Headlines News :
Home » » Mengkritisi Kegagalan Aceh Pada MTQ Nasional

Mengkritisi Kegagalan Aceh Pada MTQ Nasional

Written By MAHA KARYA on Friday, June 20, 2014 | 6/20/2014

Bicara pendidikan Alquran, bicara Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ), mungkin tidak se-menarik bicara olah raga atau piala dunia umpamanya. Maaf, kalau boleh membandingkan, tidak ada warna-warni kemeriahan yang berlebihan dalam pembinaan pendidikan Alquran dan pada perhelatan MTQ. Tidak ada serimoni yang lebih; riuh vuvuzela, tarian tango, artis cantik dan nyanyian ala diskotik, bertabur kembang api pada pembukaan dan penutupan MTQ. Seluruhnya berjalan apa adanya dan tetap dalam koridor syar'iyah. Jikapun disiapkan anggaran, tentu saja tidak semewah anggaran untuk olah raga dan untuk kegiatan kolosal lain.  

Inti dari penyelenggaraan MTQ setiap tahun adalah sebagai media atau sarana. MTQ adalah sarana bukan tujuan. MTQ dilaksanakan dalam rangka pendidikan Alquran. MTQ adalah sarana evaluasi pendidikan Alquran yang dilakukan masyarakat. Melalui MTQ akan diketahui sudah sejauhmana pendidikan Alquran telah berjalan di masyarakat. 

Terus terang, kita prihatin dan miris dengan hasil yang diperoleh kafilah Aceh dalam Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional ke 25  di Batam baru-baru ini. Provinsi Aceh hanya mampu meraih satu predikat juara I cabang tafsir Bahasa Indonesia dan juara III khattil putri golongan naskah. Selebihnya enam juara harapan. Walaupun katanya hasil yang diperoleh dalam MTQ kali ini lebih baik dari MTQN 23 dan 24 lalu, namun hasilnya tetap saja menyedihkan. Hasil  yang diperoleh Aceh dalam MTQ tahun ini tidak berbeda dengan prestasi yang diukir qari dan qariah Aceh dalam even MTQ Nasional beberapa dekade terakhir.  Malah tahun ini, Aceh berada di bawah Papua Barat yang menempati urutan IV. Kenyataan ini memberi makna bahwa pendidikan Alquran, dan upaya yang dilakukan masyarakat dan pemerintah Aceh saat ini tidak atau sedikit lebih lembut --- belum membuahkan hasil.  

Lalu, dimana letak punca permasalahannya sehingga hasil yang diperoleh Aceh dalam setiap kali MTQN mengecewakan. Padahal kita tahu, sejak dari dulu Aceh adalah lumbungnya qari nasional malah internasional. Apanya yang keliru? Tidak cukup di situ, di Aceh malah sudah ada perangkat daerah yang khusus menangani pembinaan Alquran ini, yakni PTQ. Kita juga mendengar tidak sedikit uang yang digelontorkan untuk training centre, mendatangkan pelatih nasional dalam pembinaan pendidikan Alquran di Serambi Mekah ini. Lantas, bagaimana sebetulnya pola kerja dan sistem pembinaan Alquran yang telah dan sedang dilakukan masyarakat atau pemerintah daerah ini? Atau sangat boleh jadi, ada yang keliru dalam pola pendidikan Alquran selama ini. Satu hal yang sudah pasti, kondisi ini menunjukkan bahwa semangat membaca Alquran, menghayatinya, dan mendalami isi kandungan Alquran sudah berkurang di masyarakat. Ini tugas dan pekerjaan rumah siapa? 

Kita menilai, sudah saatnya dilakukan reorientasi visi dan misi MTQ dan pola pembinaan pendidikan Alquran di daerah ini, dari mengejar target juara - ke pengembangan pendidikan Alquran secara simultan dan berkelanjutan, mulai dari tingkat gampong sampai tingkat provinsi,  sehingga kualitas pendidikan Alquran pada masyarakat dapat ditingkatkan. 

Keberhasilan pendidikan Alquran, apalagi kalau kemajuan yang dicapai setiap daerah berimbang, pada gilirannya akan meningkatkan kualitas MTQ, karena dalam prosesnya akan terjadi kompetisi yang ketat. Kita berapresiasi kepada sejumlah kabupaten/kota di Aceh yang sudah mulai serius dan intensif melakukan pendidikan dan pembinaan Alquran kepada masyarakat.JUNIAZI YAHYA
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin