Headlines News :
Home » » Mari Membantu Fakir Miskin

Mari Membantu Fakir Miskin

Written By MAHA KARYA on Wednesday, October 30, 2013 | 10/30/2013



Dr. Zaki Fuad Chalil, M.Ag

Fakir dan miskin merupakan dua mustahik zakat yang disebutkan Allah swt dalam al-Quran surah al-Tawbah ayat 60 : Innamas shadaqatu lil fuqarai Wal masakin. Kedua strata sosial ini sama-sama tidak mampu dan termasuk golongan ekonomi lemah. Lebih dari itu, fakir dan miskin merupakan dua subjek yang berbeda dengan karakteristik mereka masing-masing. Kata Fakir dengan segala bentuk perubahan disebutkan 6 kali dalam al-Quran sedang penyebutan kata miskin dan segala bentuk perubahannya di temukan 12 kali diulang dengan objek yang berbeda-beda. Tiga kali kata fakir disamakan statusnya dengan golongan miskin sedang 12 kali penyebutan kata miskin secara umum berbicara tentang pemenuhan hak orang-orang miskin baik dari kerabat mereka maupun masyarakat secara umum. Dalam al-Quran kata fakir dan miskin ada yang digandengkan bersama dan ada pula yang dipisahkan penyebutannya.

Lebih dari itu semua, Allah swt menegaskan bahwa siapa saja yang tidak membantu dan mengajak orang lain memperhatikan keadaan orang miskin dicap sebagai pendusta agama dan akan masuk ke dalam neraka nantinya. Allah swt berfirman dalam surah al-Mudattsir ayat 44 “dan kami juga tidak memberi makan orang miskin”. Sementara di ayat 43 Allah mendeskripsikan dialog diantara sesama ahli syurga tentang keadaan orang-orang yang berdosa “apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam neraka Saqar? Mereka menjawab dahulu kami di dunia tidak melaksanakan shalat, dan kami juga tidak memberi makan orang-orang miskin. Berdasarkan kedua ayat ini semakin jelas di mana kira-kira tempat tinggal kita yang abadi nanti bila dalam kehidupan kini kita tidak melaksanakan shalat dan mengabaikan kewajiban kita tidak membantu fakir miskin yang ada di sekitar kita.

Demikian juga sebaliknya kita bershalat tetapi tidak mau membantu orang-orang fakir dan miskin ibarat sekeping mata uang yang tidak dapat dipisahkan, melaksanakan shalat dan memabntu fakir miskin. Nauzubillah min zalik. Maha suci Allah swt yang telah menciptakan manusia dalam profesi dan kondisi sosial ekonomi yang berbeda-beda sehingga antara satu dan lainnya mereka dapat bekerja sama memenuhi berbagai kebutuhan hidup dan saling melengkapi secara manajerial dalam kehidupan sosial sehari-hari. Secara alami memang tidak ada manusia yang dapat hidup secara individual karena bertentangan dengan sunnatullah.

Dalam upaya merealisasikan sunnatullah tersebut manusia harus selalu bekerja sama dalam berbagai aktivitas mereka termasuk pemenuhan kebutuhan sosial dan ekonomi. Secara tegas Allah swt menyatakan di dalam al-Quran manusia itu dilebihkan antara yang satu dengan lainnya dalam hal rizki.

Allah swt berfirman dalam surah al-Nahl ayat 71: Dan Allah melebihkan sebagian kamu atas sebagian yang lain dalam hal rizki, tetapi orang yang dilebihkan rizkinya itu tidak mau memberikan rizkinya kepada para hamba sahaya yang mereka miliki sehingga mereka sama-sama merasakan rizki itu. Mengapa mereka mengingkari nikmat Allah? Berdasarkan ayat ini dan beberapa ayat lain kita melihat kebijaksanaan Allah dalam hal pembagian rizki itu agar bagi mereka yang mendapatkannya lebih banyak dapat berbagi dengan fakir miskin sehingga rahmat dan nikmat Allah itu dapat terdistribusikan dengan adil di tengah masyarakat tidak dimonopoli oleh mereka yang kaya saja. Karena ini bertentangan dengan kehendak Allah dan sifat Nya yang rahman dan rahim sebagaimana dalam sebuah hadis disebutkan, takhallaqu biakhlakillah, berakhlaklah kamu sebagaimana akhlaknya Allah swt.

Kelebihan dan kekurangan di antara manusia harus dimanfaatkan maksimal untuk saling melengkapi menyukseskan peran mereka sebagai khalifatullah di dunia ini. Peran sentral itu harus dipahami oleh manusia agar eksistensi mereka dapat memberi manfaat fungsional sebagai hamba Allah dan pertanggungan individu yang harus berhasil dalam menjalani kehidupan ini. Dengan saling pengertian itulah dunia ini dapat dirajut bersama mencapai ridha Allah yang maha tinggi nilainya.

Dalam hadis riwayat al Hakim Rasullulah saw bersabda “wahai Aisyah, cintailah orang miskin dan akrablah dengan mereka agar Allah juga akrab dengan engkau pada hari kiamat. Di hadis lain nabi bersabda “ Orang yang berusaha membantu janda dan orang miskin bagaikan dia berjihad di jalan Allah” (HR Bukhari Muslim). Dengan keakraban dan saling mencintai kita dapat merasakan langsung bagaimana penderitaan mereka. Berawal dari hal ini akan timbul empati dan kepedulian yang mendalam atas nasib mereka sekaligus mendorong kita untuk memberikan bantuan dan pertolongan maksimal mengatasi masalah yang mereka hadapi. Rasulullah saw begitu menghormati dan memuliakan orang-orang miskin.

Menurut Rasulullah mereka patut mendapat kehormatan dan kemuliaan hidup karena mereka tergolong orang-orang yang memperoleh kemuliaan dari Allah swt di surga nanti sebagaimana dijelaskan dalam hadisnya: “Saya berdiri di muka pintu surga mendadak umumnya yang masuk ke dalamnya adalah fakir miskin, sedang orang-orang kaya masih tertahan oleh perhitungan kekayaannya” (HR Bukhari Muslim) Allah swt telah memberikan kemuliaan kepada fakir miskin terlebih dahulu masuk ke dalam surga walaupun ketika di dunia mereka dipandang hina oleh orang-orang kaya dan bangsawan.
Untuk itu sudah pada tempatnya orang fakir miskin di perhatikan dan dipedulikan daripada orang kaya dan elitis lainnya. Bila dilihat dari kesemua makna yang tersurat dan tersirat terkait dengan persoalan miskin ini bahwa ajaran Islam tidak memisahkan upacara ritual dan ibadah sosial.

Manusia dituntut keikhlasan dalam pelaksanaan shalat dan merasakan kebutuhan orang-orang lemah dan kesediaan mengulurkan bantuannya walau sekecil apa pun. Karena itu dari praktek keberpihakan ajaran islam pada kelompok miskin akan terlihat di dalamnya menuntut kebersihan jiwa, jalinan kasih sayang, kebersamaan dan gotong royong antara sesama makhluk Allah dan kalaupun mereka shalat dinilai Allah mendustakan agama dan hari akhirat.

Dalam surah almaun Allah swt mengecam orang yang tidak mau menganjurkan orang memberi makan orang miskin. Di dalam surah al Qalam ayat 24 dikisahkan sebuah cerita yang sangat miris menimpa orang kaya yang pelit. Dua orang kakak beradik pemilik kebun yang sangat bagus dan lebat buahnya siap dipanen hancur dilalap si jago merah terbakar api hanya karena mereka berusaha untuk memetik hasil kebunnya di tengah malam buta di saat orang-orang miskin tidur lelap dan tidak ada si miskin yang meminta-minta hasil panennya tidak berkurang.

Demikian strategi tipu daya yang mereka rencanakan di sore hari sebelum mereka memanen hasilnya esok hari. Mereka mengira rencana itu sangat tepat dengan sengaja berkhianat dan mengkufuri rahmat Allah yang dititipkan kepada mereka. Mereka lupa Allah swt maha mendengar dan mengetahui segala bisikan hati manusia dan rencana Allah lebih dahsyat dari apa yang tidak mereka perhitungkan di sore tadi dan Allah pun menjalankan rencananya yang tidak diketahui oleh manusia. “Dan mereka orang-orang kafir membuat tipu daya maka Allah pun membalas tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya” (Ali Imran/54).

Analogi kisah abadi yang disebutkan al-Quran ini akan berlaku sepanjang masa dan kita pun akan menerima dampaknya bila memperturutkan ketamakan. Misalnya kenapa hasil panen udang kita berkurang? Mengapa rezeki kita selama ini tidak berkah dan seret?

Demikian juga dengan Hasil hutan, pisang sebagai bahan baku keripik dan pisang sale dan sebagainya. Apakah ini sebagai akibat dari kekufuran kita selama ini? Lalu Mengapa kita tidak mengevaluasinya? Di mana letak kesalahan itu. Malah di dalam budaya Aceh apabila seseorang hadir tepat di saat satu keluarga sedang membagi warisan mereka pun akan mendapatkan sejumlah uang yang dikenal dengan “hak raheung”. Fakir miskin memiliki hak-hak untuk mendapatkan bantuan dan pertolongan dari kita yang berkecukupan.

Banyak bentuk bantuan dan pertolongan yang dapat kita berikan kepada mereka baik dalam bentuk harta, makanan, pekerjaan, modal usaha, pendidikan, dan keterampilan. Dengan bantuan yang kita berikan diharapkan mereka dapat mengatasi permasalahan hidup tanpa harus menggantungkan hidupnya pada belas kasihan orang lain sepanjang masa kecuali mereka termasuk dalam kategori fakir miskin uzur yang telah ditentukan kriterianya oleh Baitul Mal Aceh.

Di dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda Orang yang dermawan dekat kepada Allah, dekat kepada manusia, dan dekat kepada surga. Seorang yang bodoh tapi dermawan lebih disukai Allah daripada seorang yang alim (tekun beribadah) tapi kikir. HR Thabrani. Di hadis lain Malaikat akan mendoakan orang-orang yang berinfak di jalan Allah dengan doanya “ya Allah berikanlah ganti rugi bagi orang yang berinfak, yang lainnya berdoa, ya Allah berikanlah kehancuran bagi orang yang menahan infak (HR Bukhari Muslim).
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin