Oleh Azhari
(Wartawan LKBN Antara)
Beberapa hari terakhir, masyarakat di sejumlah daerah di Aceh kembali diresahkan dengan isu yang beredar melalui pesan singkat (SMS) terkait prediksi gempa bumi. Kemudian isu dari pesan singkat telepon seluler itu pun cepat beredar. Ada yang percaya dan juga tidak sedikit warga yang mengabaikan dengan keyakinan bahwa tidak ada ilmuan dapat memprediksikan tentang kapan gempa terjadi.
Bagi warga yang termakan isu bakal terjadi gempa dahsyat seperti isi pesan SMS itu mulai khawatir, terutama penduduk yang bermukim di pesisir pantai, seperti di Kabupaten Aceh Jaya. Ratusan orang pun bergegas mengungsi ke dataran tinggi pada Rabu (25/4).
Di Kota Banda Aceh, sebagian warga juga mulai termakan isu gempa dahsyat seperti pesan SMS itu, termasuk sejumlah pelajar yang takut ke sekolah. Isu gempa dahsyat yang diprediksi akan terjadi antara pukul 15.00-16.00 WIB pada Rabu (25/4) seperti beredar dari pesan SMS itu juga mempengaruhi sebagian orang di Kota Banda Aceh.
Sebagian pedagang di pasar juga termakan isu bencana gempa tersebut, kemudian menutup usahanya dan segera pulang ke rumah masing-masing. Dalam beberapa tahun terakhir pascagempa berkekuatan 8,9 Skala Richter yang disertai tsunami pada 26 Desember 2004, bumi Aceh memang belu sepi dari guncangan gempa bumi.
Terakhir, gempa bumi berkekuatan 8,5 Skala Richter juga menguncang Aceh pada 11 April 2012. Guncangan gempa bumi yang berpusat di perairan laut Pulau Simeulue itu membuat kepanikan luar bisa dikalangan masyarakat Aceh. Tsunami 26 Desember 2004 di Aceh, membuat "Indonesia menanggis" karena hampir 200 ribu penduduk kawasan pesisir pantai Aceh meninggal dunia dan hilang.
Karenanya, jika muncul kepanikan warga saat gempa atau berhembusnya isu tentang bakal terjadinya bencana bagi masyarakat Aceh sesuatu yang "manusiawi" karena pengalaman 26 Desember 2004.
Namun isu bakal terjadi gempa bumi dahsyat yang beredar dari pesan SMS beberapa hari lalu dikecam sejumlah pihak, karena telah berdampak keresahan masyarakat di provinsi ujung paling barat Pulau Sumatera itu.
Bahkan, sebagian warga meminta pemerintah dan aparat kepolisian untuk mengusut sumber pengedar pesan dari SMS yang telah meresahkan masyarakat di provinsi berpenduduk sekitar 4,6 juta jiwa itu.
Bahkan, para ahli, peneliti dan lembaga pemerintah terkait masalah kebencanaan di Aceh menegaskan bahwa prediksi gempa bumi 12 Skala Richter di sekitar Pulau Sumatra yang beredar di kalangan masyarakat lewat SMS itu sesuatu menyesatkan.
Sampai saat ini, belum ada satu pun ilmuwan di dunia yang mampu memprediksikan kapan terjadinya gempa secara tepat, demikian siaran pers bersama pemerintah, peneliti, ahli dan lembaga kebencanaan di Aceh itu.
Pernyataan bersama dikeluarkan Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), pusat riset tsunami dan mitigasi bencana (TDRMC) Unsyiah, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Banda Aceh, Himpunan Ahli Geofisika Indonesia Aceh dan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) Kota Banda Aceh, Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia serta Taruna Siaga Bencana (TAGANA) Provinsi Aceh.
Oleh karena itu, prediksi gempa yang mengikutkan prediksi waktu adalah keliru dan menyesatkan. Para peneliti dan ahli serta relawan kebencanaan di Aceh itu juga menegaskan bahwa sumber informasi yang dicantumkan di dalam SMS tersebut tidak dikenal di kalangan ilmuwan kegempaan di dunia.
Dari redaksi SMS yang beredar adalah salah dari sudut pandang ilmiah di mana mereka menggunakan SR (Skala Richter) yang sebenarnya tidak dapat digunakan untuk gempa skala besar. Untuk informasi awal kepada masyarakat bahwa gempa bumi dengan skala richter hanya sampai 10 SR atau lebih tepatnya 10Mw (dalam satuan yang besarnya hampir sama dengan SR).
Untuk itu, BPBA, BMKG dan perwakilan lembaga di Aceh mengimbau masyarakat tidak meneruskan SMS-SMS gempa bumi yang mencantumkan prediksi gempa 12 SR dan waktu terjadinya.
Ketua RAPI Kota Banda Aceh, TAF Haikal mengharapkan peran serta para ulama dan tokoh masyarakat untuk turut menenangkan warga agar tidak terpengaruh terhadap informasi/SMS gempa bumi yang keliru tersebut.
Namun yang perlu dilakukan masyarakat pada saat ini adalah meningkatkan pemahaman dan pengetahuan terhadap bencana khususnya bencana-bencana yang relevan untuk wilayah Aceh seperti gempabumi, tsunami, banjir, tanah longsor dan lain-lain.
Pernyataan bersama itu juga mengimbau masyarakat untuk memperhatikan arahan yang diberikan dari sumber resmi yaitu BMKG, BPBA, BPBD, dan pemerintah daerah setempat tanpa panik atau khawatir yang berlebihan.
Tidak perlu panik
Kalangan ulama mengimbau masyarakat Aceh jangan panik dalam menyikapi informasi yang dihembuskan pihak-pihak tidak bertanggung jawab terkait masalah ramalan gempa bumi. "Kita tidak perlu terlalu percaya dengan ramalan atau prediksi-prediksi itu, apalagi jika informasi bencana yang menimbulkan kepanikan masyarakat tersebut sumbernya tidak jelas, pesan SMS" kata Sekjen Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk Faisal Ali.
Pesan SMS itu telah membuat warga gelisah, resah dan khawatir berlebihan, apalagi sampai ada warga yang meninggalkan rumahnya pergi ke gunung seperti penduduk di pesisir pantai Kabupaten Aceh Jaya.
Faisal Ali yang juga Ketua PWNU Aceh itu menjelaskan bahwa Provinsi Aceh masih banyak ulama sebagai guru agama sekaligus tempat bertanya jika ada sesuatu informasi terkait dengan masalah-masalah ghaib.
"Hal-hal yang ghaib itu adalah urusan Allah SWT, termasuk kapan terjadinya gempa bumi. Bahkan, para ilmuwan di dunia melalui peralatan canggihnya hingga kini belum bisa memprediksi kapan terjadinya gempa bumi," kata dia.
Bahkan, karena terlalu percayanya terhadap ramalan itu maka membuat setiap orang panik. "Yang paling tepat, jika kita mendengar sesuatu informasi maka tanyakan kepada para ulama, sehingga bisa menjadi obat penentram jiwa jika kita sedang dihadapi kepanikan akibat berbagai isu atau remalan," katanya menjelaskan.
Tidak ada manusia yang mengetahui hal-hal ghaib, karena itu hanya urusan Allah SWT, seperti soal kematian seseorang. Sesuai ajaran Islam, katanya, jika umat mengalami kegelisahan maka obatnya adalah perbanyak ibadah, membaca Al Quran dan berzikir serta memohon ampunan dan petunjuk kepada Allah SWT.
Faisal Ali juga meminta berbagai pihak tidak memberikan informasi dan berita yang justru menimbulkan kepanikan masyarakat. Perbuatan itu merupakan dosa besar, apalagi jika ada masyarakat yang terpengaruh, kemudian panik akibat informasi yang disajikan tersebut.
Selain itu, ia juga mengimbau umat Islam khususnya warga di provinsi berpenduduk mayoritas muslim untuk terus meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT semoga diampuni dosa dan dijauhi dari marabahaya dan bencana alam.
"Pengajian di kampung-kampung harus diramaikan. Segala bentuk maksiat harus disingkirkan, sehingga Allah SWT terus melindungi kita dari marabahaya dan bencana alam," katanya menambahkan.
Kerusakan di atas bumi akibat ulah manusia. Jangan biarkan maksiat dan perbuatan yang melanggar hukum terjadi ditengah-tengah masyarakat. Dari kebaikan yang dikerjakan, maka Allah SWT pasti akan melimpahkan rahmatNya kepada penduduk bumi.
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !