Barang siapa meminta-minta sedang
ia dalam berkecukupan, maka pada hari kiamat ia akan dibangkitkan dengan wajah
penuh bekas cakaran dan garukan.(HR:Ahmad).
BUKAN hanya politikus yang pandai
berpolitik. Kaum pengemis juga mampu melakukan hal tersebut. Sebut saja Sailin
dan isterinya Sailah, mereka bukan sekadar lagi pengemis biasa tetapi sudah
memiliki ilmu mengemis tingkat tinggi. Semua kiat tersebut berkat pengalaman
yang bertahun-tahun.
Keluarga ini adalah para pengemis sukses disebuah kota besar. Mereka
sekarang memiliki kekayaan yang wajar, punya rumah, mobil, dan tanah kebun.
Tetapi waktu mengemis tetap tampil dengan baju kumuh, kotor dan berpura-pura
dhaif. Menurut Sailin, jika ingin sukses sebagai pengemis kita harus banyak
akal antara lain memiliki enam “S”.
Pertama “Salam”. Seorang pengemis wajib
memberi salam “Assalamualaikum” kepada orang yang didatanginya, kecuali kepada
orang non-muslim yang kita ganti dengan selamat pagi, sore atau malam,
tergantung situasi. Pengemis yang suka menyebar salam disenangi orang dana akan
diberi sedekah.
Kedua, “Senyum”. Senyum adalah sedekah, meski kita ingin
meminta sedekah, kita sedekahkan dulu senyum kepada orang dermawan yang kita
tuju. Dengan senyum orang senang kepada kita sebagai pengemis. Sebaliknya
pengemis yang datang dengan wajah cemberut, malah ditakuti calon pemberi.
Senyum dapat memikat hati dan jiwa seseorang.
Ketiga “Senang” seorang pemgemis
harus membuat orang dermawan senang melihat kita. Meski kita miskin tetapi kita
memiliki moral yang baik. Sesuaikan pakaian dengan dunia pengemis. Jangan
sekali-kali seorang pengemis menggunakan pakaian baru dan mahal, pakai jam
tangan, jas, dasi, sepatu, merokok. Usahakan supaya kita disenangi.
Keempat,
“Santun”. Pengemis professional adalah harus ada sopan dan santun, baik dalam
berbicara maupun dalam bertingkahlaku. Misalnya jangan dulu duduk sebelum
dipersilakan duduk. Jangan banyak bicara politik. Jangan menampakkan
kepandaian. Jika perlu agak bodoh-bodohan sedikit. Juga harus pandai membuat
orang lain iba melihat kita.
Kelima “Sedih”, seorang pengemis juga boleh
sedikit jorok, lemah, lesu bahkan tingkat membuat luka palsu dengan baju yang sangat
kumal agar orang kaya yang dermawan itu suka membantu. Keenam “Seni”, pengemis
harus memiliki kemampuan berseni, misalnya membaca Alquran, selawat dan
khasidah. Lagu-lagu dangdut juga harus didendangkan karena masyarakat senang
kepada lagu.
Saya tanya Sailin; Bagaimana dengan hadits: “Barang siapa
meminta-minta sedangkan ia dalam keadaan berkecukupan, sungguh orang itu telah
memperbanyak bara api Jahannam. Apakah batasan cukup ya Rasulullah?, Tanya
sahabat: Rasululullah menjawab, yaitu sebatas cukup untuk makan siang dan pagi
hari. (HR. Abu Dawud).
Sailin menjawab : Kita hanya mengumpulkan uang recehan
dari masyarakat. Mereka juga memberi dengan ikhlas. Bukankah para politikus dan
sebagian pejabat di Jakarta”
mencuri uang rakyat yang bermilyar-milyar? “Siapakah itu ?” Tanya saya. “Nah,
Siapa lagi kalau bukan mereka yang sudah menjadi tersangka korupsi. Itu baru
sedikit baru terjerat, yang belum sangat banyak. Saya cuma pengemis biasa ,
sedangkan mereka pengemis yang luar biasa alias “Pengemis Intelektual” yang
dapat merugikan rakyat, kata Sailin menutup pembicaraan.Drs. H. Ameer Hamzah
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !