“Hana tempat laen yang lage warong kopi di Aceh (tidak ada tempat lain seperti warung kopi di Aceh),” seorang teman pecinta kopi mengucap itu sekali waktu. Seakan sudah menjadi kebudayaan, ingat Aceh ingat kopi. Sampai detik ini belum ada angka jelas berapa jumlah warkop (warung kopi) di Aceh. Dikarenakan terlalu banyak sehingga pendataan terhadap warung kopi belum dilakukan oleh badan statistik.
Berbagai gaya warkop muncul, dikelola dan dinikmati oleh orang Aceh selama ini. Dahulu warkop hanya untuk orang-orang tua lelaki dan hanya terletak diperkampungan. Sementara sekarang trend warkop sudah berubah seratus delapan puluh derajat. Pengunjung Warkop sekarang tidak lagi mengenal usia dan kalangan, dari remaja, dewasa, tua, pejabat, swasta, lelaki dan bahkan perempuanpun sudah menjadi pengunjung warkop, baik siang maupun malam hari.
Kalau dihitung-hitung sudah banyak warkop daripada tempat-tempat ibadah seperti meunasah, mesjid, musalla dan pesantren. Ironisnya lagi masyarakat lebih gemar ke Warkop dari pada ke mesjid, jika kita melihat interval waktu, hampir tidak ada ‘jamaah’ kosong di warkop, apalagi setelah ada fasilitas internet gratis.

“Ada sisi positif seperti mendownload hadis dan buku, sisi negatifnya segi pemanfaatan waktu, anak-anak muda lalai dengan poker, sehari semalam gak pulang-pulang ada yang sambung untuk malam besok lagi, bukan lagi 24 jam tetapi sudah 48 jam,” ungkap pemilik warung kopi On-Line Lamnyong Banda Aceh, Muhibuddin.
Sebagai pemilik warung kopi, Muhibuddin mengatakan Warkop tidak tertutup sebagai lahan dakwah. “Well come saja, jangankan masalah agama, hal-hal positif di luar itu saja kita sosialilasikan. Kalau masalah agama, mau program apa saja kita buka, komunitas di warung kopi, disini tidak elergi dengan hal-hal agama, dan banyak komunitas disini mendiskusikan tentang syariah,” tambahnya.
Hal serupa diungkapkan aktivis KuALA (Koalisi untuk Advokasi Laut Aceh), M Arif Syah Nasution, S.Si, sekitar 50% orang menggunakan fasilitas warkop secara positif dengan menyelesai tugas dan diskusi secara positif, ada juga membuang waktu seperti main game dan mendonwload situs porno.
Banyak hal yang bisa dilakukan di Warkop selain untuk hal-hal negatif, beranjak dari jumlah warkop ribuan di Aceh, alangkah indahnya jika Warkop difungsikan sebagai media da’wah untuk mensosialisasi ajaran islam. Dapat melalui diskusi dan sharing sesama pengunjung lainnya, tentunya hal ini perlu penerangan dan arahan dari pihak tuan rumah, dalam hal ini pemilik atau pengelola warkop.
Jika di menej, Warkop tentu akan lebih banyak manfaat dibandingkan mudharatnya, “Dengan nuansa kebijakan dan implementasi syariat Islam di Banda Aceh, ajak pemilik warung kopi untuk berdialog. Misalnya untuk shalat lima waktu perlu diatur, kemudian jika ada situs porno agar diblok, standaritas seperti itu kita bicarakan bersama,” jelas M Arif Syah Nasution, S.Si,
Sama halnya dengan penjelasan, Kabid Urusan Agama Islam, Drs H Ibnu Sa’dan M.Pd, warkop perlu dirubah menjadi nuansa islami, pekerja harus menggunakan pakaian yang syar’i. Yang paling penting ketika waktu shalat tiba, pihak pemilik atau pengelola segera menutup Warkop menuju musalla atau mesjid untuk menunaikan ibadah.
“hal ini merupakan tantangan dakwah apalagi warung kopi di Aceh banyak diakses oleh remaja,” jelas Ibnu Sa’dan. Kalau pengelolaan Warkop tidak dibatasi, maka penggunaan internet untuk hal-hal negatif semakin berkembang, sangat signifikan bila suatu saat nanti muncul tempat-tempat maksiat baru.

Dalam hal ini perlu turun tangan pemerintah dalam menstabilkan fasilitas dan penggunaan warkop di Aceh, “akan kita buat wokshop kepada seluruh pemilik Warkop, dakwah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, dakwah tidak hanya di mesjid, musalla majelis ta’lim, kita berharap ke depan di warkop juga bisa berdakwah,” tambah H Ibnu Sa’dan.
Perlu adanya komitmen pemerintah dalam hal ini Depag, DSI dan MPU untuk bisa menggerakkan, memberikan motivasi, pengertian, sosialisasi sekaligus memberi informasi kepada masyarakat, “Mengajak pengelola warkop agar dapat merobah tantangan menjadi peluang,” pungkas Ibnu Sa’dan. (Nurjannah Usman)
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !