Prof. Dr. Tgk. H. Azman Ismail, MAImam Besar Masjid Raya Baiturrahman
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasu-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir). QS An Nisa’: 150
Kita beriman kepada Al-Quran seutuhnya dari juz pertama sampai ke juz 30, tanpa membeda-bedakan antara ayat pertama dengan ayat selanjutnya. Semuanya itu firman Allah Swt kita imani dan amalkan. Kita tidak diberi hak untuk memilih-milih, mana ayat yang cocok untuk kita imani, dan mana yang tidak cocok lantas kita tinggalkan, tidak.
Jadi, kita tidak hanya mementingkan dunia saja, meninggalkan akhirat atau mementingkan akhirat saja dan meninggalkan kepentingan dunia, tidak. Kita akan mengutamakan dunia sebagaimana kita utamakan juga akhirat. Dunia ini tidak boleh kita lepaskan, kita serahkan kepada orang lain karena kita ingin hidup di akhirat nanti, tidak demikian.
Dunia ini kita gunakan untuk kehidupan kebahagiaan kita di dunia dan dunia ini mengantarkan kita untuk kebahagiaan di akhirat kelak. Kita juga tidak mementingkan individu saja dengan meninggalkan kepentingan kelompok atau mementingkan kelompok dengan meninggalkan kepentingan individu, tidak.
Masalah individu dan kelompok itu tergabung. Kita shalat berjamaah, tapi kalau batal shalat itu tanggungan kita sendiri, tidak ada kaitannya dengan orang lain, kita harus berwudhuk dan shalat lagi, misalnya. Kita shalat secara individu, tapi juga kita shalat secara bersama-sama dengan orang lain.
Kita tidak membedakan kebutuhan rohani lantas kita mementingkan kebutuhan fasik atau sebaliknya. Kita tidak meninggalkan kepentingan fisik demi menggapai kepentingan rohani. Kita juga tidak beriman kepada sebagian Rasul, kita pilih Rasul tertentu untuk kita imani lantas yang lain kita tinggalkan, tidak demikian! Tapi kita beriman kepada seluruh Rasulullah sejak Adam hingga Nabi Muhammad Saw.
Jadi berbeda dengan orang Yahudi, misalnya mereka beriman kepada Nabi ‘Isa lantas tidak beriman kepada Nabi Musa. Sementara kita semuanya beriman. Semuanya adalah para Rasul yang diutus oleh Allah Swt.
Dalam kehidupan kita ini juga ada Al-Quran dan Hadits. Kita tidak hanya beriman kepada Al-Quran saja lantas kita tinggalkan Al-Hadits. Seandainya kita beriman kepada Al-Quran saja, misalnya perintah melaksanakan ibadah puasa, maka ayat itu dibaca terus, bahwa kita diwajibkan berpuasa. Maka kita tidak tahu bagaimana cara kita berpuasa dan apa saja yang membatalkan puasa, sebab semuanya termaktub dalam Al-Hadits.
Jadi kita tidak mungkin membeda-bedakan iman kita kepada Al-Quran yang bulat, lantas kepada Hadits tidak. Itu keimanan orang yang dicela dalam ayat di atas, yang membeda-bedakan yang diimani. Beriman kepada sebagian saja. Tidak boleh begitu.
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !