Beriman untuk Mencapai Kebahagiaan

(TAFSIR) Oleh
Prof. Dr. Tgk. Azman Ismail, MA

Dasar dari apa yang dikatakan Makhul adalah Firman Allah: Allah tidak akan mengazab kamu bila kamu bersyukur dan beriman. Itu pertama. Kedua, seseorang yang beristighfar: Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun.
(QS Al-Anfal: 33)

Sekarang, Nabi Muhammad tidak lagi bersama kita, telah wafat kembali kepada Allah Swt, tapi ada yang satu lagi: Allah tidak akan mengazab meraka kalau mereka orang-orang yang beristighfar, yang selalu minta ampun bukan di mulut saja, tapi di mulut dan di hati juga. Kalau tergelincir mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang dilarang oleh Allah Swt, dia beristighfar dan bertekad untuk tidak mengulangi lagi dan selalu dia minta ampun atas kesalahan yang pernah dikerjakan itu.

Jadi, pertama, Allah tidak akan mengazab seseorang bila dia bersyukur, kedua bila beriman. Ketiga, Allah tidak akan mengazab seseorang bila dia beristighfar dalam arti yang sesungguhnya. Keempat, berdoa, Allah berfirman, “Katakan seandainya kamu tidak berdoa, Allah tidak akan memperhatikan kamu.”

Kesimpulannya, bila kita berdoa Allah akan memperhatikan kita dan Allah tidak akan mengazab kita, walaupun kadang-kadang kita tergelincir melaksanakan hal-hal yang dilarang-Nya, terus kita berdoa, tentu, setelah kita bertaubat, beristighfar atas berbagai kesalahan yang pernah kita kerjakan.

Kalau keempat-empatnya mungkin susah kita punyai, ambillah salah satu dulu, agar Allah tidak menurunkan bala kepada kita. Demikian kata Makhul dengan mengutib beberapa ayat suci Al-Quranul Karim.

Kemudian, bila tiga hal ada pada seseorang, akan mendapat azab Allah. Pertama, suka menipu, licik, menzalimi orang, tidak menepati janji. Firman Allah dalam surat Al-Fath ayat 10: Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barang siapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.

Kalau dia tidak menepati janjinya, bai’atnya, itu malapetaka akan menimpanya, apakah di dunia atau di akhirat kekak.

Kedua, tipu daya yang jelek, itu hanya menimpa orang yang berbuat penipuan tersebut, Firman Allah dalam Surat Fathir ayat 43: karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.

Ketiga, sesungguhnya kezaliman itu akan menimpa diri orang yang zalim itu sendiri. Apakah di saat dia melaksanakan kezaliman atau dikumpul nanti, diberikan di akhir hayatnya atau dikumpulkan nanti diberikan di saat dia berada di dalam neraka. Yang jelas, ketiga-tiga hal ini tidak menguntungkan bagi orang yang memiliki ketiga-tiganya atau memiliki salah satu dari yang tiga tersebut.

Intinya, dari ayat 147 Surat An-Nisa’ di atas, Allah tidak akan mengazab hamba-Nya bila bersyukur dan beriman, dan Allah akan menerima syukur dari hamba-Nya. Karena itu, marilah kita perbanyak bersyukur dan memperbaiki kualitas keimanan kita untuk mencapai kebahagian di dunia dan kebahagian di akhirat nanti.