Headlines News :
Home » , , » Mencetak Anak Shaleh

Mencetak Anak Shaleh

Written By MAHA KARYA on Friday, March 11, 2011 | 3/11/2011

MIHRAB Murizal Hamzah

Pekan lalu, warga Banda Aceh terkesima dengan berita seorang remaja putra yang tewas mengenaskan. Penyebabnya, pada dini hari, pelajar tersebut melakukan balapan liar di seputar jalan di Banda Aceh. Saya yakin, semua orang tua akan mengurut dada membaca berita memilukan ini. Sikap saling menyalahkan pun bisa dilancarkan. Ini bukan tragedi pertama. Setiap hari bisa disimak para remaja yang terlibat dalam pergaulan nakal yang berakhir pada kematian.

Banyak pakar bisa mengulas sebab-sebab para remaja terjerumus dalam lingkaran yang sakit. Bisa saja para ahli menyebutkan hal-hal ini berkaitan dengan kenakalan remaja, masa pencarian identitas diri, pengaruh dunia luar, dampak globalisasi, efek negatif televisi dan sebagainya. Satu hal yang patut dicatat, remaja sebagai pengembang amanah syiar islami mesti mewaspadai bahwa Islam bisa hancur dari dalam jika sejak anak-anak tidak dibesarkan dalam payung Islam.

Faktor eksternal bisa tembus jika faktor internal pada kaum muslim dan muslimah sudah rapuh.
Inti dari generasi muda Islam diawali sejak bocah. Pada masa kecil, mereka ini ibarat mengukir di atas batu, bukan di atas air. Orang tua atau lingkungan lebih gampang membentuk masa depan penerusnya sejak kecil. Untuk hal ini, kita ingat mengapa Imam Syafie bisa cerdas, alim dan sebagainya karena sejak dalam rahim, orangtuanya sudah memberi nafkah yang diperoleh dari sumber yang halal saja tanpa tercampur sedikit pun dengan yang syubhat (keragu-raguan atau kekurangjelasan tentang sesuatu) apalagi yang sudah jelas haram.

Untuk itu tidak diragukan lagi, masa kini dan depan dunia Islam mesti dirancang sejak kecil. Fondasi aqidah dan iman yang ditanam sejak di rumah sejak kecil serta dibesarkan dalam lingkungan yang islami, maka mereka bisa tahan hidup di mana saja. Kunci keberhasilan ini, karena sudah memiliki bekal pegangan hidup yang diawali dari rumah. Jika diibaratkan rumah sebuah negara, maka orang tua laksana presiden atau raja yang mengatur operasional sebuah rumah. Anak-anak adalah rakyat yang mesti dibimbing, diberikan pendidikan yang layak. Bagaimana pun, pendidikan adalah modal mereka dari dunia menuju jembatan ke akhirat.

Oleh karena itu, pelaksanaan Festival Anaka Shaleh di Aceh yang sudah menjadi kalender tahunan merupakan salah satu mata rantai untuk mengingatkan bahwa anak-anak adalah omzet bagi syiar Islam, orang tua bahkan negara. Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu bermanfaat, atau anak shaleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim, dari Abu Hurairah)

Jika segala sesuatu sudah dibiasakan hidup dalam dunia syariat sejak ingusan, maka orang tua pun tidak risau, ala biasa karena biasa. Jika segala sesuatu sudah disekat sejak di rumah seperti dalam tutur kata, maka virus baik ini bisa menyebar ke lingkungan yang kurang sopan-santun.
Mengupas tentang anak, kita teringat pada nasihat penyair Kahlil Gibran, “Anakmu bukanlah anakmu.” Mereka memang lahir melalui kita, tetapi mereka bukan milik kita. Mereka bersama kita, tetapi mereka bukanlah milik kita. Sebab, jiwa-jiwa mereka adalah milik masa depan. Sebab, kehidupan itu menuju ke depan, bukan tenggelam di masa lampau.”
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin