Headlines News :
Home » » Membentuk Umat Berwibawa

Membentuk Umat Berwibawa

Written By MAHA KARYA on Friday, June 3, 2011 | 6/03/2011

Khatib: H. Tamlicha Hasan Lc

Setiap ummat merasa bangga atas inisial kebangsaan dan keyakinan keagamaannya. Kebanggaan ini menjiwai raga dan sanubari. Beberapa bangsa besar beranggapan bahwa kebangsaan dan keyakinan agama ini merupakan anugerah Sang Pencipta untuk mereka. Atas dasar ini pula, satu bangsa atau agama menganggap rendah bangsa dan agama lainnya. Anggapan demikian adalah keyakinan bahwa bangsanyalah sebagai umat terpilih, dibuktikan dengan penurunan risalah langit oleh “Tuhan terhebat” yang memilih orang-orang hebat dari sekian “tuhan-tuhan lemah” dijagat raya yang hanya menguasai umat yang lemah. Pilihan ini pun sebagai bagian dari klausul penciptaan alam raya untuk misi agung menjalankan kehendak Tuhan di atas permukaan bumi.

Orang Perancis memegang semboyan “Gesta Dei per Francos” dan ada istilah “gadis perawan” bagi gereja. Bangsa Jerman dengan “Gott mit uns” yaitu “tuhan dipihak kita”. Di Spanyol, Jenderal Franco yang menguasai kepemimpinan pasca perang saudara, sejak tahun 1939 hingga kematiannya tahun 1975 menggelorakan keyakinan “Faire Christ Roi” yang berarti “Yesus adalah Raja” hingga tidak ada tawar menawar bagi bangsa dan umat agama lain untuk memimpin negara, bahkan pada setiap lembaran mata uang dolar tertera kalimat “In God we trust” sebagai kepercayaan sakral bahwa hanya tuhan mereka satu-satunya yang berkuasa atas harta kekayaan dan pasar dunia. Pada tataran pelaksanaannya, dengan atau tanpa persetujuan umat selain mereka, pasar modal, saham, kekayaan dunia, dan sumber daya alam harus mereka kuasai dengan menempuh berbagai langkah sebagai wujud merealisir keinginan tuhan yang diyakini.

Di Argentina, Eva Veron menyatakan bahwa “risalah Argentina adalah perpindahan tuhan padanya”. Gerakan apartheid di Afrika Selatan dimana Perdana Menteri Forster tahun 1972 juga memberi ultimatum agar mereka sebagai bangsa tuhan wajib mengetahui kalau gerakan ini adalah bagian dari misi tuhan yang memilih mereka untuk menjalankannya. Begitu halnya dengan bangsa Maya yang mendiami Honduras, Guatemala, dan wilayah Amerika Latin, Suku Aztik di Meksiko, Bangsa Keysho di Peru, Firaun dimesir dan bangsa-bangsa diantara sungai Nil di lembah ‘Arisy hingga sungai Eufrat, ajaran kitab Weda orang Hindu hingga yang paling mutakhir Zionis-Israel yang merampas tanah dan menjajah Bangsa Palestina dengan propaganda ajaran suci yang dipalsukan:” Bangsa Terpilih, Tanah yang dijanjikan, pengorbanan Holocaust (pembantaian Hitler) sebagai wujud janji azali tuhan Yahwah”. Semua ini memberi gambaran bahwa ras dan keyakinan adalah kebanggaan, memainkan peranan penting mewujudkan cita-cita untuk memperoleh restu, simpati, dan kewibawaan gerakan, misi, dan visi. Meskipun sebagian dari bangsa itu hanya merilis kepalsuan semata dari multi sejarah panjang anak cucu Adam as.

Wibawa Muslim
Sekilas tadi kita lirik bangsa-bangsa dunia. Sekarang bagaimana dengan kita umat Muslim? Untuk ini mari membuka dan dengarkan Al Qur’an. Banyak ayat dalam surat berbeda memberi pernyataan pasti tentang semua nabi dan rasul adalah muslim yang berserah diri kepada Allah swt. Firman Allah: Katakanlah: “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’kub, dan anak cucunya, dan kepada apa yang diturunkan kepada Musa dan Isa serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami berserah diri kepadaNya. (al Baqarah 136).

Berbangga dan merasa hebat dengan Islam (al I’tizaz bil Islam) bukan hanya sekedar pengakuan “saya seorang muslim”. Tetapi berupa konsekwensi dari pengakuan itu, yaitu kebanggaan menjalankan dengan rela konsep, aturan, hukum dan undang-undang Islam. Ada rasa cemburu yang begitu besar bila identitas dan moralitas Islam dilecehkan melebihi kecemburuan terhadap diri pribadi. Ada rasa sedih dalam hati akibat sikap diri yang tidak mau menjalankan hukum Islam bila sudah siap untuk itu secara bertahap. Orang yang bangga dengan Islam ada rasa muak mendera ubun-ubun terhadap sikap munafik yang suka mendebat al Qur’an untuk memperoleh simpati orang kafir.

Ada ungkapan, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Ungkapan yang memiliki makna dari cerminan Qur’ani ini adalah modal lainnya untuk menjadi agung. Sejarah membuktikan bhwa penjajahan dapat dipatahkan dengan kesatuan bangsa untuk melawannya. Perselisihan sengaja diciptakan oleh musuh agar bangsa terjajah tidak mampu bangkit dari keterpurukan dan dalam sebuah ide kemajuan dalam kondisi perselisihan tetap menjadi bahan tertawaan. Firman Allah: “Dan taatilah Allah dan RasulNya dan jangan kamu berselisih yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu menjadi hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.

Kondisi hari ini
Fenomena hari ini, berbagai belahan dunia umat Islam hidup dalam kondisi memprihatinkan di berbagai bidang. Mulai dari pengamalan ajarannya hingga penguasaan tatanan kehidupan duniawi. Kelemahan ini menjadikan kita terpuruk dan merasa pesimis yang pada akhirnya menjadi umat yang menyerah pada keadaan bagaikan buih yang terombang-ambing dilautan, ditampar dari segala arah dan lenyap tidak berdaya.

Lebih parah dari ini, ada sikap merasa berwibawa hidup dalam penguasaan terjajah. Padahal Islam tidak ajarkan kita “memble dan mangut-mangut menjadi sok intelek” terbius sikap politik orang-orang munafik kafir yang berpura-pura menyanjung dan menghargai umat Islam. Ketahuilah bahwa sikap ini adalah penyakit yang sedang menggerogoti umat dan dibenci oleh Islam.

Dalam berbagai kasus dunia, krisisTimur Tengah misalnya; para pemimpin negeri muslim lebih terpedaya dengan “sikap damai dengan mengedepankan pembicaraan” dengan kebijakan barat. Bukankah kita tahu kalau setiap bangsa dan agama punya prinsip, dan prinsip suci mengatas namakan misi tuhan menandakan mereka tetap menjalankan misinya dengan cara kekerasan sekalipun walau harus melangkahi kedaulatan negara lain. Bagi musuh, pembicaraan hanya mengulur waktu sambil merentas jalan menguasai keadaan.

Firman Allah: Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) “umat pertengahan” agar kamu menjadisaksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. (al Baqarah 143).

Umat Islam adalah umat yang “wasatha” atau pertengahan. Maksud wasatha adalah berprinsip adil dalam semua sisi. Berada pada titik antara kutub lentur dan kaku atau tepatnya tidak lembek tidak pula kaku. Tidak radikal tidak pula asal gampangan. Intinya segala makna sifat terbelakang dan berlebihan tidak ada dalam karakter wasatha.
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin