Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahanam
(QS An Nisa’: 140)
(QS An Nisa’: 140)
Walaupun iman mereka masih tipis, karena baru saja dua tahun atau beberapa bulan masuk Islam, tapi mereka sudah berani mengatakan, “Kami ini pengikut Nabi Besar Muhammad Saw.”
Ada pun di kota Mekkah, saat kaum muslimin hidup sebelum hijrah, sebagian yang berani mengatakan “kami pengikut Muhammad” dan ada sebagian lagi belum berani mengatakannya. Kenapa? Karena demikian kuatnya pengaruh orang Quraisy dan kekejaman mereka yang dilakukan kepada pengikut Nabi Besar Muhammad Saw.
Akibatnya, tuntunan kepada orang muslimin saat berada di Kota Mekkah termaktub dalam surat Al-An’am ayat 68, artinya: “Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang dzalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).”
Kita tahu, bahwa dulu tidak ada mikrofon, kalau sekarang kita dengar apa yang terjadi di Jakarta bisa kita dengar langsung, tapi kalau dulu mendengar/mendapatkan informasi harus dekat.
Allah Swt meminta kaum muslimin, berpaling dari mereka. Berpaling saja kamu tetap dekat. Mereka bisa kita lihat. Tak usah pindah, sebab kalau kita pindah mungkin mereka akan tanya kenapa kamu pindah.
Jadi dengan demikian, kita bisa hidup bersama dengan orang non muslim. Islam tidak mengajarkan kita harus hidup jauh dari orang non Muslim, tidak. Bisa saja bersama mereka dengan catatan, kita tidak ikut pekerjaan mereka, seperti memperolok-olok ayat-ayat suci Al-Quranul Karim
Maka marilah kita beri pemahaman kepada anak-anak kita, dengan kita memberi pemahaman kita dapat perbaiki kesalahannya. Kalau anak orang biar orang yang memperbaikinya, jadi kita bisa menganalisa ayat suci Al-Quran, bahwa dasarnya adalah keimanan dan ilmu pengetahuan.
Jadi marilah kita kembali kepada petunjuk Allah, dan sekarang kita memposisikan diri apakah kita dekat dengan kaum muslimin di Madinah atau kita dekat dengan kaum muslimin di Mekkah. Posisi itu akan sangat menentukan keislaman kita.
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !