Headlines News :
Home » » Hikmah Puasa dan HUT RI

Hikmah Puasa dan HUT RI

Written By MAHA KARYA on Friday, August 10, 2012 | 8/10/2012


Prof.Dr.Rusjdi Ali Muhammad, SH

Tersebutlah kisah seorang Raja bijak bestari yang memerintah sebuah negeri dengan aman, damai dan sejahtera. Sang Raja punya hobby memancing ikan di laut. Pada suatu waktu untuk mengisi kesenangannya itu, Raja memerintahkan para hulubalang dan punggawa Kerajaan untuk mempersiapkan segala sesuatu, dengan kapal layar yang terbaik yang ada di negerinya. Ikut pula para anak kapal, para opsir pembantu dan lain-lain, termasuk pula salah seorang penasihat Raja. Selain itu untuk pertama kalinya sang Raja mengikut-sertakan putranya yang mulai remaja untuk ikut memancing bersama-sama. 

Setelah sampai ke tengah lautan, tiba-tiba putra raja menangis sejadi-jadinya. Ia takut sekali melihat lautan yang tak bertepi. Sang raja tak kuasa mendiamkan putranya, bahkan para hulubalang dan punggawa pun kehilangan akal untuk menghentikan tangis putra raja. Ia terus menerus menangis dalam ketakutannya berada di tengah samudera.

Akhirnya baginda raja minta bantuan penasihatnya yang hanya bersedia membantu dengan satu syarat, jika ia sedang bekerja tak seorang pun boleh ikut campur termasuk raja. Mulailah sang penasihat yang arief bijaksana tadi coba membujuk putra raja dengan segala cara. Namun putra raja semakin keras tangisnya.  Akhirnya penasihat raja tadi memegang kedua tangan putra raja itu, lalu dengan sekuat tenaga dilemparnya sang putra raja ke tengah laut. 

Raja dan seluruh penghuni kapal terkesima dan marah lalu hendak menerjang sang penasihat yang begitu lancang dengan tindakannya. Tapi sang  penasihat segera mengingatkan janji tadi, bahwa tidak seorangpun boleh ikut campur ketika ia sedang bekerja.

Akhirnya ketika putra raja sedang terengah-engah berjuang di tengah laut, sang arief melemparkan seutas tali, dan putra raja pun berpegang erat pada tali tadi lalu dinaikkanlah ia ke kapal kembali. Dengan seketika sang putra raja diam seribu bahasa, hilang sudah semua tangisnya. 

Kemudian sang penasihat raja pun berkata: “Sang anak tadi tidak percaya betapa amannya berada di dalam kapal, sampai ia merasakan sendiri betapa pedihnya jatuh ke tengah samudera”. Boleh jadi gelagat kita ini juga mirip dengan putra raja tadi. Banyak dari kita mungkin tidak sadar betapa indahnya hidup dalam sehat, sampai kita merasakan betapa nyerinya hidup ketika sakit. Banyak pula orang yang tidak sadar dan menyia-nyiakan waktu luangnya, sampai ia sadar peluit panjang telah berbunyi. 

Betapa banyak pula dari kita yang kurang menghargai betapa indahnya hidup dalam kedamaian, sampai kita mengalami betapa beratnya hidup dalam konflik dan pertikaian. Betapa banyak pula dari kita yang mungkin tidak percaya indahnya hidup di alam kemerdekaan, sampai mengalami sendiri betapa sakitnya hidup dalam penjajahan.

Barangkali itulah sebabnya dalam sebuah kesempatan Presiden Sukarno dulu pernah menyatakan bahwa kemerdekaan adalah jembatan emas menuju kesejahteraan dan kemakmuran. Para Founding Fathers sebagai peletak dasar negara Indonesia, telah mengantarkan kita rakyat Indonesia dengan selamat sentosa ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Demikian dapat kita baca pada alinea kedua Pembukaan UUD 1945. 

Kini kita sudah melewati pintu gerbang kemerdekaan itu dan hidup di alam kemerdekaan. Ada apa di sana? Tentu ada tujuan selanjutnya sebagaimana tertera dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yaitu:  bekerja keras dan berjuang untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Kini saatnya kita introspeksi diri. Setelah 68 tahun Indonesia merdeka, apakah tujuan ini sudah tercapai? Jauh panggang dari api! Artinya masih sangat banyak pekerjaan yg harus kita lakukan demi mencapai tujuan itu. 

Padahal para pendahulu, termasuk pahlawan-pahlawan nasional yang berasal dari Aceh telah berkorban jiwa, raga, dan hartanya demi kemerdekaan dan kebahagiaan anak-anak bangsanya. Kini mereka telah menjadi tulang-tulang yang berserakan. Mereka tak lagi bisa berkata, kitalah yang berkata. Mereka telah mencoba apa yang mereka bisa, tapi kerja belum selesai, belum apa-apa...!
 
Begitulah disebut oleh Khairil Anwar dalam puisinya Karawang-Bekasi. Jadi kerja belum selesai, bahkan belum apa-apa. Kerja itu adalah kerja besar anak bangsa dalam mengisi dan mempertahankan kemerdekaan. Kebetulan juga pada tahun ini dan Insya Allah dalam tiga tahun ke depan kita masih akan merayakan Hari Kemerdekaan dalam bulan Ramadhan. Puasa pun demikian, bertujuan untuk menjadikan orang-orangan yang beriman menjadi muttaqin, la’allakum tattaquun.Orang yg muttaqin adalah gambaran manusia paripurna yang berbahagia di dunia dan diakhirat.

Pertanyaannya, apa benar semua orang yang berpuasa akan langsung menjadi muttaqin. Jawabannya mirip dengan pertanyaan pertama tadi, apakah setelah kemerdekaan itu kita pasti langsung mendapatkan kemakmuran, keadilan, ketertiban dunia dan sebagainya. Pasti tidak! Kemerdekaan adalah jembatan emas menuju terwujudnya cita-cita bangsa. Tapi jembatan tetaplah jembatan, meskipun ia jembatan emas. Kita bangsa Indonesia telah lama mempunyai jembatan emas. Tapi selama ini tampaknya jembatan itu lebih banyak disia-siakan oleh banyak pemimpin dan rakyat kita sendiri. Jembatan emas itu hanya kita elus-elus dan kita bangga-banggakan kemana-mana; tapi jangan-jangan kita malah tidak memfungsikan jembatan itu dengan sesungguhnya. 

Buktinya, kekacauan ada di mana-mana, tawuran, konflik, perebutan tanah, kesenjangan ekonomi dan segala macam persoalan meruyak di berbagai pelosok negeri ini.  Sebenarnya bukan hanya ibadah puasa. Semua ibadah laksana jembatan emas untuk membentuk manusia paripurna. Tapi semuanya tidak serta merta. Ada sebuah proses kerja keras, serius dan berkesinambungan, yang harus sungguh-sungguh diisi setelah kita melintasi jembatan emas itu.  

Ambil contoh ibadah shalat, dalam Al-Quran disebut bahwa shalat akan mencegah manusia dari berbuat keji dan munkar. Mari kita periksa, apakah semua orang yang shalat akan langsung tercegah dari berbuat keji dan munkar? Nyatanya belum tentu, sebab masih banyak sekali orang yang tetap ikut shalat, tetapi juga tetap berbuat maksiat. Demikian juga ibadah haji, harapannya Insya Allah sepulang dari Mekkah akan menjadi haji mabrur. Tetapi ternyata banyak juga yang masih menjadi Haji Tomat (waktu di Mekkah tobat, pulang kampung kumat!). 

Ibadah zakat juga demikian, dalam Al Quran disebut tuthahhiruhum wa tuzakkihim biha (akan mensucikan dan membersihkan jiwa). Faktanya masih banyak orang setelah membayar zakat masih juga konsisten untuk tidak konsisten melaksanakan syariat Islam. 

Demikian juga ibadah puasa, la’allakum tattaqun, mudah-mudahan kamu menjadi orang yang muttaqin. Di sini lafadh la’allakum memberi tiga panduan: pertama, Raja an ila al Mahbub: menjadi Muttaqin itu memang menjadi idam-idaman semua orang. Termasuk orang-orang kufur sekalipun. Sebab semua orang pada hakikatnya, dalam sanubarinya ia adalah insan kamil yang mempunyai nuurani (hati yang bercahaya). Kedua, Ikhtishahan bi al mumkin: menjadi Muttaqin itu mungkin dicapai, karena ada dalam daya jangkau manusia. Ketiga, Wa lakin la watsuqa bi hushulihi: namun tiada jaminan bahwa anda dapat memperolehnya. Mengapa tiada jaminan? Karena tergantung pada usaha dan tingkah polah Anda sendiri. 

Oleh karena itu marilah kita memperbaiki seluruh amalan kita agar jembatan emas Ramadhan, seperti juga jembatan emas kemerdekaan dapat kita pergunakan sebaik-baiknya, demi mewujudkan kebajikan-kebajikan yang setinggi-tingginya di dunia dan di akhirat.
Khatib adalah Kepala Dinas Syari’at Islam Provinsi Aceh

Share this article :

0 coment:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Alamat:Komplek Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. - Kontak. Telp:+62852 8244 0074 - Email: gema_btr@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Gema Baiturrahman Online - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template Editing by Saifuddin