Deni Setiawan
Ternyata pengalaman tidak nyaman pada suasana konflik Aceh, telah membawa Deni Setiawan menjadi peserta satu-satunya dari Aceh, dalam Pelatihan Kepeloporan Pemuda di Daerah Rawan Konflik yang dilaksanakan di Ambon, 22-25 Oktober lalu. Ketua Gerakan Pemuda Anti Korupsi (GEPAK) Aceh Besar ini, berbagi pengalaman soal pertarungan sesama anak bangsa yang terjadi di Aceh berdampak pada ketakutan dan keterpurukan dalam berbagai bidang.
Ternyata pengalaman tidak nyaman pada suasana konflik Aceh, telah membawa Deni Setiawan menjadi peserta satu-satunya dari Aceh, dalam Pelatihan Kepeloporan Pemuda di Daerah Rawan Konflik yang dilaksanakan di Ambon, 22-25 Oktober lalu. Ketua Gerakan Pemuda Anti Korupsi (GEPAK) Aceh Besar ini, berbagi pengalaman soal pertarungan sesama anak bangsa yang terjadi di Aceh berdampak pada ketakutan dan keterpurukan dalam berbagai bidang.
Pemuda yang seharusnya menjadi “agen of change”, tapi tidak semua pemuda berani bersuara dan berkomentar seperti pascadamai sekarang ini, “Karena ide dan aksi khawatir dikaitkan dengan isu konflik” kenang dia. Dalam acara yang diadakan oleh Kemenpora ini, Deni pun berkesempatan menyampaikan buah emas perdamaian telah membawa perubahan yang signifikan di sektor ekonomi, sosial, budaya, politik. Seringnya mengikuti kegiatan di tingkat nasional, anak dari pasangan Zainun dan Sakdiah ini melihat pemuda Aceh lebih disegani dibandingkan pemuda daerah lain, khususnya di bidang agama. “Seharusnya nilai agamis ini dapat dipertahankan dan dikembangkan.
Karenanya Direktur Eksekutif Aceh Society Development of Institute dan Ketua Yayasan Pengembangan Sumber Daya Insani Aceh ini menyayangkan banyaknya kasus yang justru mendiskreditkan nilai keagamaan yang dilakukan pemuda, seperti angka kriminal meningkat, penyalahgunaan obat dan zat terlarang. Salah satu faktor pemicu terjadinya dekadensi moral adalah pengangguran dan minimnya serapan pendidikan umum maupun agama. Ghalibnya pemuda dapat menciptakan lapangan kerja. Tapi dlm kontek aceh yang baru “merdeka” dari konflik kalimat tersebut sulit direaliasikan, tambahnya.
Pemuda kelahiran Seupeu, 30 Oktober 1986 ini berharap pemuda Aceh dapat keluar dari permasalahan yang dapat membawa masa depan suram. “Perlu pengembangan nilai keagamaan sebagai benteng angka tindak kriminal dan kaum muda tidak mudah terjerumus dalam pemakaian obat-obatan terlarang. “Saatnya pemuda aceh unggul dan menjadi pelopor perdamaian, pembangunan dan perintis pembaruan pada tataran nasional maupun internasional,” katanya.
Dalam antisipasif maraknya korupsi di negeri syariah, Deni menganggap perlunya pendidikan anti korupsi sehingga kaum muda tidak terkontaminasi dengan hal hina tersebut. NA. Riya Ison
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !