
Dalam riwayat yang lain : Ia tidak dapat mencium bau syurga di hari akhirat. Patuh kepada pemimpin adalah suatu kewajiban agama yang menempati ranking ketiga setelah perintah menta’ati Allah dan Rasul-Nya. Rakyat wajib patuh kepada pemimpinnya selama pemimpin itu tidak mengajak untuk berma’siat kepada Allah. Kalau seorang pemimpin desa menginstruksikan rakyatnya untuk untuk bergotong royong misalnya kemudian ada orang yang membangkangnya maka orang itu tidak patuh kepada Al-Qur’an.
Rakyat yang baik adalah yang setia kepada perintah pemimpinnya, tidak memprokasi orang lain untuk melawan pemimpinnya/pemerintah, tidak mengembar ngemburkan keburukan dan kejelekan pemimpinnya. Bila rakyat merasa dirugikan oleh sang pemimpinnya maka ada jalur mengingatkan dan menegurnya lewat wakil-wakilnya di DPR ataupun melalui pendekatan personal. Menyebarluaskan kekurangan pemimpin di tengah-tengah rakyat akan mengakibatkan fatal bagi pemimpinnya yang pada gilirannya rakyat akan membenci dan anti pati kepada pemimpinnya/pemerintah. Apabila rakyat sudah benci kepada pemimpinnya maka apapun yang dlakukan oleh pemimpinnya semuanya dipandang jelek. Mereka akan menggalang kekuatan untuk melawan dan meberontak, maka mengakibatkan fatal kepada rakyat semuanya sekaligus kepada pemimpinnya sebagaimana kita saksikan di Libiya, Mesir dan lain-lain. Ini semua adalah berupa hak seorang pemimpin dari rakyatnya untuk ditaati dan dihormatinya.
Selain memiliki hak, pemimpin juga berkewajiban berbuat baik kepada rakyatnya,menepati janji-janji yang
telah diikrarkan dan memperhatikan kemaslahatan rakyatnya. Rakyat semuanya sama di depan hukum tanpa pandang bulu, jenis kelamain atau perahu politik yang ditumpanginya. Pemimpin adalah milik semua rakyatnya, bukan lagi milik pribadi dan golongan. Tidak ada istilah “ itu kerlompok kami, itu presiden kami, itu pak camat kami atau itu DPR kami” dan kami-kami lainnya. Pasca abad-abad jahiliyah dahulu kita pernah mendengar penguasa dari partai politik tertentu dengan gagah-berani dan tega menarik kembali tiang listrik yang disumbangkan ke sebuah desa, atau bantuan semen untuk sebuah mesjid lantaran di tempat itu tidak menang partai yang telah diformat sebelumnya untuk menang, sehingga panitia mesjid mengurut dada menyaksikan prilaku orang-orang yang terlanjur dihormatinya sebelumnya.
Pemimpin yang bijak adalah pemimpin yang memikirkan nasib rakyanya yang miskin yang merupakan kewajiban pemimpin untuk melindungi mereka. Tidak hanya memikirkan jalan-jalan mulus di depan istana saja, akan tetapi perhatikanlah desa-desa terpencil sana yang sangat menyayat hati siapa saja yang memperhatikannya. Pemimpin tidak hanya memusatkan perhatiannya untuk membangun gedung-gedung perkantoran pencakar langit akan tetapi tengoklah rumah-rumah yang berdinding peuleupeuek meuriya di desa-desa milik orang-orang fakir dan miskin yang tak tertolakkan doanya di sisi Allah. Pemimpin yang ‘arif adalah pemimpin yang sangat berhati-hati dalam menjalankan kepemimpinannya sehingga tidak sempat menipu rakyatnya. Renungkan! Umar bin Khaththab membawa sendiri bahan makanan untuk seoorang wanita miskin di atas pundaknya sendiri sembari menangis terisak-isak lantaran takut kepada dosa kepemimpinannya yang tidak sanggup dipikulnya di akhirat kelak.
Hadits shahih di atas mengingatkan kita bahwa pemimpin yang mengabaikan hak-hak rakyatnya terutama sekali hajat orang-orang miskin Allah mengharamkan syurga kepadanya di hari akhirat kelak. Alangkah celakanya seorang pemimpin yang dipandang terhormat di mata manusia di dunia ini akan tetapi hina dina di sisi Allah di negeri akhirat. Wallahul Muwaffiq.
Drs. H. Ramly Yusuf, MA, Pengisi Halaqah magrib tetap di Masjid Raya Baiturrahman
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !