
Dia juga mengajak masyarakat Aceh untuk menolak tindak kekerasan yang terjadi di Aceh beberapa hari belakangan ini. Agus menganggap kekerasan tersebut mengganggu proses perdamaian yang sedang berlangsung di Aceh. “kita mengajak masyarakat menolak dan partisipasi terhadap tindakan yang menyebabkan kekerasan dan menganggu proses perdamaian di Aceh,” katanya.
Masih menurut Agus, pihaknya akan bekerjasama dengan Katahati Institute dan Mahasiswa Peduli Keadilan (MPK) untuk memdirikan sebuah posko yang bernama posko solidaritas Anti kekerasan. Posko ini didirikan secara mobiler, dimana mengajak seluruh elemen yang ada di Aceh untuk menyuarakan bahwa kekerasan yang telah terjadi di Aceh tersebut bukan hal yang diinginkan oleh seluruh lapisan masyarakat Aceh.
Posko tersebut nantinya akan berlangsung selama tiga hari dan berpusat di Kota Banda Aceh. “Kita akan jalan ke beberapa titik dan juga tempat-tempat keramaian, membagikan selebaran dan penggalangan dana untuk korban kekerasan yang terjadi di Aceh,” katanya.
“Ini titik awal untuk menyampaikan kepada masyarakat aceh khususnya dan pada masyarakat yang diluar Aceh, bahwa masayarakat Aceh anti terhadap kekerasan dan mengejam kekerasan yang terjadi di Aceh,” sambungnya lagi.
Tidak hanya membagikan selebaran, namun di akhir gerakan peduli kekerasan ini pada Selasa (10/1), pihaknya akan menggelar tahlilan di Mesjid Raya Banda Aceh untuk korban kekerasan tersebut. Agus mengatakan dalam acara tahlilan tersebut, pihaknya akan mengundang keluarga korban untuk memberikan santunan dan juga mengajak elit politik di Aceh untuk memberikan testimoni anti kekerasan.
“Kita akan ajak semua pihak. Bagaimana ulama berbicara tentang kekerasan, budayawan berbicara tentang kekerasan. Kita juga mengharapkan agar merekonsiliasi politik, supaya ke depan Aceh betul-betul diisi oleh hal yang positif,” jelasnya. [tgj]
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !