Bentrokan antar-etnis di Myanmar sejak akhir Juni lalu, telah menewaskan sedikitnya 650 warga muslim Rohingya. Sekitar 1.200 lainnya hilang dan 90 ribu kehilangan tempat tinggal. Meski begitu sangat disayangkan tokoh demokrasi Ang San Suu Kyi sampai saat ini masih tidak memberi tindakan apapun. Peraih nobel perdamaian itu bungkam hingga membuat para tokoh ulama di Iran mengeritiknya.
Seorang tokoh ulama Masjid Al-Islam Iran, Abdul Alim Musa mengatakan bahwa pemerintah Myanmar nampaknya tidak menginginkan keberadaan umat Islam di negaranya. Sebab, mereka tidak serius menyelesaikan konflik antar-etnis tersebut.
Menurut Musa, Suu Kyi bersama pemerintah Junta Militer Myanmar menginginkan negara baru tanpa penduduk muslim. "Suu Kyi yang telah memenangkan beberapa kursi di parlemen seharusnya bertindak atas kekerasan ini. Sepertinya, Pemerintah Myanmar menginginkan tidak adanya penduduk muslim di negaranya," kata Musa seperti dilansir Press TV, Senin (30/7).
Musa pun mengkritik Suu Kyi karena dinilai telah gagal menerapkan keadilan yang selama ini ia perjuangkan. Sementara, analis lain menyebut Suu Kyi sengaja tidak ambil tindakan karena tidak ingin suaranya berkurang di pemilu Myanmar pada 2015 mendatang.
Sebelumnya, Komisaris Besar di Bidang Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Navi Pillay, menyatakan bahwa muslim di Myanmar tengah menghadapi ancaman buruk yang disponsori pemerintah.
"Kami menerima banyak laporan dari berbagai badan kemanusiaan tentang keadaan Myanmar, dimana terjadi diskriminasi dan tindakan sewenang-wenang dari pasukan keamanan pemerintah," kata Pillay.
Pillay menyerukan bahwa perlu adanya investigasi khusus terhadap muslim Rohingya. Menurutnya, sampai saat ini mereka adalah warga negara yang tidak diakui pemerintah.
Menurut sumber, karena tidak diakuinya penduduk Rohingya, kehidupan mereka di sana sangat sengsara dengan adanya pembatasan tanah, diskriminasi layanan pendidikan, kesehatan, dan fasilitas publik lainnya.(Ian-BL6)
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !