
Disinilah Nabi bersama para Sahabat melakukan shalat berjamaah. Di Masjid Quba ini pula Nabi menyelenggarakan shalat Jum’at pertama kali. Selanjutnya, Nabi membangun masjid di tengah Kota Madinah, yakni Masjid Nabawi, yang kemudian menjadi pusat aktivitas Nabi dan pusat kendali seluruh masalah umat Islam.
Menarik dicatat, bahwa hampir secara teratur Nabi mengunjungi Masjid Quba dan shalat bersama warga desa. Kebiasaan ini lalu diikuti oleh banyak Sahabat: Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Mu’az bin Jabal, dan lain-lain. (Drs. Moh E. Ayub, dkk: Manajemen Masjid, GIP, Jakarta, 1996)
Kendatipun masa periode awal Islam itu telah berlalu, namun sejarah panjang Islam dan ummat Islam telah membuktikan, bahwa masjid dari zaman ke zaman tetap berfungsi sebagai pusat ibadah sekaligus tempat pembinaan dan peradaban ummat.
Lalu bagaimana dengan kondisi masjid-masjid kaum muslimin hari ini. Khususnya di Aceh? Adakah fungsi masjid sebagaimana awalnya itu masih eksis, atau sebaliknya? Di satu sisi kita bangga, bahwa semangat dan partisipasi ummat Islam dalam membangun masjid luar biasa besarnya. Hampir tidak ada tempat di seantero tanah air ini yang tidak tersentuh oleh pembangunan masjid.
Disisi lain, telah terjadi pergeseran dan perubahan nilai. Persentuhan ummat dengan modernisasi, industrialisasi, dan globalisasi, telah mendorong terkondisinya iklim yang serba nisbi. Kata kunci agar tetap in dalam arus pergeseran dan perubahan itu adalah penyesuaian diri. Dalam konteks semacam itu, masjid bukan pengecualian.
Ketua Remaja Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh Muhammad Syarif, SHI, MH menyebutkan, arus globalisasi dan tehnologi informasi hari ini telah membawa dampak negatif terhadap pola pikir dan sikap pemuda remaja Islam hari ini. Banyak dari mereka yang tidak lagi menjadikan masjid sebagai basis kegiatannya. Mereka lebih senang menghabiskan waktunya untuk nongkrong di warung-warung kopi, di warnet, di pantai, bahkan ada pemuda Aceh yang enjoy-enjoy saja di duduk di warung kuliner, meski pun azan maghrib sudah berkumandang. ”Kondisi ini adalah tantangan sekaligus peluang dakwah bagi aktivis pemuda dan remaja masjid,” katanya.
Perkuat koordinasi
Lalu apa yang seharusnya dilakukan, agar pemuda dan remaja muslim mau kembali ke masjid? Menurut Ketua Umum Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia Wilayah Aceh, Tgk H. Nasruddin Ibrahim, kata kuncinya adalah, ’masjid idola remaja’. Artinya bagaimana semua pihak yang terlibat dalam pengurusan (tadmir) masjid mampu menjadikan masjid sebagai tempat kegiatan yang makruf, tempat yang bersih, sejuk, indah, aman dan nyaman. ”Agar masjid itu disenangi oleh jamaah dan peduli terhadap pemuda dan aktivitasnya, disamping fungsi utamanya sebagai tempat ibadah,” ungkap Tgk. Nasruddin.
Untuk merealisasikannya, kata Tgk Nasruddin, dibutuhkan kerjasama dan koordinasi efektif dari semua pihak yang telibat dalam pengurusan masjid. Mulai dari Tgk Imuem, pengurus BKM, Bilal Masjid, Pemuda dan Remaja Masjid, dan Jamaah Masjid itu sendiri.
”Setiap kebijakan harus diambil dengan jalan musyawarah. Hasil kesepakatan musyawarah wajib ditaati serta disukseskan oleh semua pihak. Sikap saling menghargai, transparansi, apalagi dalam soal keuangan dan program, adalah kunci sukses pengurus masjid, dalam menjalankan tugasnya,” imbuh Nasruddin.
Fungsikan pemuda masjid
Khususnya tentang aktivitas pemuda dan remaja, Nasruddin mengajak pengurus Badan Kemakmuran Masjid atau Meunasah (BKM), agar membentuk dan memfungsikan remaja masjid. Setelah itu pengurus masjid hendaknya memberikan kesempatan dan lahan aktivitas kepada mereka. Misalnya tugas pengaturan dan penyusunan jadwal khatib, jadwal ceramah ramadhan, mengurus anak-anak TPA/TPQ, majelis taklim, protokol penyelenggaraan Shalat Jum’at, muadzzin, dan sebagainya. Namun etika dan koordinasi remaja dengan pengurus BKM harus tetap efektif, agar tercapai tujuan.
”Berbagai kegiatan kepemudaan hendaknya difasilitasi oleh BKM, baik dalam bentuk pendidikan dan pelatihan, atau memfasilitasi tersalurnya minat bakat remaja dalam hal seni dan olah raga. Jadi tidak ada salahnya kalau di lingkungan Masjid itu dibangun fasilitas olah raga yang berkualitas, seperti badminton, tenis meja, dan sebagainya selama kegiatan tersebut tidak mengganggu aktivitas masjid,” pungkas Tgk. Nasruddin, yang juga Kepala MAN Sibreh Aceh Besar. meflin
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !