
Sebelum mengurai soal shalat yang khusyu’, saya ingin lebih dulu mengenalkan istilah mabrur. Orang yang melaksanakan haji pasti ingin sekali mendapat haji Mabrur. Tapi apakah setiap orang yang berhaji pasti mendapat predikat Mabrur?
Manfaat haji Mabrur diampuni dosa seperti anak yang baru dilahirkan. Akan tetapi tak seorang pun berani memastikan dirinya mendapat haji Mabrur. Kita bisa melihat ciri-ciri dari seseorang yang baru kembali dari mengerjakan haji. Ciri-ciri yang dapat dilihat oleh orang banyak adalah:
Sebelum menunaikan ibadah haji, ia malas mengerjakan shalat, tidak mau hadir di masjid shalat jamaah. Malah kadang-kadang ia menghalangi teman lain ke masjid. Akan tetapi setelah pulang dari melaksanakan ibadah haji, keadaannya berubah dan ternyata ia suka menghadiri shalat berjamaah di masjid . Ada kegiatan rutin di masjid. Pengurus masjid mengadakan pengajian berkala, umpamanya malam jum’at-magrib-isya, pelajaran tauhid, malam Rabu, ilmu akhlak dan malam Sabtu tajwid (cara baca qur’an). Tadinya semua pengajian ini tidak suka dia ikuti, tapi setelah pulang berhaji ia suka menghadirinya.
Kalau seseorang yang kembali dari menunaikan ibadah haji memiliki perubahan seperti di atas, barulah kita sebut bahwa dia telah memperoleh peringkat haji mabrur. Karena mabrur bukan hadiah, mabrur bukan gratis. Artinya bukanlah setiap orang yang menunaikan ibadah haji mendapat tingkat mabrur, walau ia rajin membuat kenduri sebelum berangkat dan meminta kepada semua orang untuk mendoakan supaya dia mabrur.
Begitu juga dengan shalat. Adapun ciri shalat yang khusyu’ juga akan berlaku seperti haji mabrur. Ada 2 macam pengertian khusyu’ yaitu pertama, khusyu’ dalam mengerjakan shalat itu sendiri. Kedua, khusyu’ diluar shalat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Khusyu’ dalam mengerjakan shalat hendaklah seseorang itu memiliki ilmu kaifiatusshalat, paham akan makna daripada ayat atau surat yang dibaca, paham akan arti doa dan zikir yang dibaca, memelihara shalat, tuma’ninah, waktu shalat, kesucian (ibadah, pakaian, tempat) memiliki ilmu, terutama ilmu qur’an. Jadi tingkat khusyu’ adalah hasil perjuangan

Kemudian Khusyu’ diluar shalat, maksudnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari selalu memelihara ketaqwaan kepada Allah dengan jalan mengerjakan yang disuruh dan menjauhkan yang dilarang agama. Meninggalkan segala yang dilarang Agama. Shalat dapat menjadi pengawasan bagi dirinya supaya tidak tercebur dalam kebusukan, kemaksiatan, kejahatan.
Adapun hal yang patut diingat, celaka bagi orang yang shalat, yaitu orang lalai dalam mengerjakan shalatnya. Penghuni neraka ditanyai, apa yang menyebabkan kamu masuk neraka, dijawab, bahwa kami dulu di dunia, tidak mengerjakan shalat, kami dulu tidak memberikan makan orang miskin, kami dulu di dunia suka menggunjing dengan orang mengumpat.
Shalat adalah amalan yang pertama diperiksa di hari kiamat. Apabila shalat fardhu banyak cacat, maka akan diperiksa shalat sunat. Ketika mati, orang juga dishalatkan jenazah. Dan kemenangan bagi orang mukmin yang shalatnya khusyu’. Wallahua’lam.
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !