Headlines News :
Home » » Mengenal Ciri Ciri Pemimpin Ummat

Mengenal Ciri Ciri Pemimpin Ummat

Written By MAHA KARYA on Saturday, June 28, 2008 | 6/28/2008

Drs.H. Rasyidin Abdullah

Mengenal siapa yang wajar menjadi pemimpin yang dapat mengayomi kepentingan rakyatnya, ada tiga hal harus dimiliki si pemimpin tersebut: Pertama, tawadhu, merendah diri, tidak angkuh dan sombong, menghormati orang tua, menyayangi yang muda, dan mencintai yang wanita. Kedua, qanaah, tidak loba, boros dan tidak mementingkan diri sendiri, cukup terhadap apa yang dianugerahkan oleh Allah. Ketiga, wara' dalam menjalankan tugas, selalu mencari keridhaan Allah dan rasul-Nya, tidak mempermainkan agama untuk kepentingan pribadi dan golongan

Maka, untuk memperoleh tiga hal di atas seorang pemimpin harus memiliki tujuh modal yang akan kami sebutukan berikut ini:

1. Memiliki ilmu yang cukup. Dengan memiliki ilmu yang cukup kita dalam melaksanakan tugas akan tepat sasaran sebagaimana contoh yang diajarkan oleh Muhammad Rasulullah. Beliau selain sebagai Rasul, negarawan, juga sebagai administrator yang piawai. Beliau mengepalai wilayah-wilayah persemakmuran Islam selama sepuluh tahun (622-632 M). Perjuangan Nabi dalam waktu singkat tersebut dipandang sebagai satu-satunya perjuangan yang paling berhasil sepanjang catatan sejarah.

Keberhasilan perjuangan Nabi dalam mengorganisir negara dan dalam meletakkan dasar-dasar pemerintahan bagi sebuah imperium Islam tidak dapat dipungkiri. Mekanisme administrasi pemerintahan yang diterapkan Nabi adalah sebagaimana yang tertuang dalam beberapa catatan sejarah antara lain: Pemerintahan sistem propinsial, sistem pendapatan negara, kemiliteran dan pendidikan.

2. Adil tanpa cacat moral, disiplin terhadap agama dan bukan ahli maksiat. Kekuasaan tertinggi pemerintahan Islam bersandar pada kekuasaan Allah. Hukum-hukum Allah (syariat Islam) sebagaimana yang tertuang dalam Al-Quran berlaku untuk semua ummat Islam, termasuk bagi Nabi sendiri. Dalam urusan-urusan yang tidak ditetapkan oleh Al-Quran, maka keputusannya berada di tangan Nabi. Dalam hal ini kedudukan Nabi Muhammad sebagai Kepala Pemerintahan. Dengan demikian Nabi menjabat peran atau fungsi ganda. Sebagai fungsi kenabian dan fungsi kepemerintahan, maka dengan keadilan dan disiplin yang dipamerkan oleh Nabi dalam periode pertama di Madinah Islam telah menjadi suatu kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan kemasyarakatan berkembang pesat di Madinah. Nabi telah menduduki peran ganda, bukan hanya sebagai Rasul (pimpinan agama), tetapi juga sebagai kepala pemerintahan.

3. Sehat jasmani. Apabila seorang pemimpin sehat jasmaninya tidak akan terkuras uang negara untuk pengobatan seorang pemimpin. Maka untuk menjaga kesehatan mari kita kembali kiat yang dipamerkan oleh Rasulullah yang termaktub dalam sebuah buku yang berjudul "Muhammad Manusia Tersehat Dunia Akhirat":
a. Muhammad selalu bangun pagi sebelum jam empat pagi. Setelah beliau bangun mengambil wudhu’ untuk shalat malam, lalu berdoa sampai masuk waktu subuh. Selesai shalat subuh beliau mengajarkan hukum-hukum Islam kepada ummatnya.
b. Muhammad tidak pernah marah dalam menjalankan tugas, kecuali apabila agamanya dihina.
c. Sering berjalan kaki jarak tempuh tiga kilometer. Muhammad tidak pakai kendaraan dan tidak pernah diantar oleh ajudannya.
d. Tidak pernah makan banyak, Muhammad hanya makan empat sehat lima sempurna. Makan berlebihan banyak mengandung unsur penyakit.
e. Muhammad selau optimis tidak pesimis, sehingga dalam menjalankan tugas tidak ada waktu yang terbuang, tidak pernah ke luar negeri tanpa ada manfaat yang jelas.
f. Muhammad tidak iri dan dengki, karena sifat dengki dapat mengusik ketentraman jiwa, dapat menimbulkan adu domba, mencari-cari kesalahan orang lain walau diri berselemak kesalahan.

4. Memiliki wawasan yang luas secara nanggroe, nasional dan internasional. Rasul kita Muhammad dalam menyampaikan dakwah dan membangun Negara Islam di Madinah telah membuka lembaran sejarah baru dalam perjuangannya sekaligus sebagai keberhasilan dalam membangun masyarakat muslim yang berdaulat dan bermartabat di mata dunia dan telah menempatkan posisi Nabi SAW tidak hanya sebagai Rasulullah yang bertugas menyampaikan risalah, tetapi juga telah memantapkan kedudukannya sebagai kepala pemerintahan yang tangguh di Madinah.

Nabi Muhammad selama di Madinah telah berhasil mendirikan agama baru ditengah-tengah agama lama yang telah melekat dalam kehidupan masyarakat. Beliau bukan saja berhasil menanamkan ideologi dan syariat Islam, tetapi sekaligus terhadap pokok-pokok sosial, ekonomi dan politik. Lebih jauh dari itu Muhammad SAW bukan semata pemimpin agama (Rasulullah), tetapi juga pemimpin negara. Pengaruh kepemimpinan politisnya berada pada posisi terdepan sepanjang waktu. Membentang dari Irak sampai Maroko, menyatu dalam satu agama, agama Islam, dalam satu negara, Negara Islam Madinah, dan dalam satu bahasa, bahasa Arab dibawah pimpinan Muhammad SAW. Keberhasilan Muhammad SAW dalam menyebarluaskan Islam itu, terus memainkan peranan penting dalam sejarah ummat manusia hingga saat ini. Dari ini terlihat adanya kombinasi tak tertandingkan antara segi ukhrawi dan duniawi yang melekat pada diri Muhammad SAW, sehingga Muhammad SAW dianggap sosok pribadi yang paling berpengaruh dalam sejarah kehidupan manusia sebagai pimpinan agama dan kepala pemerintahan.

5. Memiliki komitmen menjaga masyarakat dan siap melawan musuh dengan akhlakul karimah. Untuk menyatukan masyarakat Nabi menempuh beberapa jalan:
a. Membangun masjid yang kemudian dikenal sebagai Masjid Nabawi. Tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai sarana peribadatan dan pusat kegiatan pemerintahan Islam. Mesjid ini merupakan sekretariat pusat pemerintahan Nabi dimana pada saat itu belum dikenal perkantaran. Sejak itu masjid telah menempati multi fungsional.
b. Ukhuwah Islamiah membangun rasa persaudaraan yang kental. Dalam hal ini Nabi telah mengambil tindakan yang sangat monumental. Mempersaudarakan antar golongan muhajirin dan anshar dan suku-suku lain di Madinah.

6. Memiliki keberanian dan tegas dalam mempertahankan kebenaran. Mengadakan hubungan dengan pihak luar. Dalam hal ini Nabi mengadakan hubungan dengan orang-orang Yahudi dan golongan lainnya yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Di sini Nabi mencetuskan prinsip toleransi beragama dengan mengambil keputusan, bahwa setiap orang berhak menjalankan agamanya masing-masing dan dalam bidang pemerintahan Negara menjadi tugas dan tanggungjawab bersama.

Prinsip dasar tersebut tertuang dalam Piagam Madinah, ini salah satu perjanjian politik yang memperlihatkan kebijaksanaan Nabi SAW sebagai seorang ahli politik yang ulung. Kedudukan Nabi SAW bukan saja sebagai seorang Nabi dan Rasul, tetapi juga dalam masyarakat Islam beliau sebagai ahli politik, diplomat yang bijak.

7. Sehat panca indra, pendengaran, penglihatan dan lisan. Dengan sehat pendengaran seorang pemimpin dapat menyahuti keluhan rakyat yang didera oleh kemiskinan dan kesengsaraan hidup anak yatim, jangankan biaya pendidikan, untuk mengisi perut yang kosong tidak mampu. Bila penglihatan para pemimpin sehat, tidak rabun atau buta bisa melihat rakyatnya yang masih di barak-barak pengungsian serta memperbaiki sarana perhubungan agar rakyat bisa memperbaiki ekonomi yang selama ini sangat terpuruk diiringi dengan mahalnya sembilan bahan pokok. Bila lisan para pemimpin terjaga tidak mudah membolak-balik lisannya, sehingga membingungkan rakyat, maka rakyat akan menghormati dan mentaati terhadap program yang dicanangkan oleh pemerintah. Tetapi sebaliknya apabila seorang pemimpin selalu mengobral janji yang tidak pasti, maka terhadap pemimpin tersebut hilang kepercayaan rakyat dan mendapat kutukan Allah.

*Khatib, anggota DPR Aceh
Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin