Headlines News :
Home » , » 33 Tahun Corong Dakwah Masjid Raya

33 Tahun Corong Dakwah Masjid Raya

Written By MAHA KARYA on Friday, February 25, 2011 | 2/25/2011

Radio Baiturrahman
Setengah abad lalu, radio merupakan benda lux yang tidak semua orang sanggup memilikinya. Tapi seiring perjalanan waktu, “kotak ajaib” yang dapat bersuara itu tergeser dengan media lain seperti televisi yang lebih unggul dengan tampilan visualnya. Namun demikian, penggemar radio masih tetap ada. Buktinya, studio baru terus bermunculan dengan suguhan andalan masing-masing.

Di percaturan dunia radioAceh, sebutlah kelahiran Radio Baiturrahman yang didirikan pada 12 Januari 1978. Sampai kini, radio ini tetap eksis mengudara. Radio dengan frekuensi 98,5 FM ini pertama kali dipancarluaskan dari Masjid Raya Baiturrahman, sehingga nama Baiturrahman pun ditabalkan sebagai nama radio yang menyiarkan nada dan dakwah itu.

Awalnya, dibutuhkan sebuah media yang dapat menjangkau lebih jauh dari corong Masjid Raya Baiturrahman. Kegiatan dakwah yang diadakan di masjid raya ini diinginkan juga dapat dipantau oleh jamaah yang tidak dapat hadir langsung. Angan itu kesampaian, karena kegiatan seperti pengajian halaqah ba’da shalat Maghrib dan Shubuh, khutbah Jum’at dan Ied serta ceramah hari-hari besar Islam dapat didengar juga oleh masyarakat Aceh di kawasan Banda Aceh, Aceh Besar, Sabang, Pidie dan Aceh Jaya melalui radio ini.

Sejumlah nama yang turut membidani kelahiran radio ini diantaranya, Tgk. H. Sofyan Hamzah (Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman), Prof. Ali Hasyimi (Ketua MUI Aceh), Prof. H. Ibrahim Husin (Kakanwil Depag), Tgk. Hamzah Yunus, Tgk. H. Razali Amin, Ibrahimsyah Fanshur dan M. Jakfar Sulaiman.

Pada priode kepengurusan pertama, Komisaris Radio dijabat oleh Tgk. H. Sofyan Hamzah sampai beliau meninggal dunia. Sedangkan Direktur saat itu Ibrahimsyah Fanshury. Kini Komisaris dipegang Prof. DR. Tgk. Azman Ismail, MA, dan Direktur Drs. HT. Djohan.

Beberapa tahun menempati ruang operasional di menara selatan masjid terindah di nusantara ini, pada tahun 1994 Radio Baiturrahman pindah ke Komplek MUI di Jalan Prof. A Madjid Ibrahim, Lempaseh Kota, Banda Aceh.

Tragedi gempa-tsunami yang menimpa Aceh pada 26 Desember 2004, turut menghancurkan peralatan dan tiang pemancar yang berakibat vakumnya siar dakwah, informasi dan hiburan yang disuguhkan. Berkat bantuan peralatan transmisi dari Wakil Presiden Jusuf Kalla waktu itu, Radio Baiturrahman mengudara kembali dan menempati sayap selatan Masjid Raya Baiturahman. Saat itulah menurut HT. Djohan yang dulu mencetuskan ide lahirnya radio ini, biaya operasional bahkan uang saku para staf dan penyiar dapat diberikan dengan lazim. “Perusahaan dan NGO banyak bekerja sama dengan Radio Baiturrahman berupa publikasi program dan iklan,” katanya.

Kini studio Radio Baiturrahman mengudara dari sebuah ruang kelas madrasah Darusysyariah di perumahan Imam Masjid Raya Baiturrahman. Di ruang berukuran 4 x 6 meter persegi yang disekat menjadi 3 diubah menjadi ruang siar, ruang administrasi merangkap tempat menerima tamu dan gudang.

“Untuk sebuah studio radio, dibutuhkan ruangan yang memadai, seperti ruang siar, arsip dan dokumentasi, gudang, ruang tamu dan kantor administrasi,” jelas HT. Djohan. Karena kondisi yang tidak representatif ini, banyak pihak yang ingin memakai jasa publikasi melalui Radio Baiturrahman mengurungkan niatnya. Padahal ungkapan “ada iklan-ada siaran” mesti direalisasikan. Di saat para pemakai iklan lebih melirik televisi sebagai media publikasi produk dan jasa, maka sebuah radio harus menampilkan tempat dan suguhan yang meyakinkan. Karenanya HT. Djohan berharap kepada Pengurus Masjid Raya Baiturrahman agar disegerakan menempati gedung yang lebih memadai. ”Nama Radio Baiturrahman sudah megah, kantor pun seharusnya megah,” sambungnya.

Memang Radio Baiturrahman bukan sekedar media hiburan untuk memanjakan request penggemarnya melalui program Tamara (Titip Salam Udara), juga Yaris (Yang Terlaris). Walau tidak menasbihkan diri sebagai radio dakwah, dengan menilik program seperti Perbincangan Jum’at Pagi-sebuah program kerjasama dengan Tabloid Gema Baiturrahman, Nada Qalbu dan lainnya, masyarakat bisa menilai Radio Baiturrahman FM adalah radio agamis.

Di tengah pemberlakuan syariat Islam, Radio Baiturrahman adalah sebuah alternatif. Perannya tidak sekedar ditunggu saat sirene imsak atau buka puasa telah tiba, tetapi juga dinanti saat program-progam lainnya mengudara. riya ison
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin