan umumnya taraf kemampuan berpikir di atas rata-rata (khususnya generasi muda aktifis kampus). Keberhasilan da’wah yang dilakukan generasi muda mulai dapat dilihat dan dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan sosial misalnya gejala kembalinya generasi muda kepada al-Qur’an dan Sunnah. 

Era baru sekarang ini dalam rangka penguatan peran pemuda-remaja maka konsep pemuda-remaja sebagai “mitra” dalam berbagai hal harus diutamakan. Konsep ini tidak akan dapat direalisasikan selagi cara berfikir berbagai pihak tidak berubah. Perubahan ini akan hanya berlaku jika landasan untuk konsep mitra itu disediakan. Landasan itu ialah pemahaman dan pengamalan “pemberdayaan pemuda-remaja” itu sendiri.

Pemberdayaan pemuda-remaja hendaknya berada dalam satu kontinum, yaitu ‘dari peluang kepada hak pemuda-remaja’ dan ‘keterlibatan secara terstruktur dalam proses membuat keputusan’.  Ada beberapa hal yang harus diwaspadai oleh para pemuda dan remaja dalam rangka mengaktualisasikan perannya, karena telah timbul beberapa kekeliruan, manipulasi dan eksploitasi terhadap konsep pemberdayaan oleh pihak-pihak tertentu, hal tersebut baik disengaja atau tidak. Kekeliruan tersebut bisa dilihat dari segi perspektif atau sudut pandang masyarakat terhadap pemuda-remaja. Kekeliruan ini sebagian besar bersumber pada pemahaman selama ini “Pemuda-remaja adalah pemimpin masa depan”. 

Kenyataan ini betul adanya, tetapi tidak lengkap dan tidak tepat. Sehingga perspektif terhadap pemuda-remaja (walaupun betul) menjadi tidak lengkap dan tidak tepat pula. Semestinya  “Pemuda-remaja adalah pemimpin masa depan, pada masa kini, mereka adalah pemimpin generasinya dan pemimpin generasi yang lebih muda darinya, serta pemuda-remaja adalah mitra bersama generasi yang lebih tua darinya”. Pemahaman seperti ini jelas berisi muatan pemberdayaan.

Kekeliruan lain ialah menyamakan pemuda-remaja dengan masalah sosial. Memang diakui, banyak muncul masalah dikalangan pemuda-remaja, tetapi mayoritas pemuda-remaja tidak bermasalah. Lagipula pendekatan seperti ini tidaklah adil, sepertinya pihak lain tidaklah bermasalah. Malah adakalanya, kalangan pemuda-remaja mewarisi masalah itu dari pihak lain yang sebenarnya sumber masalah tersebut.

Dari segi tugas dan tanggung jawab juga sering terdapat kekeliruan, misalnya, Kementerian Pemuda (dulu) sering disamakan dengan pemuda, Organisasi Pemuda juga disamakan dengan pemuda. Sebaliknya semua hah-ihwal generasi muda disamakan dengan Kementerian Pemuda dan Organisasi Pemuda. Sebenarnya pemuda-remaja adalah agenda kita semua, tidak perduli apakah kementerian, instansi atau organisasi tersebut mempunyai label pemuda atau tidak.

Berikut ini beberapa hal yang sering disalah artikan oleh berbagai pihak, misalnya memberikan tugas orang lain kepada pemuda-remaja, yang sebenarnya bukan tugas mereka, hanya karena semata-mata dengan alasan ingin memberdayakan dan mengikut sertakan pemuda-remaja lalu tugas tersebut diberikan kepadanya. Hal semacam ini sama dengan dumping.

Selain itu, mengangkat pemuda-remaja sebagai wakil orang lain, bukan mewakili dirinya atau komunitasnya sendiri, ini namanya delegation. Atau menyerahkan kuasa kepada pemuda-remaja tanpa disertai aturan atau tanggung jawab, dibiarkan mereka berbuat sesuka hatinya, ini namanya anarki. Yang aneh juga, mengundang pemuda-remaja untuk membantu membuat keputusan orang lain, ini sama dengan pengurusan partisipatif.

Bahkan, orang lain menggunakan pemuda-remaja untuk memajukan suatu program atau objektif tanpa pemuda-remaja tersebut mengetahui apa yang sebenarnya dibalik semua itu, ini namanya manipulasi. Kita lihat juga, pemuda-remaja terlibat tetapi tidak dapat membuat keputusan tentang cara atau tahap keterlibatannya itu, segala sesuatu telah diatur sesuai dengan skenario, ini tanda-tanda berkabung. Atau pemuda-remaja dilibatkan untuk sekedar menjastifikasikan sesuatu program bahwa mereka ikut disana walau tidak pernah terlibat dalam pembahasan dan pengambilan keputusan, ini namanya dijadikan kosmetik.

Sekarang kita perlu memikirkan pendekatan-pendekatan baru yang lebih segar dalam merancang, memasarkan dan menganjurkan program, agar kita, khususnya pemuda-remaja jangan terjebak dalam berbagai kekeliruan di atas. Pertama pengurus dan pimpinan pemuda-remaja perlu mencari cara-cara baru untuk mendidik pemuda-remaja supaya fokus pada masa depan bukan pada masa lalu. Kalaupun pengalaman lama hendak digunakan, ia perlu dihubungkan secara kreatif dengan zaman kini. Generasi muda tidak seharusnya diajari mengenai ‘apa’ yang perlu dipelajari, tetapi mengenai ‘bagaimana’ untuk belajar, bukan mengenai ‘apa’ itu komitmen, tetapi mengenai ‘nilai’ komitmen itu sendiri.

Perubahan kedua yang perlu berlaku adalah mewujudkan system masyarakat yang lebih terbuka dan fleksibel. Ini tidak berarti mengenyampingkan tata susila dan budi bahasa. Yang dimaksudkan ialah pemuda-remaja perlu diberi nilai dan pemahaman sebagai ‘mitra’ dalam banyak hal, dan bukannya sebagai ‘budak’ dalam semua atau kebanyakan hal.

Suatu bentuk dialog yang baru perlu diwujudkan antara yang lebih dewasa dengan yang muda. Konsep bekerja ‘untuk’ pemuda-remaja perlu ditukar dengan bekerja ‘bersama’ pemuda-remaja. Kesemuanya diwujudkan dalam program yang terarah, terpadu dan berkelanjutan. Dan tentunya, hal ini akan efektif dan efisien bila ada wadah (institusi) sebagai perekat untuk berhimpun bagi penyelaras berbagai keanekaragaman potensi dan mensinkronkan berbagai langkah aktifitas. 

Sebuah institusi yang mampu menciptakan hubungan timbal balik yang saling mendukung, menguatkan, harmonis, seimbang dan dinamis yang berlangsung dalam suasana independensi tanpa keinginan untuk mendominasi ataupun menghilangkan ciri-ciri identitas yang dimiliki masing-masing. Wadah yang memiliki ciri dan karakter seperti tersebut di atas salah satunya adalah BKPRMI. Tentu saja dengan catatan selama kita konsisten dengan Visi, Misi dan Khittah yang menjiwai organisasi ini. Selamat Ulang Tahun, Milad ke 35 BKPRMI, Jayalah BKPRMI, jadilah Pelopor. Bismillah, Allahu Akbar !.

Penulis, Mantan Ketua Umum DPP BKPRMI (Periode 2000 – 2003)
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin