Headlines News :
Home » » Soal Kepala Daerah Pro Syariah

Soal Kepala Daerah Pro Syariah

Written By MAHA KARYA on Saturday, March 31, 2012 | 3/31/2012

oleh Murizal Hamzah

Seekor burung kecil berusaha memadakam api yang membakar tubuh Nabi Ibrahim. Raja Namrud melempar utusan Allah ke api membara. Burung itu hilik-mudik ke sungai memikul beberapa tetes air serta menuangkan ke tubuh Ibrahim.

Aksi ini mengundang perhatian binatang lain yang menyaksiakn dari perpohonan. Mereka menertawakan hal mustahil yang sedang dilakukan oleh burung. Bagaimana mungkin dengan beberapa tetes air mampu memadamkan api.

“Wahai burung kecil, kamu melakukan hal-hal percuma. Tidak mungkin air yang kamu bawa bisa mematikan jilatan api yang berkobar-kobar,” olok seekor burung bertubuh besar.

“Aku tahu aku tidak bisa memadamkan api yang menjilat tubuh Nabi Ibrahim. Akan tetapi aku ingin Allah mencatat aku sebagai makhluk-Nya yang berusaha memadamkan api yang disulut oleh Namrud,” tangkisnya yang membuat binatang lain tercengang.

Dialog ini saya kutip dari kisah Jalaludin Rumi. Sebuah hikmah yang menarik untuk kita amalkan pada masa kini. Inti dari kisah pendek itu yakni kewajiban hamba Allah untuk berusaha melakukan perbuatan baik hatta hal-hal kecil sekalipun secara maksimal. Sebab segala aktivitas kita tetap dalam monitor Allah SWT. Kuncinya, lakukan segala aktivitas yang amar makruf nahi munkar dengan bersungguh-sungguh, keyakinan, usaha dan ikhlas bekerja. Hal-hal itulah yang menjadi catatan Allah. Bukan pada hasilnya.

Kita memulai amar makruf nahi munkar dari hal-hal yang terlihat sepele. Misalnya, untuk situasi Aceh jelang pemilihan kepala daerah pada 9 April mendatang, di manakah posisi umat Islam? Apakah kita berpikir pilkada ini tidak ada urusan dengan kita sebagai rakyat Aceh.

Ingatlah selalu jika sebuah jabatan diserahkan kepada yang bukan ahlinya atau tidak menguasainya, maka kehancuran menimpa kawasan itu. Untuk itu, mencontoh kegigihan burung kecil memadamkkan api di Ibrahim, menjadi kewajiban bagi sekitar 3 juta pemilih pilkada Aceh untuk memberikan suaranya kepada seorang gubernur dan wakilnya serta seorang bupati/wali kota dan wakilnya.

Kesalahan memilih pemimpin karena ancaman atau iming-iming hadiah berdampak kesalahan selama lima tahun mendatang. Salah satu trik memilih gubernur, bupati atau wali kota yakni mengamati jejak kerjanya selama ini. Di mana saja berkiprah sang kandidat sebelum melangkah ke gerbang pilkada? Apa saja hasil yang telah dilakukan selama ini? Apakah perilakunya pro syariat Islam? Apakah selama kampanye lebih banyak melontarkan fitnah sambil menghina apa yang telah dilakukan oleh kandidat lain?

Penting kita catat, bahwa syariat Islam tidak hanya identik dengan razia jilbab atau memakai jilbab dan sebagainya. Pemimpin yang berani memberantas korupsi, tidak menghambat hak rakyat, menolak memberi izin kepada pengusaha untuk membabat hutan sehingga warga menerima akibat banjir dan lain-lain adalah penerapan syariat Islam.

Untuk itu, kita tidak bisa berkelit bahwa pilkada Aceh tidak ada urusan dengan saya. Berusaha memilih gubernur, bupati atau wali kota dengan menelaah latar belakang yang telah dilakukan mesti dilakukan. Jika tidak memiliki pengetahuan, bertanyalah pada alim ulama yang diyakini bisa memberi secercah pencerahan.

Setelah itu, di bilik suara dengan hati nurani yang terdalam serta memohon petunjuk Allah, pilihlah pemimpin yang diyakini bisa membawa perubahan yang lebih baik menuju masyarakat yang adil dan makmur. Jika salah memilih kepala daerah, maka pemilih tetap memperoleh satu pahala sebagai bagian dari ikhtiar.
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin