Dr. H. Sofyan A. Gani
Setiap orang tua tentu mendambakan anak mereka cerdas dari segi intelektual dan terpuji dari segi sikap dan perilaku serta taat pada perintah agama. Namun, keinginan tersebut tidak mudah untuk diraih tanpa persiapan dan langkah-strategis yang ditempuh baik di rumah, sekolah dan lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang.
Tidak pernah kita bayangkan sebelumnya bahwa kejadian di Amerika dan Eropa dapat diakses atau diperoleh anak kita dalam hitungan menit di kamarnya melalui perangkat teknologi yang canggih seperti laptop dan HP. Artinya apa, orang tua hampir tidak mampu mengontrol apa yang bisa dan yang tidak untuk dibaca, didengar, dan dilihat oleh putra putri mereka. Hanya kekuatan pribadi anak yang dilandasi oleh moral agama yang mampu menyaring informasi mana yang boleh dan mana yang tidak untuk di akses.
Di samping itu, kemajuan teknologi dan mudahnya berinteraksi dengan dunia luar berdampak pula pada perubahan pemikiran dan perilaku pada kita semua termasuk anak. Perilaku yang dulunya dilarang dan tidak boleh menurut agama, pelan-pelan bergeser menjadi samar-samar, dan kemudian menganggap biasa saja tanpa merasa bahwa itu adalah dosa. Kondisi ini menjadi tantangan buat kita semua terutama orang tua dan sekolah.
Peran Sekolah
Aceh sebagai Negeri Syariat dan ditunjang dengan keistimewaan dalam bidang pendidikan seharusnya memiliki model pendidikan dan sekolah yang mampu menawarkan contoh bagaimana mendidik anak agar cerdas secara intelektual dan taat pada syariah. Dengan kata lain, institusi pendidikan yang ada harus mampu mendidik dan mempersiapkan anak menjadi pribadi-pribadi yang penuh tanggung jawab pada diri sendiri dan sosial di samping mampu menjadikan mereka peka (sensibility) terhadap lingkungan sekaligus memunculkan sikap dan perilaku yang memahami hikmah hidup serta mengenal penciptanya. Dayah modern dan sekolah berasrama mungkin menjadi alternatif, tapi kalah dalam jumlah dan tidak terjangkau secara ekonomi oleh sebagian besar masyarakat Aceh.
Dalam kontek sekolah umum, keserasian antara kurikulum dan masyarakat sekolah merupakan tuntutan utama untuk pencapaian tujuan tersebut. Perpaduan antara materi yang diajarkan dengan kondisi keseharian di dalam lingkungan sekolah harus nampak nyata. Dengan kata lain, siswa tidak hanya belajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, tetapi juga dapat melihat, merasakan, dan mencontoh berbagai hal dari guru dan sahabat mereka. Untuk itu, sekolah/ madrasah harus sangat siap menerapkan sejumlah aturan untuk dipatuhi oleh masyarakat sekolah dan menetapkan ukuran (indikator) untuk dicapai anak pada kelas dan level pendidikan terkait dengan moral dan agama. Untuk anak SD/MI, sebagai contoh, mereka harus mahir membaca Al Quran tamatan level sekolah ini.
Keluarga dan Lingkungan
Kesibukan orang tua dalam meniti karir dan mencari nafkah bukan berarti tanggung jawab mendidik anak diserahkan ke pembantu atau ke sekolah. Tanggung jawab pembentukan moral, karakter, dan akidah menurut Islam tetap menjadi tanggung jawab orang tua. Hal ini sangat jelas dikatakan oleh Rasulullah saw: “ Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (HR al-Bukhari)”.
Salah satu upaya untuk menjadikan anak taat pada syariah atau ajaran agama orang tua perlu mendididik dan membesarkan mereka dengan cara: 1) menumbuh kembangkan pribadi anak supaya cinta kepada Allah, 2) mengajar mereka untuk mengidolakan pribadi Rasulullah, 3) membiasakan mereka menghafal, membaca, dan memahami al-Quran, 4) menanam kebiasaan beramal untuk meraih surga dan kasih sayang Allah, 5) memberi teladan dalam beribadah dan beramal salih, 6) mengajar secara bertahap hukum-hukum syariah sebelum usia baligh, 7) mengajak dan membiasakan mereka meramaikan mushalla, masjid, dan tempat pengajian, dan 8) mengajarkan mereka supaya bertanggung jawab terhadap kewajiban-kewajiban untuk dirinya, keluarganya, lingkungannya, dan agamanya.
Dengan kata lain, orang tua harus mampu memenuhi hak-hak anak seperti digambarkan di atas sebelum menuntut dari mereka menjadi anak yang santun, patuh, taat beribadah, dan berbagai tuntutan positif lainnya. Sangat tidak mungkin kita dapat memetik buah segar dari kebun sendiri kalau pohon tidak ditanam, dirawat, dan dijaga dengan baik. Membiarkan anak tumbuh tanpa perhatian penuh dari orang tua, terabaikan di sekolah dan lingkuangan selain berdosa menurut agama, juga menjadi mimpi buruk buat semua terutama orang tua apabila mereka bermasalah saat remaja dan dewasa.
Untuk itu, perpaduan pendidikan keluarga, sekolah, dan lingkungan yang saling mengisi dan melengkapi merupakan model pendidikan idaman. Dengan demikian, cita-cita agar masyarakat Aceh menjadi masyarakat Islami yang taat syariah akan terujud. Taat syariah tidak cukup dengan himbauan, aturan, dan sangsi, tetapi lebih dari itu diperlukan program dan kegiatan untuk mempersiapkan dan menyadarkan semua kalangan terutama generasi muda agar patuh dan cinta pada agama dengan segala aturannya.
Penulis, Dosen FKIP UNSYIAH, Banda Aceh
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !