
Ridwan melanjutkan, siapa saja yang mengaku beragama Islam harus berusaha sekuat tenaga di masing-masing perannya dalam penguatan perdamaian di Aceh. pesan ini tertuju untuk elit politik aceh, alim ulama, kaum akademisi, dan masyarakat gampong. Semuanya harus berpikir bagaimana melanjutkan perdamaian di Aceh.
Jika pasca deklarasi Pilkada damai kita masih temukan rentetan insiden kekerasan, menurut Ridwan, kita perlu bertanya ulang kepada para kandidat dan timsesnya masing-masing, untuk apa kita berpolitik? Untuk apa kita menjadi pemimpin? Ini yang harus diluruskan terlebih dahulu.
“Orientasi untuk menjadi pemimpin di Aceh adalah untuk menegakkan agama Allah, untuk menegakkan keadilan, untuk mensejahterakan masyarakat, serta untuk melayani masyarakat. Jika ini yang diterapkan, tidak akan lagi intimidasi, tidak ada teror di bumi Aceh, tidak ada kata atau kalimat yang menjelek-jelekkan sesama. Justru yang ada adalah membangun kebersamaan, berlomba-lomba kepada kebaikan, dan memperlihatkan kebaikan-kebaikan,” urai Ridwan.
Ketika seseorang telah terpilih, kenapa kita tak mendukung ia menjadi yang terbaik. Masyarakat Aceh harus betul-betul objektif dalam hal ini demi mengaktulisasikan nilai-nilai yang sangat mulia dalam agama Islam.
Dikatakan, yang paling penting adalah semua kandidat dengan timsesnya masing-masing tetap merujuk pada hukum Allah. “Itulah sesungguhnya orientasi politik Islam. Bukan mencari kenikmatan duniawi semata, bukan mencari popularitas,” terangnya.
Jika sejumlah harapan diatas tidak mungkin dicapai, Ridwan berpendapat, masyarakat Aceh perlu diberikan kembali pembelajaran politik yang baik, yang sesuai dengan syari’at Islam. Dalam hal ini, Rasullullah dapat jadi teladan yang baik. Rasul juga berpolitik tapi politiknya sangat sehat, dinamis, konstruktif serta berorientasi pada kemajuan, bukan kehancuran.
Sebagai pengawal moral di kalangan ummat, Ulama diharapkan memberi kontribusi positif kepada masyarakat dengan pesan-pesan kesejukan, wawasan yang luas, pemahaman yang benar terhadap proses-proses pembangunan politik. Dengan demikian, politik kita tetap diwarnai dengan nilai-nilai keislaman, kemuliaan, kemanusiaan, dan nilai-nilai universal lainnya.
Pesan-pesan semacam ini lebih konkrit butuh penanggung jawab tugas. Menurut ridwan, yang bertanggung jawab adalah semua komponen masayarakat. “Tapi secara khusus para alim ulama serta kaum terdidik harus berada di lini terdepan dalam membangun perubahan sosial kemasyarakatan dengan berbagai pencerahan yang ada,” pungkasnya.
Syari’at Islam harus menyeluruh
Ketua Lembaga Lady Care (L2C) Aceh, Hj. Rukaiyah Ibrahim Nain kepada gema mengatakan, siapa pun kandidat yang terpilih nantinya merupakan representai dari rakyat. Mereka tidak akan terpilih jika rakyat tidak memilih.
“Penegakan syari’at Islam adalah salah satu aspirasi rakyat yang harus diwujudkan. Selama ini pelaksanaannya di lapangan belum berjalan maksimal. Ke depan kita harapkan kandidat terpilih mampu menerapkannya dengan lebih baik,” sebut Rukaiyah.
Ia juga berharap syari’at Islam tidak hanya dipandang sebatas pakaian wanita saja. Tetapi harus lebih menyeluruh. “Nilainya mencakup seluruh sisi kehidupan. Inilah yang disebut kaffah,” sebutnya.eri,dha
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !