
Dimasa Rasulullah, ada sekelompok sahabat yang menetap di pojok Masjid Nabawi di sebelah utara Raudhah, yang dikenal dengan nama Shuffah. Sehingga para sahabat yang menghuni tempat itu disebut Ashabus Shuffah atau Ahlus Shuffah. Mereka umumnya adalah golongan Muhajirrin yang telah mengorbankan harta bahkan keluarganya demi menegakkan diinul Islam. Kehidupan mereka di Madinah serba kekurangan dan tidak memiliki keluarga. Tidak jarang diantara mereka menahan lapar. Namun mereka adalah orang-orang yang taat dalam ibadah dan tekun menuntut ilmu di majelis Rasulullah.
Abu Firas Rabiah bin Ka’ab Al Aslami, salah satu Ashabus Shuffah, menceritakan pengalamannya bersama Rasulullah seperti yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Dawud dan Imam Ahmad. Bahwa Rasulullah suatu ketika berkata kepada Abu Firas “Wahai Abu Firas mintalah sesuatu kepadaku.” Abu Firas terperanjat mendengar ungkapan Rasulullah tersebut, setelah sejenak berfikir dia berkata “Wahai Rasulullah saya hanya ingin bersama engkau kelak di dalam surge.” Mendengar pernyataan Abu Firas, Rasulullah kembali memberi kesempatan Abu Firas untuk minta yang lain dengan ungkapan beliau “Masih adakah permintaan selain itu wahai Abu Firas?“ Abu Firas menjawab “Tidak ada ya Rasulullah, saya hanya ingin bersama engkau kelak nanti di Surga” Rasulullah lalu berpesan kepada Abu Firas “Wahai Abu Firas, untuk terkabulnya doamu itu maka bantulah aku dengan banyak sujud pada Allah.”
Sujud adalah salah satu gerakan meletakkan dahi manusia yang paling mulia dan dihormati ke tanah sejajar dengan tapak kakinya. Gerakan shalat yang ini melambangkan kerendahan manusia di hadapan ALLAH. Kalaulah hari ini kita mulia dan terhormat di mata manusia, semua itu karena ALLAH yang telah memuliakan kita.
Imam Ali ra berkata “Panjangkanlah sujudmu. Tidak ada perbuatan yang paling menyakitkan syaitan melebihi tatkala dia melihat manusia bersujud”. Ini sejalan dengan sabda Rasulullah, “Saat hamba paling dekat kepada Tuhannya ialah dikala sujud, karenanya perbanyaklah doa di dalamnya.” (HR. Muslim, Abu Daud dan An Nasa’i)
Khasiat Medis
Posisi sujud memberikan banyak manfaat untuk kesehatan. Membengkokan kedua lutut mencegah terjadinya kejang/kaku pada kedua lutut. Membengkokan badan dan meletakkan dahi ke tanah bermanfaat pada pemijatan perut dan perangkat pencernaan, sehingga menyehatkan lambung. Pada kaum ibu menempatkan rahim pada posisinya yang alami sehingga mencegah terjadinya kerusakan atau kelainan rahim Posisi sujud juga membantu pekerjaan jantung dan menghindari mengerutnya dinding pembuluh darah. Mencerdaskan otak dan menyehatkan kepala karena darah yang kaya oksigen akan mengalir banyak ke otak. Tetapi itu semua tercapai jika gerakan sujudnya benar.Hadist yang diriwayatkan Buchari, Muslim dan Ahmad yang bersumber dari Abu Hurairah menceritakan bahwa ada seseorang yang disuruh oleh Rasulullah mengulang shalatnya hingga sampai 3 kali selanjutnya setelah laki-laki tersebut mengatakan kepada Rasulullah “Ajarilah aku shalat yng benar” maka Rasulullah berkata : Bila engkau shalat bertakbirlah kemudian bacalah sekedarnya dari Al Quran rukulah hingga engkau tenang (thu’maninah) melakukan rukuk, itidal hingga engkau tenang, sujud hingga engkau tenang melakukan sujud, bangun dan duduk dengan tenang, sujud hingga engkau tenang melakukan sujud. Kemudian Rasulullah berkata “lakukanlah yang demikian itu dalam semua shalatmu”.
Ciri orang bertaqwa
Salah satu ciri orang bertaqwa dalam Al Quran adalah menegakkan shalat. (wayuqimunashalah) sebagai mana dalam surah Al Baqarah ayat 3 “yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang menegakkan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”Tafsir Jalalain disebutkan bahwa “wayuqimunashalah” adalah melaksanakan shalat berdasarkan hak-haknya yakni dengan khusyu’ sesuai syarat, rukun dan sunnahnya sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah saw. Sementara dalam tafsir Al Mishbah disebutkan, “wayuqimunashalah” adalah melaksanakan shalat secara benar dan berkesinambungan.
Makna menegakkan shalat atau wayuqimunashalah tidak sebatas dalam tatacara ibadahnya saja, tetapi juga bagaimana shalat tersebut tercermin dalam kehidupan sebagaimana yang dikatakan oleh seorang ulama Jalaluddin Rumi ”Shalat adalah simbol kehidupan”. Shalat belum tegak secara benar kalau belum mampu terefleksi dalam kehidupan, misal dalam hal kebersihan dan keindahan.
Shalat simbol kesucian. Seharusnya umat Islam tidak hanya suci dan bersih ketika shalat saja, tetapi harus tercermin dalam segala sisi kehidupan dengan menampilkan hidup yang bersih, lingkungan yang indah dan asri. Semua nilai keindahan dan kebersihan tersebut sesungguhnya adalah bagian ibadah. Allah itu indah dan menyukai keindahan. Kebersihan itu adalah sebagian dari iman sebagaimana pernah diungkapkan oleh Rasulullah.
Gerakan shalat yang dinamis berdiri–ruku–sujud menggambarkan umat Islam sesungguhnya umat yang dinamis, aktif dan kreatif. Gerakan shalat juga melambangkan perjalanan hidup manusia ketika berdiri sebagai simbol keberdayaan bahwa ia kuat, sehat, punya harta, punya jabatan, namun ada masanya kita lemah, sakit, tua dan tidak punya apa-apa lagi yang disimbolkan oleh ruku dan akhirnya semua kita akan tersungkur mencium tanah yaitu kematian yang disimbulkan oleh gerakan sujud.
Shalat sangat dianjurkan dilaksanakan dengan berjamaah karena melalui jamaah banyak manfaat yang bisa kita dapatkan. Dalam shalat Jamaah ada Imam dan ada Makmum, Imam ibarat Pemimpin dan Makmum adalah Rakyat. Lihatlah akhlak yang diajarkan dalam shalat jamaah, bagaimana indahnya hubungan antara Imam dan Makmum. Ketika Imam keliru dalam membaca ayat maka Makmum yang pandai membantu Imam meluruskannya, demikian ketika Imam lupa dalam rangkaian gerakan shalat maka Makmum mengucapkan ”subhanallah” sebagai simbol bahwa hanya Allah yang sempurna yang tidak ada kehilafan dan kealpaan sedikit pun. Shalat Jamaah juga mengajarkan kebesaran jiwa seorang pemimpin, yaitu ketika Imam yakin bahwa dia telah bathal maka dengan keikhlasan sang Imam akan bergeser meninggalkan posisinya untuk diganti oleh Imam lain yang lebih berhak.
Shalat diakhiri dengan salam ke kanan dan ke kiri yang merupakan simbol kedamaiaan. Orang yang selesai shalat akan menebarkan salam keselamatan kepada seluruh penghuni alam. Subhanallah betapa indahnya ketika shalat tercermin dalam kehidupan. Allah berfirman : dalam surah Al Ankabut ayat 45 ”Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !