Headlines News :
Home » » Pencerdasan Kehidupan Ummat

Pencerdasan Kehidupan Ummat

Written By MAHA KARYA on Monday, October 5, 2009 | 10/05/2009

Khatib: Akhi Tamlicha Hasan

Perhatian Islam sangat besar terhadap ilmu dan pencerdasan. Di seluruh sisi dan bidang hidup; agama ini menganjurkan umatnya agar belajar, menelaah, melakukan penelitian, berfikir, dan mencerdaskan diri. Ini tidak serta merta diinginkan kecuali Islam menganggap ilmu sebagai eksistensi hidup. Ilmu adalah modal kebangkitan, pilar kejayaan dan kemuliaan, sarana kemajuan dan kewibawaan individual, kelompok, maupun ummat. Islam tidak rela umat ini dalam kegelapan, kebingungan, bodoh, terbodoh, lagi dibodohi.

Firman Allah dalam surat az-Zumar ayat 9:
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya hanya orang berakal yang dapat menerima pelajaran.
Senada ini pula, ayat 122 surat al-An’am menyatakan:
“Dan, apakah orang yang mati kemudian Kami hidupkan dan Kami berikan padanya cahaya yang terang, dengan cahaya itu ia dapat berjalan ditengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang berkali-kali tidak dapat keluar dari padanya?”.

Dalam surat al-Mujaadilah ayat 11 disebutkan:
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.
Kegelapan tidak seirama dengan terang. Gelap adalah misal orang bodoh. Sedangkan terang ibarat manusia pintar berpengetahuan. Konsep wahyu menjelaskan perumpamaan orang bodoh yang menapaki jalan dalam era kegelapan, meraba-raba tanpa arah, mengelana letih, tersesat menjauh dari maksud perjalanan. Orang ini gagal, hancur, binasa sebelum mencapai tujuannya.

Aceh telah ada sejak ber-abad. Islam menapaki Nusantara melalui tanah pusaka ini. Harum pesisir sejarah tanahnya masih mengisahkan kejayaan masa lalu . Hembusan semerbak mewangi angin gunung tamaddun negerinya masih tercermin dalam uratan-uratan seni budayanya, memikat pandangan dunia untuk mengkaji lebih dalam akan karakter bangsa ini. Karakter adalah ragam keistimewaan tabiat penciptaan yang sering disebut jati diri. Setiap bangsa memiliki karakter penciptaan yang sama; suci, siap berkembang, menatap arah kemajuan, jiwa social (berkelompok), mempertahankan kesinambungan hidup, tidak ingin terhina, patah, karam, dan lain sebagainya.

Sebagian karakter meningkat dengan alam dan lingkungan, dan faktor ini pula yang dapat mengubahnya. Semenjak Nabi Adam as, tak terbayangkan betapa bangsa-bangsa timbul tenggelam dalam karakter penciptaan. Allah swt mengutus para nabi, membimbing dengan wahyu, kitab, dan shuhuf. Dan terakhir, karena rahmatNya, Allah swt mengutus Muhammad saw dengan menurunkan al-Qur’an, yang tujuan diantaranya adalah: mengembalikan manusia pada karakter penciptaan, mengajarkan, dan mencerdaskannya.
Firman Allah ‘Azza wa Jalla pada surat ar-Rahman, ayat 1-4:
“(Tuhan) Yang Maha Pemurah. Telah mengajarkan al-Qur’an. Menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara”.

Keadaan negeri ini beserta umatnya, tidak berbeda dengan gambaran al-Qur’an. Bisa bangkit, bisa pula jatuh. Boleh berlayar membelah samudera, boleh pula karam. Dapat terbang mengepak angkasa, dapat pula tersungkur patah sayap. Itu tergantung pada kita. Bila kita ajar dan cerdaskan bangsa ini, ia akan bangkit, kuat, berakhlak, terpelajar, berwibawa, cemerlang bertamaddun. Umaranya iba kepada rakyat, santun, enggan membiarkan rakyat teraniaya, miskin, dan hina. Ulama tidak tercerai-berai serta cemburu melihat ummat bergelimang dosa dan kemungkaran. Rakyat hormat dan sayang pada keduanya. Lelakinya berani membela kebenaran, dan perempuannya terangkat lagi bermartabat. Dengan ilmu dan pencerdasan, generasi terbimbing tidak hilang haluan. Pencerdasan bagi akal ummat yang buta, persis sama bagai obat penawar untuk raga jasmani. Setiap penawar memberi kesembuhan dari penyakit dan keluhan.

Pencerdasan menghilangkan kebingungan, menghapus kabut kebodohan, dan mengantar ummat pada jalan keberkatan yang jauh dari petaka dan kehancuran. Namun sebaliknya; masa bodoh, acuh tak acuh, pembiaran tanpa pencerdasan, sikap menutup-nutupi demi kepentingan individu dan kelompok, akan mengundang segala bentuk laknat. Allah SWT berfirman pada surat al-Baqarah ayat 159:
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya dalam al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati”.

Nabi SAW berpesan kepada kita agar menuntut ilmu, mewajibkan seorang muslim belajar. Beliau saw juga meminta umat Islam dan siapa saja di negeri ini, menyampaikan informasi pencerdasan tanpa kebohongan yang membodohi. Riwayat Ibnu Majjah menyebutkan sabda SAW: “Menuntut ilmu merupakan fardhu atas setiap muslim”. Dalam riwayat Imam Bukhari dan At-Tirmizi; Rasul SAW bersabda:
“Sampaikan (berita) dariku walaupun hanya satu ayat. Dan beritakan tentang Bani Israil dan tidak mengapa. Dan barang siapa sengaja berdusta kepadaku, maka bersiaplah tempat duduknya dari api neraka”.

Kesungguhan niat mencerdaskan ummat, melahirkan generasi pintar sejak awal belia, limpahan kasih, suci lahir batin, takwa, berbakti, terhindar dari penyakit hati, dan damai sejahtera seluruh rangkaian perjalanan hidup dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman:
“Hai Yahya, ambillah (pelajari, amalkan dan sampaikan) al-Kitab dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia kanak-kanak. Dan rasa belas kasih mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dari dosa), dan ia adalah seorang yang bertakwa. Dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang sombong lagi durhaka. Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan pada hari meninggalnya, dan pada hari ia dibangkitkan. (QS. Maryam : 12-15).

Sebagaimana dapat dimaklumi, bahwa kewajiban pencerdasan ummat terbagi kepada dua: Farhdu ‘Ain atas setiap individu. Ini berhubungan dengan Ilmu-ilmu Agama yang mengajarkan larangan, perintah, prinsip-prinsip iman, hal-hal mendasar dalam melakukan ibadah, fardhu, rukun, syarat sah dan kesempurnaannya. Orang akan berdosa bila meninggalkan semua ini. Adapun pencerdasan bersifat fardhu kifayah adalah untuk ilmu dan pengetahuan penunjang kehidupan keduniaan yang cukup dilakukan berdasarkan kebutuhan dan tuntutan alam sekarang oleh individu tertentu dapat meruntuhkan tuntutan kewajiban atas masyarakat dan publik.
Akhirnya, kepada Allah SWT kita memohon agar memaafkan segala kekurangan kita. Mengampuni kealpaan menyadari hakikat. Kelemahan nalar dan kekaburan jiwa akibat dosa yang menumpuk. Kejelian pandangan yang semakin meredup karena terhalang nafsu duniawi tercela. Ya Allah, terimalah keluh kesah dan taubat kami, lalu bimbinglah kami untuk cerdas dunia dan akhirat.

Khatib, Pengasuh Majelis Mingguan Pengajian “Semenanjung Tafsir” Masjid Baiturrahmah Keramat.
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin