Antisipasi terhadap berbagai jenis makanan dan minuman yang diduga mengandung zat-zat berbahaya di kalangan masyarakat, saat ini semakin ketat dilakukan. Hal ini sangat beralasan, sebab semua orang tentu saja tak ingin konsumsi makanan ataupun minuman yang dinikmati setiap hari, justru mengundang risiko bagi kehidupan mereka. Oleh sebab itu, langkah-langkah penyelamatan umat dari makanan dan minuman mengandung zat berbahaya sangat butuh dukungan semua pihak.
Melalui Sidang Paripurna Ulama di Aula Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Kamis (13/6) lalu, MPU Aceh dalam sebuah fatwanya menegaskan bahwa haram terhadap segala bentuk barang yang mengandung formalin. Fatwa MPU tersebut disampaikan melalui Kepala Sekretariat MPU Aceh, Saifuddin Puteh SE MM. Banyak pihak menilai, fatwa dimaksud sangat relevan dipublikasikan dan disosialisasikan ke tengah-tengah masyarakat, apalagi dalam beberapa pekan terakhir, santer diberitakan tentang dugaan adanya sejumlah makanan, minuman, kosmetik, dan obat-obatan yang mengandung formalin.
Fatwa MPU
Dalam fatwa MPU Aceh tersebut disebutkan, penjualan makanan, kosmetik, dan obat-obatan yang berbahaya bagi kesehatan, dan tidak higienis seperti mengandung formalin, boraks, merkuri, atau bahan lainnya hukumnya adalah haram. Bahkan, hasil dari penjualan barang-barang berbahaya bagi manusia tersebut hukumnya adalah hasil perbuatannya yang haram. Adapun tim perumus fatwa MPU Aceh ini terdiri dari Prof Dr H Muslim Ibrahim MA (koordinator), Tgk H Faisal Ali (ketua), Tgk H Abdullah Ibrahim (sekretaris). Sedangkan anggotanya adalah Tgk H Abdullah Rasyid, Drs Tgk H Bukhari Husni MA, dan Tgk Abu Yazid Al-Yusufi.
Dalam fatwa MPU Aceh tersebut disebutkan, penjualan makanan, kosmetik, dan obat-obatan yang berbahaya bagi kesehatan, dan tidak higienis seperti mengandung formalin, boraks, merkuri, atau bahan lainnya hukumnya adalah haram. Bahkan, hasil dari penjualan barang-barang berbahaya bagi manusia tersebut hukumnya adalah hasil perbuatannya yang haram. Adapun tim perumus fatwa MPU Aceh ini terdiri dari Prof Dr H Muslim Ibrahim MA (koordinator), Tgk H Faisal Ali (ketua), Tgk H Abdullah Ibrahim (sekretaris). Sedangkan anggotanya adalah Tgk H Abdullah Rasyid, Drs Tgk H Bukhari Husni MA, dan Tgk Abu Yazid Al-Yusufi.
Sehubungan dengan itu, MPU Aceh juga mengharapkan kepada pemerintah dan instansi terkait untuk mengoptimalkan pengawasan dan penertiban terhadap semua produk makanan, kosmetik, dan obat-obatan yang beredar di tengah-tengah masyarakat.
Sebelumnya, Gubernur Aceh dr H Zaini Abdullah kepada wartawan meminta kepada Balai Besar Pemeriksaan Obat dan Makanan (BBPOM) Banda Aceh untuk memeriksa seluruh produk makanan dan minuman lokal maupun luar yang beredar di tengah-tengah masyarakat Aceh.
Harapan orang nomor satu di Aceh itu dikemukakan kepada Kepala BBPOM Banda Aceh, Sjamsuliani, di sela-sela meninjau stand pameran BBPOM Banda Aceh pada pembukaan Expo Aceh 2013 di Lapangan Blang Padang, Rabu (5/6) petang. “Penggunaan pengawet buatan pada makanan ataupun minuman bisa saja tak langsung sakit setelah dikonsumsi, melainkan mungkin saja beberapa tahun kemudian barulah dirasakan sakitnya. Karena itulah, penggunaan bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatan manusia itu harus dihentikan,” pintanya.
Dalam amatan Gema, banyak orangtua yang kemudian sangat selektif dalam hal menganjurkan makanan dan minuman yang akan dibeli anak-anak mereka. Rahmi, seorang warga Banda Aceh mengakui, ia selalu melarang anak-anaknya membeli makanan dan minuman yang dijual jika belum ada garansi aman bagi kesehatan. “Misalnya jajan anak di sekolah. Mereka saya anjurkan membeli makanan dan minuman yang disediakan di kantin sekolah. Karena, setahu saya, jajan di kantin sekolah jauh lebih aman karena sudah diperiksa oleh pihak dewan guru. Namun, jika anak saya jajan pada pedagang yang ada di jalan depan sekolah, sangat saya cegah. Yang penting, kita selalu mengantisipasi terhadap makanan maupun minuman yang mengandung zat berbahaya bagi kesehatan,” papar ibu dua anak ini.
Jamaliah, orangtua siswa lainnya di Banda Aceh menilai, meskipun saat ini termasuk sulit sekali menemukan makanan dan minuman yang bebas dari zat berbahaya, tetapi langkah berhati-hati sangat perlu dilakukan. Pengalaman pribadinya, ungkap Jamaliah, kepada anak-anaknya yang akan ke sekolah, ia bahkan sering membuat kue atau nasi untuk dibawa sebagai bekal sang anak ke sekolah. Hal ini sengaja dilakukan, supaya anak tak jajan di sembarang tempat.
Perlu Pengawasan
Pengalaman kaum ibu juga sering terlihat ketika berbelanja ikan. Beberapa ibu rumah tangga yang ditemui di Pasar Peunayong Banda Aceh mengakui, agar aman saat membeli ikan, maka mutu dan bentuk ikan yang dijual harus diseleksi sebaik mungkin. Sebab, jika tak tanggap, bisa saja ada oknum penjual yang telah menggunakan zat berbahaya untuk mengawetkan dagangannya. “Ya, kita berharap, di Aceh penggunaan zat-zat berbahaya bagi manusia bisa dicegah sejak dini. Ini kan sangat penting untuk menyelamatkan kehidupan manusia,” komentar Basyariah, warga Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh.
Pengalaman kaum ibu juga sering terlihat ketika berbelanja ikan. Beberapa ibu rumah tangga yang ditemui di Pasar Peunayong Banda Aceh mengakui, agar aman saat membeli ikan, maka mutu dan bentuk ikan yang dijual harus diseleksi sebaik mungkin. Sebab, jika tak tanggap, bisa saja ada oknum penjual yang telah menggunakan zat berbahaya untuk mengawetkan dagangannya. “Ya, kita berharap, di Aceh penggunaan zat-zat berbahaya bagi manusia bisa dicegah sejak dini. Ini kan sangat penting untuk menyelamatkan kehidupan manusia,” komentar Basyariah, warga Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh.
Dia berharap, agar kepedulian Pemerintah Aceh maupun Pemkot/Pemkab di seluruh Aceh terhadap adanya dugaan makanan dan minuman yang mengandung zat berbahaya bagi kehidupan manusia, dapat terus ditingkatkan. Salah satu cara efektif adalah dengan lebih giat melakukan pengawasan dan sosialisasi, baik kepada para pedagang maupun kepada pembeli.
Selain itu, penyuluhan di kalangan para siswa dan kaum ibu menyangkut tips mencegah zat-zat berbahaya bagi tubuh manusia juga harus makin intensif dilakukan. Berbagai cara yang dilakukan itu adalah semata-mata untuk menyelamatkan umat manusia agar terhindar dari makanan dan minuman yang mengandung zat-zat berbahaya yang selama ini makin mengancam kehidupan manusia. (hil/dbs)
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !