
MIHRAB
Perbincangan Jumat Pagi (PJP) Radio Baiturrahman 21/5 mengangkat tema “Membangun Rumah Dhuafa dengan Dana Zakat”, dengan narasumber DR Armiadi Basyah MA, Kepala Baitu Mal Aceh Besar (BMK-AB). Talk show PJP pagi itu memang terasa kurang sempurna, karena fasilitas telepon sedang rusak, sehingga pendengar tak bisa berinteraksi langsung dengan narasumber di studio. Pendengar hanya dapat mengrimkan pesan singkat atau sms.
Dari paparan Armiadi dapat dipahami, walaupun sekitar 600 unit telah dibangun oleh Baitul Mal Aceh Besar dan ratusan lainnya dibangun Pemerintah Aceh dan NGO, masih cukup banyak rumah dhuafa dibutuhkan oleh masyarakat Aceh Besar. Sehingga BMK-AB memprogramkan, hingga 2015 akan memprioritaskan pembangunan rumah dhuafa.
Rumah dhuafa yang dibangun BMK-AM diutamakan bagi keluarga miskin yang rumahnya tak layak huni, beranggota keluarga banyak dan bukan keluarga baru. Karena dibangun dengan dana zakat, kata Armiadi, pihaknya lebih ketat dalam melakukan pendataan dan studi kelayakan mustahik (yang berhak menerima) rumah.
Program rumah dhuafa menjadi program unggulan dan prioritas BMK-AB. Hal ini dilakukan mengingat rumah sebagai asset penting bagi sebuah keluarga miskin. Bagi kaum fakir miskin, membangun rumah sungguh memberatkan, sebab, jangankan membangun rumah yang layak huni, mencukupi kebutuhan konsumsi sehari-hari saja setengah mati.
Apabila kebutuhan rumah telah dipenuhi oleh BMK-AB atau donatur lain, maka dana yang tersisa dari kebutuhan sehari-hari dapat disisihkan sebagai biaya pendidikan anak-anaknya. Sebab pendidikan dapat menjadi investasi bagi keluarga miskin, sehingga anak-anaknya ketika dewasa nanti tak lagi berada dalam status miskin.
Hal menarik dari PJP pagi itu, banyak SMS yang mengeluhkan kebutuhan rumah duafa, padahal pemerintah telah memprogramkan rumah dhuafa sebagai solusi krisis perumahan di Aceh. BRR pun pernah menyatakan, rumah yang dibangun pihaknya melebihi kebutuhan korban tsunami. “Ini artinya, antara data dan fakta ada yang tak beres,” kata Armiadi.
Keluhan soal perumahan pernah juga mengemuka tahun lalu pada forum korban yang digelar di Rumoh PMI, Banda Aceh. Sekitar 400-an korban tsunami yang hadir ketika itu, menyatakan tak bersedia menerima jika haknya mendapatkan rumah digantikan dengan rumah dhuafa. “Kami korban, berhak mendapatkan rumah, bukan kaum miskin yang pantas mendapatkan rumah dhuafa,” kata seorang di antara yang hadir.

Forum itu merekomendir, masalah-masalah perumahan yang masih belum selesai di Aceh seharusnya secepatnya diambil alih dan diselesaikan oleh Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Tak mungkin kebutuhan dasar rakyat ini dipundakkan pada Baitul Mal atau donatur lainnya. “Rumah bisa juga menjadi potensi konflik,” kata seorang pendengar Radio Baiturrahman.
Karena itu, sudah seharusnya kita memikirkan sungguh-sunggsuh krisis perumahan yang masih terjadi di Aceh. Betapapun kecil perannya, BMK-AB telah meminimalisir krisis perumahan berkelanjutan ini melalui program pembangunan rumah dhuafa dengan dana zakat. Mari kita dukung bersama! Sayed Muhammad Husen
Perbincangan Jumat Pagi (PJP) Radio Baiturrahman 21/5 mengangkat tema “Membangun Rumah Dhuafa dengan Dana Zakat”, dengan narasumber DR Armiadi Basyah MA, Kepala Baitu Mal Aceh Besar (BMK-AB). Talk show PJP pagi itu memang terasa kurang sempurna, karena fasilitas telepon sedang rusak, sehingga pendengar tak bisa berinteraksi langsung dengan narasumber di studio. Pendengar hanya dapat mengrimkan pesan singkat atau sms.
Dari paparan Armiadi dapat dipahami, walaupun sekitar 600 unit telah dibangun oleh Baitul Mal Aceh Besar dan ratusan lainnya dibangun Pemerintah Aceh dan NGO, masih cukup banyak rumah dhuafa dibutuhkan oleh masyarakat Aceh Besar. Sehingga BMK-AB memprogramkan, hingga 2015 akan memprioritaskan pembangunan rumah dhuafa.
Rumah dhuafa yang dibangun BMK-AM diutamakan bagi keluarga miskin yang rumahnya tak layak huni, beranggota keluarga banyak dan bukan keluarga baru. Karena dibangun dengan dana zakat, kata Armiadi, pihaknya lebih ketat dalam melakukan pendataan dan studi kelayakan mustahik (yang berhak menerima) rumah.
Program rumah dhuafa menjadi program unggulan dan prioritas BMK-AB. Hal ini dilakukan mengingat rumah sebagai asset penting bagi sebuah keluarga miskin. Bagi kaum fakir miskin, membangun rumah sungguh memberatkan, sebab, jangankan membangun rumah yang layak huni, mencukupi kebutuhan konsumsi sehari-hari saja setengah mati.
Apabila kebutuhan rumah telah dipenuhi oleh BMK-AB atau donatur lain, maka dana yang tersisa dari kebutuhan sehari-hari dapat disisihkan sebagai biaya pendidikan anak-anaknya. Sebab pendidikan dapat menjadi investasi bagi keluarga miskin, sehingga anak-anaknya ketika dewasa nanti tak lagi berada dalam status miskin.
Hal menarik dari PJP pagi itu, banyak SMS yang mengeluhkan kebutuhan rumah duafa, padahal pemerintah telah memprogramkan rumah dhuafa sebagai solusi krisis perumahan di Aceh. BRR pun pernah menyatakan, rumah yang dibangun pihaknya melebihi kebutuhan korban tsunami. “Ini artinya, antara data dan fakta ada yang tak beres,” kata Armiadi.
Keluhan soal perumahan pernah juga mengemuka tahun lalu pada forum korban yang digelar di Rumoh PMI, Banda Aceh. Sekitar 400-an korban tsunami yang hadir ketika itu, menyatakan tak bersedia menerima jika haknya mendapatkan rumah digantikan dengan rumah dhuafa. “Kami korban, berhak mendapatkan rumah, bukan kaum miskin yang pantas mendapatkan rumah dhuafa,” kata seorang di antara yang hadir.

Forum itu merekomendir, masalah-masalah perumahan yang masih belum selesai di Aceh seharusnya secepatnya diambil alih dan diselesaikan oleh Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Tak mungkin kebutuhan dasar rakyat ini dipundakkan pada Baitul Mal atau donatur lainnya. “Rumah bisa juga menjadi potensi konflik,” kata seorang pendengar Radio Baiturrahman.
Karena itu, sudah seharusnya kita memikirkan sungguh-sunggsuh krisis perumahan yang masih terjadi di Aceh. Betapapun kecil perannya, BMK-AB telah meminimalisir krisis perumahan berkelanjutan ini melalui program pembangunan rumah dhuafa dengan dana zakat. Mari kita dukung bersama! Sayed Muhammad Husen
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !