Jauhari Ilyas, atau yang karib dikenal dengan nama Jauhari Samalanga, lahir di Takengon, 19 Mei 1967. Di percaturan seniman lokal, namanya sudah cukup familiar. Dia mulai
meniti karir dan terjun ke dunia seni sejak Aceh masih digoyang konflik. Nama belakang Samalanga diperolehnya semata-mata karena kedua orang tuanya berasal dari Samalanga.

Perjalanan karirnya dimulai dengan prestasi masa kecil yang tergolong biasa. Sekolah dasar ia tempuh di SD Negeri 3 Takengon, kemudian berlanjut ke SMP Negeri 3 di kota yang sama. Sementara masa-masa SMA dia habiskan di SMA Negeri 1 Samalanga. Setamat dari sana ia merantau ke Jakarta dan tercatat sebagai mahasiswa di Institute Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jakarta. “Saya bergelut di dunia seni dan media sejak tahun 1991,” kata Jauhari.
Pengalaman dan perjuangan hidupnya menjadikan ia berkembang di dunia musik, salah satu bidang yang telah menjadi hobinya. Ia berkiprah di dunia musik lokal dan menjadi produser sejak 2005. Sejumlah album sudah dihasilkan, diantaranya: album Lagu Nyawoung, old Music Aceh, Spirit Inong Aceh ‘Kurniatun z’, Ainul Mardiah (Rafly), Jangin Gayo “Ujang”, Album perempuan Gayo Manat, Album Gayo Nami, Album Perdamaian ‘AMAN.’
Perjalanan bapak tiga anak ini dalam meniti karir tidaklah mulus. “Setelah Tabloid Asasi terbitan Lhokseumawe tutup tahun 1999, kami tidak berani menerbitkan media cetak lagi. Maka kami beralih ke media kaset. Nyawong yang pertama kali terbit,” katanya.
Selain memproduseri lagu, dia juga pernah membuat film dokumenter. “Kita membuat film dokumenter sejarah Aceh. Baru-baru ini kita membuat film dokumenter Radio Rimba Raya. Di Banda Aceh belum diputar, tetapi sudah masuk festival di Jerman dan Jepang,” tambah suami Elmili Sembiring ini.
Lambat laun prestasinya semakin berkembang. Tahun 2002-2006 dia diangkat menjadi Pemimpin Perusahaan Majalah Acehkita, menjadi Promotion Event, Coordinator Area PT. Solusi Gemilang Pratama Jakarta pada tahun 2007-2009, lalu dia juga menjabat Direktur Sobat Communication-Banda Aceh pada tahun 2007-2009 dan Manager Marketing dan Promosi Tabloid Mingguan SIPIL di Banda Aceh tahun 2009 – 2010, ditambah ia juga pernah menjabat sebagai Konsultan Media di Pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya. Ia juga ikut berperan di Dunia Melayu Dunia Islam (SDMDI)-Aceh.
Pendiri Lembaga Nyawoung Aceh tahun 2000, aktif di Forum Seni dan Budaya Aceh (SeBA), Inisiator dan Direktur Komunikasi pertunjukan Lembaga Budaya Saman, Humas dan Marketing Yayasan Buntul Kubu Jakarta.
Ketika dimintai pendapat tentang dunia perfilman, ia mengaku kurang menyukai film Indonesia. Ia suka menonton film Barat, film Jerman, dan film-film selain film Indonesia. ”Karena film Indonesia tidak mendidik untuk anak-anak,”terang Jauhari. jannah
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !