
“Saya dibesarkan dalam keluarga militer, ayah saya seorang polisi militer dan dalam kehidupan sehari-hari, ayah saya selalu menerapkan disiplin dan harus bertanggung jawab dalam hal apapun kepada anak-anaknya,” ungkap Dewi Meuthia mantan aktifis mahasiswa aceh ’99.
Selama remaja, Ibu dua anak ini, selalu berpinda-pindah, dari sekolah satu ke sekolah lain. “Yang paling berkesan dalam kehidupan saya adalah pindah-pindah sekolah, karena orang tua saya militer, mungkin hanya bertugas 3 tahun di Kalimantan, kemudian pindah sekolah ke Jawa, belum tiga tahun di Jawa, pindah sekolah ke sumatera. Mungkin kalau dihitung sampai sembilan SD dia baru tamat.”, sebut istri Muhammad Nazar ini.
Putri pasangan Letkol H. Purnawirawan Anwar AS dan Hj Lisnawati ini, sangat banyak mendapat pelajaran dari lingkungannya. Terutama kesan dapat bergaul dengan banyak suku. “Jadi saya bisa melihat bagaimana cara bergaul dengan orang jawa, kalimantan, sumatera atau aceh.” ujar Ketua Harian Dekranas Aceh.
Sejak menamatkan SD di Lhoksemawe, kemudian ia melanjutkan studi hingga SMA di kota yang sama. Kemudian melanjutkan study S1 Fakultas Kedokteran di UISU selama tiga tahun. Kemudian dia keluar dan masuk ke Universitas Iskandar Muda jurusan Tehnik Sipil. Secara kebetulan, waktu itu di Aceh lagi konflik hingga ia bersama mahasiswa Aceh saat itu memilih gerakan referendum Aceh. Ditengah perjalanan study, ia pindah ke STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tehnik) dan menjadi sarjana empat bulan sebelum tsunami di Fakultas Tehnik Unsyiah.
Pendiri ’Lsm CAJP’ Lembaga bidang pendidikan, kesehatan, sedikit di bidang politik, Dewi sosok wanita yang tidak suka kepada pekerjaan perkantoran yang sifatnya menoton. Ia lebih suka kepada pekerjaan sosial. Dewi sering berkumpul dan bergabung dengan teman-teman untuk melakukan pekerjaan sosial. “Menjadi diri sendiri akan lebih baik.” ungkap bunda M. Asad Al-Muharririyal Al Asyiy.
Tahun 2000 lalu, dia dipersunting oleh Muhammd Nazar lelaki yang dikenal sebagai ketua presidium SIRA. Dari perkawinannya, mereka dianugrahkan seorang putra bernama M. Asad Al-Muharririyal Al Asyiy berarti singa pembebas Aceh dan putri Najma Munira Hayah yang berarti bintang bersinar.
Soal pengalaman menjadi istri Wagub Aceh, ia mengatakan justru waktu sudah banyak berkurang untuk anak-anak. Dengan posisi sebagai istri Wagub, sebut Dewi, lebih bisa memahami masyarakat Aceh terutama kaum perempuan. Selama konflik masyarakat Aceh sangat terfakum dalam bergerak, setelah tsunami plus perdamaian, ternyata perempuan Aceh bisa berkiprah. Sebernarnya perempuan Aceh itu sangat kuat dan sangat punya keinginan untuk melakukan suatu perubahan. (jannah)
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !