
Akibatnya Daud, Suparno, dan Sunyoto meninggal dunia dan tujuh lainnya luka. Tragedi di Bireuen pada Sabtu (31/12) malam terjadi sekitar tiga jam menuju pergantian tahun baru. Mereka semua pekerja dari Jawa Timur yang mengharapkan rezeki Rp 9.000 per meter lubang. Mereka baru sebulan di Serambi Mekkah.
Pada malam itu juga, sekitar 200 kilometer dari Bireuen, dua letupan pistol di Banda Aceh merobohkan Wagino (40) yang sudah belasan tahun menetap di Tanah Rencong. Karyawan Toko Istana Boneka itu tewas setelah sejenak berbicara dengan seorang pelaku.
Tragedi serupa terulang lagi dalam hitungan 24 jam kemudian. Pemberondongan pada pada Minggu (1/1) malam di sebuah kedai kopi Dusun Blok B, Desa Seureuke, Kecamatan Langkahan, Aceh Utara menewaskan Suliadi (37) warga lokasi transmigrasi di Desa Seureuke, tewas dan
melulai Edi Karyawanto (35). Dalam hitungan 2 x 24 jam, lima warga sipil meninggal dunia karena timah panas.
Berita yang mengagetkan pada akhir tahun 2011 dan awal tahun 2012. Membunuh hamba Allah segampang mencabut rumput di lapangan bola kaki. Nyawa manusia sangat murah layaknya memukul nyamuk yang menyedot darah manusia.
Dalam Islam sudah dijelaskan, “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.
Kita berharap, kekerasan di Negeri Syariat tidak berlanjut. Jangan ada lagi darah tumpah di Bumi Cut Nyak Dhien. Setiap warga bisa menjadi mata, telinga, hidung dalam melihat berbagai fenomena dengan melapor ke polisi. Hal lain yang bisa dilakukan oleh warga yakni tidak mengirim pesan singkat kepada pihak lain dengan infomasi-infomasi bohong. Apalagi jelang pilkada Aceh pada Februari 2012, ada indikasi saling sebarluaskan aib atau fitnah semakin marak.
Hal inilah yang terjadi pasca penembakan di tiga lokasi yang berbeda beredar pesan singkat yang mengabarkan telah terjadi kontak senjata di daerah x. Padahal itu bohong. Jika pun mengirim pesan yang diragukan itu, maka awali dengan pertanyaan, apakah info ini benar? Mohon infomasi! Dengan demikian, kita mengirim pernyataan bertanya, bukan pernyataan berita.
Dalam zaman teknologi yang super kilat ini, satu peristiwa di pelosok Aceh sudah tersebar ke seluruh dunia dalam hitungan detik. Boleh jadi yang diwartakan itu adalah kebohongan yang merajalela dari satu telepon seluler ke telepon seluler lain.
Rentetan pembunuhan di Aceh berujung pada ketakutan masyarakat. Pelaku sudah berhasil melakukan teror alias ketakutan. Sudah selayaknya, penarik pelatuk itu dijadikan musuh bersama yang sangat mengganggu perdamaian Aceh. Di sisi lain, membunuh manusia sebuah aksi biadab.
Mari kita berdoa agar polisi dan jajarannya bisa menangkap pelaku peneror atau pelaku insyaf serta bertobat. Inilah doa selemah-lemahnya manusia sebagai ikhtiar hamba Allah ini.(Murizal Hamzah)
0 coment:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !