Headlines News :
Home » » Pantai Ulee Lheue

Pantai Ulee Lheue

Written By MAHA KARYA on Monday, May 7, 2012 | 5/07/2012

Kemanakah orang Arab menghabiskan waktu pada malam hari? Salah satunya menikmati angin sepoi-sepoi di pantai. Di bawah sorotan lampu ribuan watt, mereka membentangkan tikar untuk makan bersama atau shalat berjamaah. Pantai terlihat terang di malam hari. Tidak ada rasa ketakutan karena unsur kriminal. Beginilah dinamikan di wilayah Mekkah.

Dalam keramaian itu, pedagang kecil menjemput rezeki (kita bisa menghilangkan sebutan mencari rezeki. Setiap manusia sudah dialokasikan rezeki sejak dalam kandungan. Selannjutnya tugas hamba-Nya mengambil rezeki segigih mungkin).

Hal yang berbeda terjadi di Serambi Mekkah. Dengan alasan terjadi kemaksiatan, maka pantai Ulee Lheue Kecamatan Meuraxa Banda Aceh ditutup pada malam hari sejak bulan lalu. Alasannya, ada kedai atau cafe yang diduga memberi keleluasan merajalela mesum. Bagi sebagian warga, gara-gara segelintir cafe yang dianggap tidak syariat Islam, puluhan pedagang kecil lain terimpas dampaknya. Apakah kita harus bakar rumah untuk menangkap satu ekor tikus?

Ada dua pendapat dalam hal ini. Apakah membiarkan cafe remang-remang berkembang yang sebanding maraknya mesum? Atau mempersilakan pedagang kecil memompa roda ekonomi tanpa ada kekhawatiran terjadi maksiat?

Menutup kran wisata di pantai Ulee Lheue pada malam hari sejak pukul 18.15 WIB-06.00 WIB bukanlah solusi untuk jangka panjang . Ini insiden yang terjadi karena usai sebuah peristiwa. Misalnya pasca gempa berkekuatan 8,5 Skala Richter pada 11 April lalu. Bagaimana selanjutnya? Ada kemungkinan setelah beberapa bulan warga lupa, maka portal itu dibuka lagi.

Karena itu, perlu kearifan Pemerintah Kota Banda Aceh, tokoh masyarakat setempat dan lain-lain untuk memutuskan solusi tepat . Ibarat menarik benang dalam tepung yakni tepung tidak bergeser dan benang tidak putus. Semua sepakat, penutupan pantai Ulee Lheue yang eksotis ini akan merugikan banyak pihak.

Solusi yang bisa ditawarkan dengan memasang lampu jalan. Dengan demikian tidak ada lagi sebutan kwasan remang-remang. Demikian juga, perlu penataan cafe-cafe yang lebih terbuka. Kita ingin menyajikan warga ke pantai untuk menikmati semilir angin malam. Pada dimensi lain, pola pikir wisata identik dengan dunia redup-redup mesti dikikis. Negara berkewajiban menutup peluang melubrnya mesum.

Selanjutnya, bisa saja diterapkan ada wilayah tertentu yang tidak dilarang masuk oleh pengunjung dengan dalil rawan terjadi kecelakaan. Kita tidak perlu membiarkan polisi syariat atau satpol PP memasang mata elang untuk mencari kesalahan pengunjung. Biarkan warga menjadi polisi untuk diri sendiri karena memiliki bekal kesadaran yang dibenamkan sejak kecil.

Pada akhirnya, penyelesaian masalah pantai Ulee Lheue akan memperlihatkan wujud wisata islami yang digaungkan selama ini. Bagaimana bentuknya? Langkah cepat dan tepat merupakan tindakan jitu mempersingkat masalah yang berdampak pada berbagai pihak. Hidup ini tidak sekedar melemparkan kata tidak tanpa solusi.

Sudah sewajarnya hidup yang singkat ini mesti dipersembahkan kepada Allah. Hidup manusia begitu singkat seperti antara adzan dengan shalat. Kita lahir yang disambut dengan diadzankan lalu meninggal dunia diantara dengan dishalatkan. Bukankah hidup manusia itu sangat singkat? Murizal Hamzah
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin