Headlines News :
Home » » Menyenangi Keputusan Allah dan Rasul

Menyenangi Keputusan Allah dan Rasul

Written By MAHA KARYA on Monday, January 18, 2010 | 1/18/2010

Oleh : Prof. Dr. Tgk. H. Azman Ismail, MA
Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman

Firman Allah SWT: “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”.
(QS An-Nisa’: 65)


Ayat di atas menggambarkan salah satu tanda dari kesempurnaan iman dalam hidup ini. Kita sering menemukan perbedaan pendapat, antara kita dengan tetangga, antara kita dengan keluarga, antara kita dengan teman sekantor. Untuk penyelesaiannya, maka kita harus kembali kepada ajaran agama.

Pada masa Rasulullah SAW masih hidup, sering terjadi perbedaan pendapat atau perselisihan. Kalau orang yang sama-sama beriman langsung menghadap Rasulullah untuk mencari keadilan. Mereka yakin keputusan hukum dari Rasulullah pasti adil. Tapi ada juga orang yang imannya sangat tipis atau orang munafik, maka tatkala berbeda pendapat, mereka tidak mau mencari keadilan pada Rasulullah.


Allah SWT berfirman: Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang. Tetapi jika keputusan itu untuk (kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada rasul dengan patuh. (QS An-Nur: 48-49)


Jadi, mereka mencari hakim sesuai dengan keinginannya. Keinginan orang yang menang dalam sebuah perselisihan. Orang munafik pantang sekali berhakim kepada Rasulullah, karena keputusannya tidak menguntungkan. Mereka bahkan lebih suka kepada hakim Yahudi saja.


Allah telah menggambarkan dalam Surat An-Nur ayat 48 dan 49, contoh dari sikap orang munafik atau orang yang lemah imannya. Jika beruntung dia datang kepada Rasulullah dan jika tidak beruntung dia tidak datang. Sedangkan dalam ayat di atas jelas bahwa keputusan hukum dari Rasulullah, kita terima dengan sepenuh hati. Tidak mendongkol, misalnya mengatakan, “Wah, ini keputusan yang memihak.” Kalau begitu berarti iman kita belum sempurna.


Sekarang, Rasulullah telah wafat, tidak mungkin datang kepada Rasulullah untuk mencari ketetapan hukum, tapi ketahuilah Beliau meninggalkan dua hal, pertama Al Quran dan Al Hadits. Itulah tempat kita merujuk ketika ada perselisihan dan perbedaan pendapat di antara kita. Kita akan mengatakan, “Saya berbeda pendapat dengan teman saya, lantas ada hadits mengatakan atau ada ayat Al Quran yang memberi kemenangan kepada teman saya. Kalau ada sedikit saja dongkol dalam diri saya, itu pertanda iman saya belumlah sempurna.”


Jadi, tidak perlu bertanya apakah iman kita sudah hebat. Tidak perlu bertanya, tapi rasakan sendiri. Kalau keputusan hukum dari Allah itu tidak kita senangi, berarti iman kita belumlah sempurna. Maka, upayakan kita termasuk orang yang yang menerima keputusan itu dengan sepenuh hati.
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin