Headlines News :
Home » » Pengorbanan untuk Sebuah Obsesi

Pengorbanan untuk Sebuah Obsesi

Written By MAHA KARYA on Thursday, October 17, 2013 | 10/17/2013

Segala sanjungan dan puji syukur hanyalah kepada Allah SWT., atas segala karunia kenikmatan yang kita terima dalam jumlah yang begitu besar sehingga kita bisa hadir pada pagi hari yang agung ini untuk melaksanakan shalat Idul Adha. Kehadiran kita pagi ini bersamaan dengan kehadiran sekitar tiga juta jamaah haji dari segala penjuru dunia yang sedang menyelesaikan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci. Suara mereka bertaut dengan suara kita, sambung-menyambung di angkasa raya dalam pujian, takbir, tahlil dan tahmid. Ini karena kita semua disatukan dalam nikmat terbesar yang diberikan Allah SWT, yakni nikmat iman dan Islam.
 
Prosesi manasik dalam ibadah haji dan perayaan ‘Idul Adha tidak terlepas dari penapak tilasan dan mengenang kembali seorang Manusia Agung yang diutus oleh Allah SWT. sebagai nabi dan rasul, yakni Nabi Ibrahim AS, yang juga diangkat oleh Allah sebagai imam/pemimpin untuk menjadi panutan seluruh alam hingga akhir zaman. Keagungan pribadi Nabi Ibrahim beserta keluarga dan pengikutnya, serta keteguhannya dalam berjuang menegakkan dakwah tauhid dan pemurnian loyalitas manusia kepada Allah, membuat kita bahkan Nabi Muhammad harus mampu mengambil keteladanan darinya. Allah SWT. berfirman: Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia .” (QS 60:4).

Sosok Ibrahim ‘alaihissalam adalah teladan pengorbanan yang tulus. Nabi Ibrahim mengajarkan kepada kita bahwa seorang mukmin harus sepenuhnya hidup untuk sebuah obsesi dan cita-cita yang tinggi. Bahwa obsesi dan cita-cita seorang mukmin tidak akan pernah terhenti hingga ia menjejakkan kakinya di dalam Surga Allah. Obsesi dan cita-cita itulah yang membuatnya rela melakukan pengorbanan demi pengorbanan di kehidupan dunia yang terlalu singkat ini.
 
Banyak hal yang harus kita teladani dari Nabi Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; Marilah kita renungkan bahwa pagi ini memori sejarah telah membuka dirinya kembali, membawa kita pada kenangan ribuan tahun lalu. Pagi ini kita kenang lagi manusia-manusia agung yang telah menciptakan arus terbesar dalam sejarah manusia, membentuk arah kehidupan kita, dan membuat kita semua berkumpul di lapangan besar ini untuk sholat dan berdoa bagi mereka. Pagi ini kita agungkan lagi nama-nama besar itu: Nabi Ibrahim dan isterinya Hajar, Nabi Ismail dan Nabi Muhammad SAW.

Marilah kita berkontempelasi - merenung bahwa tiga manusia agung itu yaitu Ibrahim, Hajar dan Ismail telah berjalan kaki sejauh lebih dari 2.000 km, tepatnya dari negeri Syam yang sekarang menjadi Syria, Palestina, Jordania dan Lebanon,  menuju jazirah tandus  yang oleh Al Qur’an disebut sebagai lembah yang tak ditumbuhi tanaman apapun, dan itu terjadi lebih dari 4.000 tahun yang lalu, berupa  pengorbanan untuk sebuah obsesi yang besar.
 
Pernahkah kita memikirkan bagaimana mereka memulai sebuah kehidupan baru tanpa siapa-siapa dan tanpa apa-apa? .Bagaimana mereka membangun ka’bah dan memulai peradaban baru. Bayangkanlah bagaimana 42 generasi dari anak cucu Ibrahim secara turun-temurun hingga Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam. membawa agama Tauhid ini dan mengubah jazirah itu menjadi pusat dan pemimpin peradaban dunia.
 
Coba kita renungkan! bagaimana Ka’bah pada mulanya hanya ditawafi 3 manusia agung itu, kini setiap tahunnya ditawafi sekitar 5 juta manusia dari seluruh pelosok dunia yang melaksanakan ibadah haji  dan setiap tahun ke depan akan ditawafi oleh puluhan juta manusia, inilah adalah buah dari pengorbanan demi pengorbanan yang beliau lakukan,, persis seperti doa Nabi Ibrahim as:?
 
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah membawa sebagian dari keturunanku untuk tinggal di sebuah lembah yang tak tertumbuhi tanaman apapun, di sisi rumahMu yang suci..Ya Tuhan kami, itu agar mereka mendirikan sholat.. maka penuhilah hati sebagian manusia dengan cinta pada mereka.. (QS. Ibrahim : 37).

Bayangkanlah bagaimana jazirah yang tandus tak berpohon itu dihuni oleh hanya mereka bertiga dan kini berubah menjadi salah satu kawasan paling kaya dan makmur di muka bumi, persis seperti doa Ibrahim:
Dan ingatlah tatkala Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku jadikanlah negeri ini negeri yang aman, dan berilah rezeki kepada penduduknya berupa buah-buahan yang banyak. (QS. Al Baqarah: 126)

Renungkanlah bagaimana Nabi Ibrahim bermunajat agar lembah itu diberkahi dengan menurunkan seorang nabi yang melanjutkan pesan samawinya, dan kelak Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam menutup mata rantai kenabian di lembah itu, lalu kini – 1.500 tahun kemudian – agama itu diikuti sekitar 1,6  milyar manusia muslim, persis seperti doa Ibrahim : Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Baqarah 129)
 
Bayangkanlah bagaimana – dari sebuah kampung kecil di Irak bernama Azar – Nabi Ibrahim datang seorang diri membawa agama samawi ini, melalui dua garis keturunan keluarga; satu garis dari istrinya Sarah yang menurunkan Ishak, Ya’kub hingga Isa, dan satu garis dari istrinya Hajar yang menurunkan Ismail hingga Muhammad, dan kini setelah lebih dari 4 millenium agama samawi itu – Islam, Kristen dan Yahudi – dipeluk oleh lebih dari 4 milyar manusia.
 
Dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam” (QS. Al Baqarah: 132).
 
Pagi ini kita kenang lagi perjuangan 4 milenium lalu itu. Dan akan terus kita kenang hingga riwayat kehidupan berakhir saat kiamat datang kelak. Begitulah agar kesadaran sajarah kita tetap terjaga, bahwa;
Pertama, Islam (agama tauhid) akan tetap tumbuh dan berkembang. 

Berbagai kerajaan, dinasti, rezim dan imperium datang silih berganti dalam sejarah manusia. Ia lahir, tumbuh besar, berjaya, lalu menua, melemah dan akhirnya mati. Tapi agama yang dibawa Ibrahim datang dan terus bertumbuh tanpa henti hingga kini. Tak ada kekuasaan – sezalim dan setiran apapun ia – yang sanggup menghentikan laju pertumbuhannya. Agama ini membangun kerajaan dalam hati dan pikiran manusia, bukan bangunan megah di atas tanah yang akan segera punah oleh waktu. Agama terus bertumbuh karena memberi arah bagi kehidupan manusia, mengakhiri pencarian akalnya akan kebenaran, kebaikan dan keindahan, serta memenuhi dahaga jiwanya akan cinta, ketenangan dan kebahagiaan. Lihatlah bagaimana doa-doa Nabi Ibrahim menjadi kenyataan satu per satu dan terus menerus sepanjang waktu. Nabi Ibrahim mengajarkan kita sunnatullah yang menjadi hukum sejarah sebagaimana disebutkan dalam AAdapun buih itu pasti akan pergi sia-sia. Sedang yang bermanfaat bagi manusia akan bertahan di muka bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.(QS. Ar Ra’du: 17)

Kedua, Islam (agama tauhid)  adalah narasi terbesar dalam sejarah manusia. Arus sejarah yang digerakkan oleh narasi Barat lahir dari ruh Nasrani/Kristiani. Sementara arus sejarah yang digerakkan narasi Timur lahir dari Islam. Jadi di Barat maupun di Timur agamalah yang membentuk semua peradaban besar yang pernah menghiasi lembar-lembar sejarah manusia. Dan selamanya akan terus begitu. Semua pemberontakan manusia untuk keluar dari jalan agama – seperti yang kita saksikan di abad yang lalu melalui gelombang sekularisme dan ateisme, baik atas nama ilmu pengetahuan atau atas nama yang lain – hanya akan berujung dengan kesia-siaan dan kesengsaraan. Lihatlah misalnya bagaimana perang dunia pertama dan kedua mengorbankan sekitar 94 juta nyawa manusia. Pemberontakan itu lahir dari keangkuhan manusia yang terlalu rapuh, disusun oleh akal yang terlalu sederhana untuk melawan kebenaran abadi yang dibawa oleh agama.

Allah adalah cahaya langit dan bumi…(QS. An Nuur : 35 ) Ketiga, Islam adalah agama masa depan manusia. Rasio pemeluk Islam adalah sekitar 1 orang Muslim untuk setiap 1.000 penduduk bumi di zaman Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam. Kini angka itu berkembang menjadi 1 orang Muslim untuk setiap 5 orang penduduk bumi, termasuk sekitar 100 juta muslim yang menghuni benua Eropa dan sekitar 100 juta muslim yang menghuni China daratan.

Berbagai strategi dan perang telah dilakukan untuk merusak citra agama ini – seperti label fundamentalisme dan terorisme – demi mencegah manusia memeluknya tidak akan sanggup mencegah pertumbuhan dan penyebarannya, bahkan di jantung sekularisme seperti Eropa dan Amerika. Sementara itu semua sistem dan ideologi lain mulai bangkrut satu per satu seperti komunisme. Dan kini kapitalisme pun sedang menyusul secara perlahan dan pasti. Semua sistem dan ideologi itu tidak akan mampu memenuhi tuntutan dan dahaga manusia akan kebenaran, keadilan dan kebahagiaan. Dunia membutuhkan pencerahan baru, dan hanya Islamlah yang bisa membawa cahaya. Dunia membutuhkan sumber solusi, dan hanya Islamlah yang bisa menawarkan jalan keluar. Urusan (agama) ini pasti akan menjangkau seluruh manusia, sepanjang siang dan malam menjangkau (seluruh pelosok bumi). (HR. Ahmad, Hakim, Baihaqi, dan Thabrani)

Keempat, bekerja dan berkorban adalah tradisi kebangkitan dan kepemimpinan. Bekerja itu seperti menanam pohon. Berkorban itu adalah pupuk yang mempercepat pertumbuhannya. Kita mengenang Nabi Ibrahim hari ini karena ia hanya bekerja menabur kebajikan di ladang hati manusia. Tanpa henti. Kita mengenang Nabi Ibrahim hari ini karena pengorbanannya yang tidak terbatas
.
Makna hidup kita – baik sebagai individu maupun sebagai umat dan bangsa – terletak pada kerja keras dan pengorbanan tanpa henti dalam menebar kebajikan bagi kemanusiaan. Bekerja adalah simbol keberdayaan dan kekuatan. Berkorban adalah simbol cinta dan kejujuran. Itu nilai yang menjelaskan mengapa bangsa-bangsa bisa bangkit dan para pemimpin bisa memimpin. Hanya mereka yang mau bekerja dalam diam yang panjang, dan terus menerus berkorban dengan cinta, yang akan bangkit dan memimpin. Itulah jalan kebangkitan. Itulah jalan kepemimpinan. Itu nilai yang menjelaskan mengapa Islam – di masa lalu – bangkit dan memimpin peradaban manusia selama lebih dari 1.000 tahun. Dan itu jugalah jalan kebangkitan kita kembali: bekerja keras dan berkorban tanpa henti. Dengarlah firman Allah swt: Dan katakanlah (hai Muhammad), bekerjalah kalian, nanti Allah yang akan menyaksikan amal kalian, beserta RasulNya dan orang-orang yang beriman. (QS. At Taubah:105)

Hari ini – sebagaimana kita mengenang manusia-manusia agung itu; Nabi Ibrahim dan istrinya Hajar, Nabi Ismail dan Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam – kita juga mendengar rintihan hati umat manusia dari berbagai pelosok dunia. Di belahan dunia Islam ada rintihan anak-anak Palestina, Irak, Afganistan, Sudan, dan Khashmir yang membutuhkan solidaritas dan bantuan kita untuk membebaskan mereka dari kezaliman dan penjajahan. Bahkan bumi pertiwi sedang berduka. Hampir setiap saat, kita dikagetkan dengan berbagai macam bencana dan musibah, tak ada ujungnya. Bencana ada di sekitar kita, lebih-lebih di bulan ini, mulai dari banjir lumpur Warior, tsunami Mentawai dan gunung Merapi, bahkan gempa bumi setiap hari. Ratusan jiwa meninggal.
 
Khatib, DR. Tgk. H. Armiadi, MA | Kepala Baitul Maal Aceh
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin