Headlines News :
Home » » Nasib Anak Yatim Ada Pada Kita

Nasib Anak Yatim Ada Pada Kita

Written By MAHA KARYA on Saturday, March 12, 2011 | 3/12/2011

KHATIB : Dr. H. Agusni Yahya, M.A.

Sudah menjadi pengetahuan kita bahwa Nabi Muhammad adalah seorang anak yatim. Ayahnya, Abdullah, meninggal dunia di kala Muhammad berusia dua bulan dalam kandungan. Pada usia Muhammad enam tahun, ibunya Aminah, dipanggil menghadap Allah SWT. Lalu beliau hidup bersama kakeknya, Abdul Muthalib, selama dua tahun saja.

Karena pada umur Muhammad delapan tahun, kakeknya ini pun berpulang ke rahmatullah. Maka setelah ayah, ibu dan kakek, menghadap Sang Khalik, Muhammad hidup bersama pamannya, Abu Thalib. Hingga beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul sebagai pembawa rahmat bagi sekalian alam ini, untuk segala umat manusia hingga akhir zaman.

Nabi Muhammad SAW dipilih oleh Allah sebagai sebaik-baik makhluk di muka bumi. Nabi telah dipersiapkan oleh Allah untuk menjadi pemimpin, penuntun dan pendidik masyarakat yang bobrok akhlaknya, untuk menjadi masyarakat islamiah yang penuh dengan ukhuwwah dan rahmah. Nabi berhasil merubah masyarakat jahiliyyah yang awalnya tidak diperhitungkan oleh bangsa-bangsa maju ketika itu, menjadi umat Islam yang disegani di seluruh dunia Arab. Siapa yang mendidik Nabi menjadi begitu luar biasa? Sejak kecilnya Nabi Muhammad saw dibekali, dilindungi, dan dididik sendiri oleh Allah SWT. Nabi sendiri juga bersabda: Tuhanku telah mendidik aku dengan sebaik-baik pendidikan.

Kalaulah bukan Allah sendiri yang melindungi dan mendidik, tidak mungkin seorang anak yatim padang pasir yang ummiy )tidak mampu menulis dan membaca), mampu memimpin dan merubah watak masyarakat jahiliyah menjadi umat islamiyah. Karena menurut ilmu jiwa pendidikan, anak yang kehilangan kasih sayang orangtuanya dan tumbuh dalam lingkungan tidak kondusif, maka ia menjadi anak nakal, tidak stabil emosinya dan sulit menjadi tokoh masyarakat yang berhasil. Teori ini tidak terjadi pada Nabi Muhammad. Nabi adalah orang yang paling stabil emosinya, paling arif bijaksana dalam memimpin masyarakatnya. Allah sendiri menyatakan bahwa Nabi Muhammad adalah sebagai manusia yang paling agung akhlak budi pekertinya.

Budi pekerti agung inilah sebagai kunci pokok keberhasilan dakwah Nabi Muhammad saw dalam merubah watak masyarakat Arab yang diliputi kebodohan dan permusuhan, menjadi masyarakat yang mencintai ilmu pengetahuan dan kedamaian.

Sunnatullah dan maunatullah
Berhasilnya pendidikan dan perjuangan seseorang ditentukan oleh sunnatullah (hukum alam) dan maunatullah (pertolongan Allah). Pendidikan Nabi sebagai anak yatim hingga menjadi pemimpin revolusioner dunia adalah berkat pertolongan Allah. Adapun keberhasilan perjuangan dakwah islamiyah Nabi adalah karena kedua-duanya. Sejak diangkat menjadi Rasul hingga wafat, Nabi tidak pernah berhenti berdakwah, mengajar, membimbing, memimpin umatnya siang dan malam. Sesekali beliau terjun langsung ke medan perang untuk memerangi kaum yang zalim, yaitu orang-orang yang menghina Islam, memerangi kaum Muslimin, mengusir orang Islam dari kampung halamannya dan raja-raja yang berlaku zalim terhadap rakyatnya.

Perjuangan Nabi mendakwahkan Islam bersifat sunnatullah (mengikuti hukum alam). Adakala menang, adakalanya kalah. Dalam perang ada yang mati syahid, terluka, tertawan dan ada yang selamat. Saat persiapan dan semangat jihad pasukannya hebat sering memperoleh kemenangan, saat persiapan kurang dan tidak disiplin, maka pasukan Islam kalah, sebagaimana yang terjadi pada perang Uhud, sehingga Nabi pun ikut terluka parah dalam peperangan tersebut.

Kalau Nabi Muhammad sebagai anak yatim dididik langsung oleh Allah, maka untuk anak-anak yatim kita, tidak bisa diharap demikian. Anak-anak yatim kita adalah manusia biasa yang tidak dipersiapkan oleh Allah untuk menjadi nabi. Maka untuk mempersiapkan mereka menjadi tokoh pemimpin dalam masyarakat haruslah menempuh jalan sunnatullah. Untuk bisa shadaq, tabligh, amanah dan fathanah atau menjadi manusia ber-akhlaqul karimah, anak-anak yatim kita harus mendapat gizi yang cukup dan pendidikan yang layak, karena beginilah hukum sunnatullah (hukum alam) yang berlaku kepada kita manusia biasa. Nasib baik-buruk anak-anak yatim kita tergantung kepada kita semua, baik sebagai masyarakat maupun sebagai pemerintah. Siapa saja yang tidak menghiraukan nasib anak yatim ia dianggap oleh Allah sebagai pendusta agama.

Oleh karena Nabi Muhammad dilahirkan sebagai anak yatim dan sangat merasakan betapa beratnya beban hidup sebagai anak yatim, baik lahiriah maupun batiniah, maka baginda Rasul sangat peduli terhadap anak yatim. Rasul juga selalu mengingatkan kita agar kita selalu menyantuni dan menyayangi anak yatim. Rasulullah bersabda: “Sebaik-baik rumah orang Muslim adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang ia diperlakukan dengan baik. Dan sejelek-jelek rumah orang muslim adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diperlakukan secara jelek. Saya dan penanggung anak yatim seperti dua anak jari ini (sambil menunjuk kepada jari telunjuk dan jari tengah Nabi).”

Semoga dalam suasana peringatan maulid di mana-mana tahun ini, dapatlah meningkatkan rasa cinta Rasul di hati kita dengan selalu mencontoh akhlak budi pekertinya, termasuk mencontoh Rasul dalam hal mencintai dan menyantuni anak yatim.
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin