Prof. Dr. Tgk H. Azman Ismail, MA
Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman
(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: "Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?" Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: "Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?" Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman. QS An Nisa’: 141
Dalam ayat di atas, Allah Allah SWT menceritakan tentang sesuatu yang disembunyikan oleh orang kafir dan munafiq terhadap orang Islam. Mereka menyembunyikan, bahwa mereka tidak rela terhadap Islam.
Apa yang disembunyikan? Yaitu, mereka selalu menunggu-nunggu apa yang terjadi dalam kehidupan muslimin, bisa saja dalam bentuk mendapat kebahagiaan atau kemelaratan. Mereka menunggu kalau-kalau kaum muslimin bahagia mereka pun bisa ikut bahagia. Kalau kaum muslimin sengsara, mereka berpikir bagaimana pula bersikap. Semua itu telah diatur oleh gembong-gembong munafiq.
Dalam hidup ini, tidak mungkin dua-duanya terjadi. Tak mungkin bahagia dan sengsara terjadi sekaligus. Pasti ada satu yang dominan. Katakan saja dalam sebuah peperangan muslimin menang, lalu bagimana mereka mesti bersikap. Kalau kalah, bagaimana pula muslimin bersikap? Inilah yang ditunggug-tunggu kaum munafiq.
Dengan ini kita mendapat pembelajaran, bahwa disaat kita menang orang datang memuja-muja, dan mengatakan, “Bapak hebat sekali, memang pintar sekali. “ Karena itu, jangan pula terpengaruh disaat kalah orang mengejek. Kita mestinya tenang saja. Kalau tak menang ya pasti kalah.
Kemudian Allah Swt mengatakan, “Bila kamu mendapat karunia Allah” (kemenangan dalam sebuah peperangan berupa kemajuan dalam sebuah komonitas muslim misalnya, apa kata orang munafiq). Mereka tidak malu-malu mengatakan dan datang langsung mengatakan, “Bukankah kami bersama kamu dalam peperangan dulu.”
Kata mereka, “Kami juga berperang bersama kamu, sekarang sudah menang ya menang sama-sama. Kamu dapat untung ya kami juga dapat untung sama-sama. Kita ini sama-sama dapat untung.”
Jadi, mereka selalu ingin untungnya saja. Dalam kehidupan sehari-hari mungkin ada jenis manusia demikian: disaat kita kaya ya dekat dengan kita dalam keberuntungan, tapi disaat kita jatuh sakit, dipecat, lagi pailit maka ia tak pernah ingat lagi. Kenal pun tidak.
Demikian salah satu tingkah laku orang munafiq yang diceritakan oleh Allah di Kota Madinah yang hidup berdampingan dengan orang-orang muslim.
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !