Muhammad Hasan
Bulan Ramadhan 1433 H ini, Muhammad Hasan Abdurrahman kembali menggeluti tugas lamanya. Sudah sepuluh tahun lelaki berusia 66 tahun ini menjadi koki khusus bubur kanji rumbi. Tetapi, kegiatan membuat penganan khas untuk buka puasa ala Aceh itu sempat ia tinggalkan 3 tahun lalu. Alasannya biar ada regenerasi sekaligus berbagi pahala.
Hanya saja, keinginan sejati adanya penerus belum bisa terwujud. Pak Hasan, nama panggilannya, tidak dapat menolak saat pengurus dan jamaah Masjid al Furqan Gampong Beurawe, Banda Aceh memintanya untuk kembali terlibat dalam pelayanan umat. Baginya, melayani jamaah berpuasa merupakan pahala. Karenanya ia tidak pernah menuntut tarif pasti dalam meracik bumbu, mengaduk sampai bubur dapat disajikan.
”Apa yang diserahkan pengurus masjid saya terima dengan ikhlas,” ujarnya. Terlebih pekerjaan tetapnya membuka kedai kecil di kawasan Jambo Tape selama bulan puasa ia liburkan.
Keahlian suami Hasanah (65 th) ini dikuasai secara ototidak dalam waktu singkat. Lebih satu dasa warsa lalu, ia melihat temannya mengolah bubur di tempat yang sama. Ia pun tertarik untuk mencoba mengaduk adonan dengan bahan utama beras, santan, ketumbar, merica, bawang putih, bawang merah, jahe dan bumbu lainnya. Ramadhan berikutnya suami Hasanah (65 th) ini sudah dipercaya jamaah untuk mengolah sendiri hingga bubur siap saji.
Mengolah bubur kanji rumbi bukanlah pekerjaan mudah. Suasana berdekatan dengan panas api dan asap yang memedihkan mata yang dikerjakan sekitar 2 jam. Karenanya ia ditemani Nirwansyah, seorang asisten yang bersamanya bertugas menjaga api tetap besar, menambah air, mengaduk agar bahan bubur tidak sempat mengental atau pun membeli kekurangan bahan yang diperlukan.
Karena memakan waktu dalam pengolahan, maka bumbu dihaluskan di rumah. Sedangkan kentang dan wortel diiris dadu di dapur masjid. Ia memulai pekerjaan ba’da shalat Dzuhur. Menjelang Ashar, sekitar 200 porsi bubur pun siap disajikan. Yang bertugas menghidangkan adalah remaja masjid setempat. Bubur disajikan dalam sebuah mangkuk plastik yang dieprsiapkan bagi siapa saja yang berbuka puasa, baik warga setempat maupun jamaah tamu yang melintas saat berbuka tiba. Namun untuk menganekajeniskan juadah berbuka, ibu-ibu jamaah turut menyumbangkan berbagai jenis kue seperti timphan, kroket, bakwan, agar-agar dan lainnya dengan minuman air teh hangat.
Terkait dana, satu kuali besar diperlukan Rp 350 ribu. Dana tersebut merupakan sumbangan jamaah yang dikutip sebelum Ramadhan. ”Ada yang menyumbang 1 kuali ada juga yang separuhnya,” terang lelaki yang dibesarkan di Gampong Beurawe ini.
Ramadhan kali ini biaya lebih besar dibanding sebelumnya. Karena adanya penambahan udang segar dan bumbu utama dikentalkan, sehingga ”Cita rasa tambah maknyus” ujarnya.
Bila Anda dalam perjalanan melintas di Masjid al Furqan menjelang waktu berbuka tiba, jangan sungkan mampir sambil mencicipi bubur kanji rumbi buatan Muhammad Hasan ini.son
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !